MENGEREM PENULARAN HIV/AIDS MELALUI KONDOM

Oleh Hasan Zainuddin

colored condoms - farbige kondome
Sejumlah wartawan peserta workshop peliputan dan penulisan berita HIV/AIDS diminta memegang masing-masing sebuah kondom.

Seorang peserta putri yang berstatus gadis, begitu seksama memperhatikan bentuk kondom yang tebuat dari karet itu. Sesekali ia tersenyum, lalu memegang kondom.

“Kondom ini kemungkinan sudah pernah dipakai,” kata putri yang mengaku baru menggeluti dunia wartawan di salah satu media di Banjarmasin tersebut.

“Tidak pernah dipakai, kondom itu baru,” kata Syaiful Harahap yang dikenal sebagai pemimpin redaksi situs online http://www.Aidsindonesia.com.

“Tapi ini kok ada cairannya yang masih melekat,” kata putri sambil tertawa, “Itu cairan pelicin, jadi kalau kondom ini digunakan bisa lancar,” kata Syaiful yang dalam pelatihan itu bertindak sebagai narasumber.

“Apa benar kondom ini aman dari penularan HIV/AIDS,” kata Anang, peserta lainnya. “Ya lah kan ini dirancang untuk kuat menahan cairan air mani laki-laki agar tidak bersentuhan dengan cairan vagina perempuan,” kata Syaiful Harahap pula.

Selain diperlihatkan kondom untuk laki-laki yang bentuknya memanjang ada kantungan kecil di ujung kondom itu, juga diperlihatkan kondom perempuan bentuknya seperti tanaman kantong semar.

“Kalau ini buatan Indonesia, memang kata pemakainya agak ada rasa kurang enak, kalau ini kondom perempuan buatan luar negeri, katanya sih enakan kalau dipakainya, sayangnya kondom buatan luar negeri ini sulit dicari di tempat kita,” kata Syaiful Harahap.

Untuk memperkenalkan aneka jenis kondom tersebut, penyelanggara workshop, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kalsel membentuk beberapa kondom seperti balon-balon dengan aneka warna warni, peserta dipersilahkan memperhatikan kondom-kondom tersebut.

Workshop 2-4 April 2013 di Banjarmasin yang diikuti 19 utusan media massa cetak dan elektronik serta utusan pemerintah yang ada di kota ini, guna meningkatkan pengetahuan wartawan tentang HIV/AIDS sehingga bisa menulis berita dan reportase yang komprehensif dan menjadikan berita HIV/Aids sebagai berita rutin di media massa.

Menurut berbagai catatan, HIV adalah salah satu virus yang hidup di dalam tubuh manusia.

Virus adalah jasad renik yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, yang menyebabkan dan menularkan penyakit pada manusia, flora dan fauna.

kondom wanita

kondom wanita

HIV (Human Immunodeficency Virus) termasuk jenis retrovirus (virus yang hanya bisa berkembang biak di sel-sel darah putih manusia) yang menyebabkan (kondisi) AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrom)
AIDS adalah kondisi bukan penyakit yang terjadi pada seseorang yang sudah tertular HIV karena kerusakan sistem kekebalan tubuh dirusak HIV yakni kondisi seseorang yang sudah tertular HIV (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular) yang ditandai dengan beberapa jenis penyakit (disebut infeksi oportunistik), seperti jamur, sariawan, diare, TB, dll, yang sangat sulit disembuhkan.

HIV dalam jumlah yang dapat ditularkan (hanya) terdapat dalam cairan darah (laki-laki dan perempuan), air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV), serta cairan vagina (perempuan) dan Air Susu Ibu (ASI).

HIV juga bisa tertular melalui transfusi darah yang mengandung HIV
menerima cangkok organ tubuh yang mengandung HIV, menggunakan jarum suntik, jarum tindik, jarum tattoo, jarum akupunktur, alat-alat kesehatan yang terkontaminasi darah yang mengandung HIV, air susu ibu (ASI) yang mengandung HIV.

Salah satu alasan mengapa HIV sangat berbahaya jika sudah masuk ke dalam tubuh adalah HIV akan masuk ke dalam sel-sel darah putih dan menjadikannya sebagai pabrik untuk memproduksi HIV baru.

Setiap hari HIV rata-rata memproduksi 10 miliar (10.000.000.000) sampai 1 triliun (1.000.000.000.000) virus (HIV) baru.

HIV yang baru diproduksi itu kemudian mencari sel darah putih lagi dan kembali memproduksi HIV baru.

Menurut narasumber yang juga mantan wartawan surat kabar Sinar Harapan itu, penularan HIV didominasi melalui hubungan seks yaitu melalui air mani dan cairan vagina.

Tetapi walau diketahui salah satu pasangan mengidap HIV bila menggunakan kondom tenbtu tidak akan tertular, asal pemakaiannya secara benar, jangan sampai robek.

Apalagi kondom sekarang terbuat dari karet walau lembut tapi tak mudah robek, beda dari kondom yang dulu berasal dari bahan usus binatang.

“Bila seorang pasangan mengidap HIV, jangan takut berhubungan seks asal pakai kondom, makanya penderita HIV jangan dikucilkan, biarkan ia hidup sebagaimana mestinya,” kata Syaiful.

Apalagi terinfeksi HIV bukanlah vonis mati, AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga seorang terinfeksi HIV dapat kembali sehat atau bebas gejala, namun virus HIV masih ada di dalam tubuh dan tetap menularkan virus tersebut.

