GOTONG ROYONG KENTAL PADA PERKAWINAN ADAT BALANGAN
Oleh Hasan Zainuddin
Suara canda ria terdengar memecah suasana kesunyian dini hari Minggu (15/7)di Desa Pulauwanin Kecamatan Paringin Selatan,Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Canda ria tersebut datang dari puluhan pemuda dan orang tua laki-laki di lokasi “pengawahan” (menanak nasi dengan wajan besar) di tempat acara perkawinan adat Kabupaten Balangan di desa tersebut.
Puluhan orang dengan berselimutkan sarung dan berjaket serta menggunakan songkok (kupiah) asyik bercanda ria seraya bersama-sama mengerjakan memasak nasi untuk menyiapkan hidangan perkawinan salah saru warga desa itu akan digelar pada hari Minggu.
Sementara canda ria lain terdengar pula tak jauh dari lokasi itu setelah puluhan orang gadis dan orang tua perempuan secara bersama-sama pula mengerjakan “penyambalan” (membuat sambal dan ramuan ) untuk hidangan acara serupa.
Hidangan yang disediakan pada pesta tersebut memang beraneka ragam, tetapi yang tidak ketinggalan adalah nasi dan “gangan waluh bagarih” (gulai labu campur ikan kering gabus).
Memang begitulah kebiasaan warga di dekat Pegunungan Meratus tersebut saat mengerjakan acara perkawinan, agar acara yang digelar cukup besar itu terasa ringan.
Perkawinan tersebut dilangsungkan oleh Keluarga Armuji setelah putranya Khairudian menyunting gadis di desa lain, kemudian menggelar acara perkawinan di rumah keluarga tersebut.
Menurut, Armuji sendiri, nilai gotong rotong tersebut tidak semata terlihat saat hari pelaksanaan perkawinan saja tetapi jauh-hari hari sudah terlihat begitu kental.
Karena untuk menggelar acara perkawinan adat setempat menelan waktu lama, mulai dari acara “batatampanan” (pinangan), kemudian dilanjutkan dengan pernikahan hingga perta perkawinan sendiri.
Setiap proses perkawinan selalu melibatkan warga untuk selalu bergotong goyong.
Sebagai contoh saja, saat batatampanan biasanya penyelanggara perkawinan menghadirkan para ibu-ibu kedua belah pihak dan saat itu disajikan makanan khas setempat disebut wadai “gayam.”
Untuk membuat penganan itu para ibu-ibu setempat selalu bergotong royong membuatnya.
Kemudian untuk menghadapi pesta perkawinan dengan menghadirkan hidangan yang begitu banyak memerlukan kayu bakar tak sedikit.
Lantaran di kawasan tersebut masih memanfaatkan kayu bakar maka warga pun dengan bergotong royong mencari kayu bakar yang ada di hutan-hutan kemudian dikumpulkan satu per satu sehingga tumpukan kayu bakar menggunung.
Acara mencari kayu bakar bersama-sama tersebut disebut oleh warga setempat dengan “mengayu.” Acara itupun tentu dibarengi dengan makan-makan bersama, seperti nasi campur dengan “garinting” (ikan kering) ditambah sedikit sayuran.
Kemudian juga acara “bakumpulan” (berkumpul) warga desa untuk membahas tugas-tugas yang dieman warga desa saat pesta nanti, ada yang bertugas menunggu tamu, bertugas mencuci piring, bertugas mengawah, bertugas “menggangan” (membuat sayuran berkuah), bertugas menyediakan sajian, bertugas lain-lainnya.
Dalam acara bakumpulan itu pula diputuskan untuk menggelar jenis hiburan jenis apa saat hari “H” pesta perkawinan, kata Kepala Desa Panggung, Iyus yang desanya juga sering menggelar acara serupa.
