MENGUNGKAP MISTERI KIJANG EMAS PEGUNUNGAN MERATUS

Oleh Hasan Zainuddin

Gonjang ganjing adanya kehidupan kijang emas atau juga disebut kijang kuning (Muntiacus atherodes) di kawasan Pegunungan Meratus wilayah Kalimantan Selatan sering terdengar, tetapi agak sulit membuktikan keberadaan satwa tersebut.
Walau dari cerita dari mulut ke mulut konon berasal dari tetua warga setempat membenarkan adanya satwa khas tersebut, namun pihak instansi yang berwenang di provinsi ini tak ada satu yang mengulas tentang kijang tersebut.
Bahkan sebuah tulisan yang dilansir oleh media Dinas Kehutanan Tabalong Kalimantan Selatan, yang mengutip keterangan menteri kehutanan menyebutkan bukan tidak ada tetapi tak terbukti ada binatang yang banyak membuat orang penasaran ingin melihatnya itu.
Pernyataan tersebut segera ditindaklanjuti oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel yang menugaskan tim kecil untuk mencari keberadaan kijang kuning di bagian selatan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam dan tidak ditemukan jejak ataupun wujudnya.
Meskipun demikian, upaya yang telah dilakukan tentunya mendapat perhatian bagi sekelompok kecil masyarakat yang berusaha untuk menemukan jejak atau wujudnya.
Upaya pencarian dilakukan secara bertahap di kawasan Tahura dan berhasil menemukan seekor kijang kuning Kalimantan yang mati terjerat oleh jebakan yang dipasang para pemburu dan juga ditemukan adanya tanduk yang dipajang di rumah seorang penduduk.
Dari upaya pencarian di beberapa lokasi kawasan hutan setidaknya telah menunjukkan bahwa keberadaan kijang kuning Kalimantan tersebar di kawasan hutan Kalsel, meskipun status dan keberadaan salah satu satwa liar endemik Pulau Kalimantan yang sampai saat ini adalah tidak termasuk dalam daftar satwa liar dilindungi di Indonesia.
Kelompok pencinta alam Kompas Borneo Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin mencoba melakukan suatu kegiatan lapangan yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan kijang kuning di bagian selatan kawasan Tahura guna mengumpulkan informasi lapangan secara berkala selama dua bulan (Agustus-September 1998) lalu.
Dari hasil observasi di lapangan ditemukan jejak kijang kuning Kalimantan yang terjebak tali jerat dan dikonsumsi oleh penduduk. Dengan adanya temuan ini, menunjukkan bahwa peranan kawasan Tahura Sultan Adam sangatlah penting bagi hunian berbagai jenis satwa liar.
Berdasarkan sebuah catatan, kijang kuning Kalimantan termasuk kelas mamalia, ordo (bangsa) Artiodactyla, famili (suku) Cervidae, subfamili Muntiacinae, genus (marga) Muntiacus, species (jenis) Muntiacus muntjak dan Muntiacus atherodes.
Secara morfologi, pada bagian atas (punggung) satwa liar ini berwarna merah kekuning-kuningan dengan sebaran kepirang-kepirangan di sepanjang bagian tengah terutama leher / tengkuk, bagian bawah (perut) pucat kekuning-kuningan, oranye agak keputih-putihan.
Ekor bagian atas berwarna coklat gelap dan kuning agak kecil dan ramping dengan tinggi bahu ± 50 cm, ukuran panjang dari kepala dan badan (tidak termasuk panjang ekor) 86-92 cm dengan berat 13,5-17,7 kg. Tanduknya tidak memiliki cabang dengan panjang 1,6-4,2 cm dan panjang tangkai tanduk 6,5-8,7 cm.