Menurut Iyus, jenis hiburan yang sering ditampilan saat pesta adat tersebut antara lain, “baurkes” (orkes melayu), kasidahan, karaoke, madihin, bakisah, bawayang (wayang kulit), bamanda (seni tradisi serupa lenong) atau jenis seni lainnya.
Untuk membayar biaya hiburan tersebut 70 persen dibebankan kepada hasil gotong royong masyarakat, baru 30 persen ditanggung penyelanggara, kata Iyus.
Untuk membangun panggung hiburan itupun seratus persen hasil gotong royong warga desa, seperti menyediakan batang nyiur untuk tiang panggung, atap rumbia, atau bambu, rotan, dan lantai papan.
Sementara rumah mempelai pun biasanya dihiasi dengan aneka hiasan atau bunga-bunga yang disebut “kakambangan.”
Untuk membuat kakambangan itupun dikerjakan seratus persen gotong royong oleh pemuda dan pemudi setempat.
Mengenai biaya perkawinan disebutkan oleh Iyus, itu merupakan hasil gotong royong warga pula dengan sistem menyerupai arisan.
Umpamanya seperti ini, bila seorang warga menggelar acara perkawinan maka warga lain membantu uang Rp100 ribu, maka disaat warga lain itu menggelar acara serupa maka warga menggelar acara terdahulu harus membayar pula dengan nilai sama Rp100 ribu.
Begitu pula bila warga membantu sekarung beras maka nantinya harus dibayar sekarung beras, sekarung gula dibayar sekarung gula, bantu kelapa bayar kelapa, bantu sayuran berupa umbut nyiur haru dibayar umbut nyiur, begitu seterusnya, walau hal itu tak ada perjanjian tertulis tetapi harus dipenuhi karena hal itumerupakan sebuah etika saja, kata Iyus.
Penyajian makanan saat pesta perkawinan biasanya dibagi dua kelompok, kelompok pertama pada pagi hari khusus menyediakan makan warga sekampung.
Kelompok kedua biasanya agak siang hari untuk para undangan yang datang dari kampung-kampung lain, katanya lagi.
Melihat nilai kegotong royongan tersebut maka walau biaya perkawinan adat Kabupaten Balangan dirasa relatif besar tetapi oleh banyak pengalaman hal itu dinilai menjadi ringan-ringan saja.
SEBUAH NILAI GOTONG ROYONG DALAM ADAT KAWIN WARGA BALANGAN HINGGA ACARA BAARUHAN (SELAMATAN) MENJADI RINGAN
Mengayu (persiapkan kayu bakar) melibatkan warga kampung secara gotong royong dengan cara menebang kayu dihutan lalu dikumpulkan kemudian di tungkih (dikapak kecil-kecil) salah satu proses awal acara adat kawin warga Balangan.
menyambal dan mamarut nyiur, secara gotong royong di laksanakan ibu-ibu kampung mempersiapkan makanan hari perkawinan
meiris umbut kelapa secara bergotong royong untuk menyiapkan masakan khas pengantenan setempat
para pemuda membuat kakambangan (menghiasi rumah penganten) sebelum hari pelaksanaan dilaksanakan.para pemuda dan tetuha warga bergotong royong mengupas kelapa (nyiur) sebagai persiapan memasak untuk hari perkawinan
Manunggui lawatan
Membakar ikan gabus rame-rame oleh warga secara gotong royong bagian dari proses penyediaan makanan acara pengantenan di wilayah ini.
rame2 bersihkan ikan di sungai
Waluh, salah satu dari bahan untuk makanan sesajian kawin.
gotong royong mengawah (memasak nasi) bagian dari proses adat dilaksanakan dinihari hari perkawinan
Tatuha warga menunggui undangan
Beginilah pengunjung acara perkawinan Mifti Hidayah dengan Sukran Makmum di Desa Panggung/Inan kecamatan Paringin Selatan, 29 Juni 2008 lalu.
Undangan yang ikut menikmati hidangan acara kawinan tersebut. Hidangan terbuat dari gangan humbut campur waluh dengan ikan gabus atau dengan iwak garih (gabus kering)
rumah mempelai dijejali pengunjung ibu-ibu
orkes dangdut dan pesta budaya ananalan
meriahkan pengantinan
naik lumung sejenis naik pinang digelar dalam acara kawinan
Batamat (khatam) Al Qur’an biasanya bagian dari acara adat kawin Balangan, khususnya bagi mempelai wanitanya.
penganten pria diharuskan berjalan kaki menuju rumah mempelai wanita walau jarak tempuh berkilo-kilometer, hingga menjadi tontonan warga kampung di sepanjang jalan yang dilalui
penganteng bersanding di atas balijawa atau panggung
Bausung jinggung tradisi kawinan warga setempat
Musik tunggal dari seorang seniman tunanetra (buta) dari group Irama tunggal dua sekawan juga meriahkan acara kawinan itu
nonton orkes tunggal  sibuta sambil badungkung
bakul bagian dari peralatan sesajian pengantenan
babasuhan, gotong royong mencuci peralatan masak
main kartu reme dan domino semalaman suntuk meriahkan malam penganten
anggota panitia aruhan penganten sedang berembug
Membuat kue gayam (penganan khas terbuat dari ketan direndam ke air gula aren) dinilai kue paling sakral disajikan pada selamatan akhir pada acara adat kawin warga Balangan, acara ini digelar sehari setelah hari perkawinan
Foto-foto Berkaitan Dengan Adat Kawinan di Balangan
Video video tentang adat kawin Inan Balangan
Bagus banget … kita jadi tau adat pernikahan di daerah…!!
Btw, Itu photo ‘mempelai bersama keluarga’… gadis remaja yang tengah pake batik coklat…. maniiiiiissss banget…!! Cara pose nya juga ok…!! Namana capa ya???
Bagus banar adat-istiadat masyarakat balangan slalu satu padu brgotong royong kedua mempelai pun ruhuy rahayu
wow….bagus nian…..
skalinya pian jago ya…bikin website
Om hasan kenapa foto vina ngak masuk internet kan vina datang juga ama mama
HAI VINA,,,,,,,,,,,,AKU SYIDI BOLEH GA KENALAN,,,,,,,,EH MET MLM YA ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,VIN
Asyik foto julax jua ada menikmati gangan humbut, hehe…
Ooooh gitu to adat perkawinan orang banjar
asik juga yah kayaknya…..!
Kebetulan punya pacar orang banjar
mudah2an aja berjodoh
biar bisa ngerayain perkawinan pake adat banjar hehehehe
trim’s, saya sebagai putra daerah asli balangan benar-benar salut dengan promosi anda tentang daerah balangan……mudahan lebih sukses lagi tanah nenek moyang kita di balangan dalam membangun daerah kita
Bahari sekitar tahun 70an kami bubuhan Banjar di Malysia gin maamalkan adaat nang kurang labih sama. Ada gotong royong manungkih kayu, manyambal, mangawah dll. Wayah ini kada lagi pasal bamasak pakai gas, rampah santan sunyaan manukar. Mangawah masih bagotong royong.
Cuma kue gayam di Malaysia disambat ‘wadai kipeng’. Tahniah atas usaha sampiyan…..
hbat jg kkluarg’an d’blngn jd slut aq krn pcr aq khn anak balngn
Ulun maucapakan tarima kasih banyak jua nah atas promosi Pian tentang Adat Kawin di Kab.Balangan, so’alnya Ulun ne orang Balangan jua, jadi tambah bangga Ulun manjadi Orang Balangan…
Sakali lagi Ulun ucapkan “tarima kasih”, Ulun mawakili sabarataan warga Kec. Lampihong…
kaganangan ,asa di kampung
siip sanakai , harat dah, tambahi lah lahi gambarnya!
persaan bukan adat deh
asa handak kawin pulang nah
kawin ha lah, biar babini dua ha ha ha
Ini nama nya memajukan daerah lewat dunia maya salut salut buat abang terima kasih atas infonya
ok..