Perbedanaan Tengkorak Kijang Emas Kiri dan Kijang Biasa Kanan
Ekspedisi
Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Koordinator Wilayah 08 Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan berusaha menemukan kijang kuning.
“Saya sudah dengar informasi adanya kijang kuning di Pegunungan Meratus HST Kalsel, makanya kita berusaha menemukan satwa langka tersebut,” kata Peneliti flora dan fauna Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc. yang ikut dalam tim di lokasi pos tim Desa Murung B Hantakan HST, pertengahan Mei 2012 lalu.
Dosen Fakultas Kehutanan IPB tersebut juga merasa tertarik keberadaan kijang kuning di kawasan tersebut, dan cerita masyarakat setempat yang dulunya sering menemukan binatang itupun menambah ketertarikan dirinya untuk menemukan binatang tersebut.
Ia berharap timnya berhasil menemukan kijang emas untuk menjawab teka teki masih adanya atau betul adanya binatang yang unik tersebut.
Setelah sekian lama menjelajah kawasan Kabupaten HST dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) mensinyalir populasi dan habitat Kijang Emas masih ada di Pegunungan Maratus.
Keberadaan Kijang Emas di Kawasan Pegunungan Maratus diperkuat dengan diketemukannya tengkorak Kijang Emas di area perkebunan milik warga.
Menurut Pajarah Sub Korwil 08 HST, Mayor Sus Komaruddin melalui emailnya disampaikan ke LKBN Antara Banjarmasin, Sabtu (2/6) tengkorak kijang emas tersebut ditemukan saat tim penjelajah dan peneliti 2 yang dipimpin oleh Kapten Psk Efendi Hermawan sedang melaksanakan penelitian pada Senin (28/5) pukul 09.00 WITA di Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Kijang Emas yang oleh warga setempat disebut Kijang Hilalang merupakan salah satu jenis kijang endemik Kalimantan yang sangat langka dan sulit ditemukan, karena sering diburu warga untuk dikonsumsi.
Kijang Mas diburu warga di area Gunung Haung Haung, sekitar lima jam perjalanan dari Desa Haratai dengan berjalan kaki.
Warga setempat menganggap Kijang Mas sebagai kijang biasa, sehingga kepala Kijang Emas dibuang tidak disimpan seperti halnya kijang lainnya yang memiliki nilai seni tersendiri.
“Saya dapat Kijang ini sekitar tiga bulan yang lalu di Gunung Haung Haung, disana kami sering memasang Jipah (jerat tali), tapi kepalanya saya buang di Huma, karena tidak menarik untuk dipajang di rumah,” kata Uncau (46), salah satu warga di Desa Haratai seperti dikutip Komaruddin.
Dari tengkorak yang ditemukan, salah satu anggota Tim Peneliti Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Dr Ir Abdul Haris Mustari, M.Sc, yang terlibat langsung dalam kegiatan penelitian dan menemukan tengkorak tersebut mengatakan penemuan tengkorak kijang di Desa Haratai, dapat dikatakan sebagai Kijang Emas yang oleh warga sini disebut Kijang Hilalang.
Selanjutnya ia katakan, dari hasil perbandingan dengan tengkorak kijang biasa, terdapat perbedaan yang menyolok, Kijang Mas tidak terdapat sendi pada pangkal rangganya, masing-masing rangga memiliki satu cabang, ramping dan sedikit melengkung serta pedisel (tulang dibawah rangga) ramping dan melengkung.
Sedangkan kijang biasa mempunyai dua cabang pendek, lebih besar dan terdapat sendi pada pangkal rangga serta pedisel tebal dan lurus.
“Kijang Emas memiliki warna merah kekuningan dan terdapat garis gelap di sepanjang garis punggungnya, sementara kijang biasa berwarna kemerahan tua,” jelas Haris.
“Kijang Emas memang tergolong langka dan belum terdaftar, karena kekurangan dan sangat terbatasnya data-data tentang kijang tersebut, namun saat ini keberadaan Kijang Emas semakin langka dan hampir punah, daerah penyebarannya berada di hutan pegunungan yang sulit diakses manusia,” tambah Haris.
Sementara Wadan Sub Korwil 08/HST Mayor Inf Ardian Triwasana mengatakan dengan diketemukannya tengkorak Kijang Emas oleh tim peneliti Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang bergerak di daerah Loksado HSS, mudah-mudahan akan menjadi masukan bagi semua pihak, terutama warga Kalimantan Selatan untuk meneliti lebih lanjut.

tanduk

tanduk kijang biasa