MAWARDI MAT MLM SLM KENAL YA
Sebetulnya saya salut ama adat banjar…waktu pernikahan saya dengan istri saya ternyata dia orang paringin besar disamarinda. saya bingung dan heran beginikah adat perkawinan orang banjar.. begitu banyak acara yang harus dilalui dari..beantar jujuran..mandi-mandi..betamat…nikahan sampai ke acara resepsi perkawinan kami. Ternyata memang itulah adat yang harus dijalankan meskipun harus kawin dengan bukan orang banjar. terima kasih bang infonya kembangkan terus kebudayaan kita.. jangan punah di telan jaman
kami harap pemerintah harus memperhatikan orang suku dayak balangan.thanks
pengn taw lbih dalm budaya2 banjar masin….
hihihi
bagus tulisan kakawanan ulun ucapkan terima kasih ,sebahagian nya ulun ambil sebagai tambahan koliksi banjar kuala lumpur.untuk di jadikan bahan bacaan bubuhan nang bahayau di fb,tweter, ab, dan lain2 nya.
silahkan saja pak haji, asal jangan lupa sebutkan sumber blog (laman) nya
OKEY AND ANA SANGAT SENANG MEMBAJA ERTIKEL MAKALAH YG ANDA BUAT ADALAH HAL YG TERPENTING TUK BUDAYA BANJAR,HARUS KITA GALI LAGI ‘GOE,,,URANG MTP ASLI PENGEN TAU PESONA KOTA BALANGAN,EH MAKASIH YA .BOLEH GA KENANAN
SUKRON KAASIIR,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Y OM
bagus nya artikel berita nya…….. bkn pengetahuan qu bertambah ja tentang adat kawin di banjar…….
wah pengen jua nie….
amun wahini ngalih bangat dah di cari .. apalagi di parkutaan, samngat gutung ruyung tu bilang hilang dah … mambaca Gayam tadi, asa handak mamakan nah…lawas kada tamakan gayam ..heheheheee
datang aja ke balangan
Budaya ini musti dipartahanakan…….
By Balangan jua
Rame banar sakalinya acara pengantenan wadah kita ne….
waJib kita jaga t kebudayaan
Balangan Forever jw
Mangstap!!!
Lun urang Balangan jua…..
Pas banar mirip wan di kampung lun, cuma kada pakai wadai gayam. Cuma wadah kami ada yang ngarannya ”baurunan” gasan maulah panitia acara.
Hidup Balangan!!!
Ha..ha..ha.. foto-foto diatas teingat waktu ulun kawin dahulu… di JUAI, kadada lain pas sama banar..
juai mana ikam
Indonesia kaya akan budaya …… lestarikan terus agar tidak direbut orang manca megara
wah kai itu lah adat banjar balangan,perlu dilestarikan wal.
Arwah nenek ku bahari mengarani gayam ai jua ,, wayahni kadaidak lagi dah menggangan humbut ,,,cagar makan pukul 10.00 ,,,orng damini aruh sekali haja,,, tugin pakai catering ,, kada larat lagi dah handak mangganii orang bepangantinan ,,, datang cagar makan jua lagi ,,,,
Ehm, uln suka bgt sma paparanx.
Supaya org thu bhwa balangan m’miliki rasa k’keluarga’an dn k’gotong royongn yg tinggi.
Insya’Allah.
Uln bngga mnjadi ank Balangan.
mudahan perkawinan tersebut tidak akan luntur di bawa arus zaman
rami tu pang pokoknya,.
Ayuhai bubuhan wan kulaan banjar sakalian (Indonesia wan Malaysia atawa mana haja)…jangan dibiarakan urang mamisahkan kita karana balain nagara/banua…urang banjar sabarataan kulaan jua…
Betul sekali
WAH….jd bangga saya jd orng banjar..sikap gotong royongx msh terjga smpai saat ini n seterusx
si hafidz lg mangawah,hi2,,,,
kamu urank mna
ulun sbagai warga inan pnggung kec paringi mrasa bngga…kakwinan wadah kta d share kn…trmkasih p anum…by imi…hehe…
makasih ilmi panggung
Kita senang melihat adat itiadat di Negeri kita tumbuh subur dan gotong royong pun tetap akrab di negeri kita , dan mari kita jaga erat budaya kita ini agar tetap lestari dan abadi , itulah hebatnya Indonesia kita ini sangat kaya dengan Budaya , dan yang terpenting adalah menjaga Budaya kita itu tetap terjaga dan terpelihara.
paman mana gambar ulun ???kd tabuat paman ae…….hifni inan
Ikam nang kada tapi ada di kampung tuh
itu pengantenan titi semalam kalo paman ???rasanya uln ada ja paman ae dikampung..ba kakambangan semalam dirumah….paman pian sehat aja kalo ??uln bulek ae semalam pas maulidan di kampung tu paman ae…uln ada ae malihat akim semalam,,tapi pian kadad ??kda bulek kah pian semalam paman ????
Kada bulik Hifni ae, ada hauran
Ulun lahir di berau kalimantan timur tapi padatuan bubuhan balangan jua, sampai wahini kawitan masihai bulang balik jua mailangi kulawarga di sikuntan, jadi ulun urang mana ayu…, dipadahakan urang berau tia adat urang balangan, dipadahakan urang balangan tia lahir wan bagana di berau…. ayu kayapa yu tapi ulun masihai jua urang banjar ha ha ha ha…..
sikuntan itu awayan
ulun tinggal dibontang asal dari sikontan awayan orang tua masih dikampung
Alhamdulillah, nyaman ja kalu lah di Bontang, tapi rancakja kalu buoik lah
kadada lg wayahini nangkaya ini adanya cm dipahuluan ja lg…mari kita lestarikn gotongroyong kayuh baimbai…
terimakasih sarannya dangsanak
assalamu,alakum. apa kabar balangan.?
alhamdilillah budaya Balangan masih terpelihara, 44 tahun aku sudah madam di balikpapan
ALHAMDULLILLAH … BISA MELIHAT KELUARGA DI KAMPUNG? BIAR LAWAS KAINGATAN JUA?
Siapa keluarga kam Erni Susiati di kampung tuh
salam kunjungan…..sebahagian adat masih terdapat dalam komuniti Banjar di Malaysia!
mantaf…..Budaya lawan Adat Bahari yg harus d lestarikan………
salam pk hasan, imbah ulun sapadingan tolakan k balangan lewat balik papan..maseh kganangan bandang yg luas dtempuh, apam barabai yg sawat ditukar dirasai malahn dsambut fskb dengan panuh smngat kkluargaan,pengalman prjalnan bis yg panjang cuma waktu yg handap..setlah prtamuan d bndar melaka hingga trungkai jejak klrga arwah kuitan d paringin balangan..mudhan satu waktu ulun bisa lgi k banua seribu sungai.
Moga kita bertemu kembali pak Mdnoh Rahidin
.handak tulak kampung banjar di sana naik kapal terbang turun di airport mana yer.
Sesara kembali kekampung halaman
Aplikasi PROLIKE kami membantu selebritas pedagang Internet besar meningkatkan popularitas dan membutuhkan anda untuk membantu kami dalam nge-Like. Aplikasi kami memberi anda keuntungan
dan satu penyelesaian. Setiap komisi Rp2.800-RP3.200 lebih banyak tugas yang anda lakukan lebih banyak uang yang anda dapatkan sehari dengan mudah.
Apakah anda tertarik menghasilkan uang bersama kami?
silakan hubungi whatsapp
https://wa.me/qr/KZWXBMFC3IGIC1
+62 852-4705-1927
masukan kode promo nya 444301