Penularan HIV kebanyakan setelah penderita HIV melakukan hubungan seks dengan orang lain, kemudian orang lain terinfeksi lalu melakukan hubungan seks lagi dengan orang lainnya, begitu seterusnya sehingga penularan HIV terus berlanjut.

Orang yang terinfeksi virus HIV biasanya tak merasa apa-apa, karena bisa terasa bila sudah terkena AIDS, di mana tingkat kekebalan tubuh menurut yaitu antara jarak lima hingga 15 tahun setelah terinfeksi HIV.

“Bila seseorang terkena influinza (flu) tak sembuh-sembuh maka patut dicurigai terinfeksi HIV, begitu juga jika diare tak sembuh-sembuh perlu tes darah untuk mengetahui apakah di tubuhnya sudah ada virus HIV,” kata narasumber kelahiran Sumatera Utara tersebut.

Ia mencontohkan penularan HIV melalui suami yang sudah terinfeksi HIV melakukan hubungan seks dengan isterinya, kemudian istrinya terinfeksi lalu menularkan ke anak bayinya melalui ASI.

Atau bisa jadi isteri itu cerai dengan suami yang terinfeksi, kemudian ia kawin laki dengan laki-laki lain hingga laki-laki lain terinfeksi.

“Berdasarkan keterangan KPA, ada seorang pengusaha beristri enam dan ternyata keenam isterinya itu terinfeksi, kemudian dari enam isterinya itu ada yang diceraikan, kemudian kawin dengan laki-laki lain, maka laki-laki lain yang menjadi suami baru itu pun terinfeksi,” ujarnya.

Ada lagi cerita seorang wanita pelacur setelah melayani tamunya terinfeksi HIV lalu pelacur itu terinfeksi HIV, setelah itu lantaran pelacur itu cantik maka dia melayani puluhan tamu laki-laki setiap minggu, maka sudah bisa dibayangkan bagaimana penularan HIV tersebut.

Melihat kasus di atas di mana perempuan terjangkit bisa pula menjangkiti bayi yang baru lahir, bila ia memiliki beberapa anak maka sudah berapa yang terinfeksi.

Selain itu bisa dibayangkan jika ada sepuluh ibu rumah tangga yang terjangkit berarti ia mempunyai suami sepuluh orang juga berarti sudah ada 20 yang terjangkit.

Kemudian jika ada 10 bayi terjangkit karena ia memiliki ayah dan ibu berarti sudah ada 30 orang yang terjangkit, dan mudah menghitungkan dan jika yang terjangkit itu ribuan maka sudah berapa yang terjangkit, tuturnya.
Melihat kian merebaknya penyakit HIV/AIDS sudah selayaknya semua lapisan masyarakat menjahui kegiatan yang bisa menularkan penyakit mamatikan tersebut.

WARTAWAN BERPERAN MENEKAN PENULARAN AIDS

Oleh Hasan Zainuddin

2

“Alya” seorang waria dan sekretaris pengurus komunitas waria Kota Banjarmasin tak malu-malu menceritakan delapan tahun hubungannya dengan pasangannya yang menurutnya laki-laki muda, termasuk hubungan seks.

Sementara puluhan wartawan yang mengikuti workshop mengenai HIV/Aids di Banjarmasin 2-4 April 2013 itu, tertawa terpingkal-pingkal jika dari alur cerita yang disampaikan begitu lucu.

Sementara seorang staf Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kalsel, menceritakan pula adanya penderita AIDS di Kalsel menimpa seorang lelaki yang beristeri dua, hingga kedua isteri ikut mengidap penyakit itu.

Lalu diceritakan pula adanya seorang Penjaja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi menderita AIDS lalu melayani konsumen laki-lakinya bergonta ganti.

“Terus terus, gali saja apa yang menarik yang bisa dikaitkan dengan potensi penularan Aids,” kata Saiful Harahap seorang narasumber dalam workshop yang diselanggarakan KPA Kalsel bekerjasama dengan Bidang Kesra Kantor Pemprop Kalsel tersebut.

Menggali berbagai keterangan dari mereka yang berpotensi tertular AIDS atau sumber-sumberlainnya sesuatu yang baik diketahui wartawan,kemudian diolah berita lalu disiarkan, dengan demikian masyarakat mengerti bagaimana penularan Aids lalu menghindarinya, kata pemimpin redaksi situs online www. Aidsindonesia.com
“Wartawan melalui pemberitaannya berperan besar untuk menekan penularan penyakit itu,” katanya saat workshop peliputan dan penulisan berita HIV/Aids yang komprehensif untuk wartawan guna mendorong penanggulangan Aids di Kalsel.

Mantan wartawan senior surat kabar Sinar Harapan itu menyebutkan dengan peran demikian pemerintah hendaknya memberdayakan wartawan dalam penanganan kasus yang mengkhawatirkan ini.

HIV/AIDS sangatlah berbahaya, sampai saat ini belum ditemukan obatnya, bahkan negara yang maju seperti Amerika Serikat dan China tidak mampu menemukan obat akan penyakit ini, salah satu yang efektif adalah menghindari kegiatan yang memiliki resiko terjangkit.

“Kita perlu mencegah penyakit HIV/Aids sebelum penyakit ini menyerang kita,” katanya
Caranya adalah mengungkap penomena penularan HIV/AIDS seperti di wilayah Kalsel ini yang sudah tergolong tinggi.

Berdasarkan laporan KPA Kalsel jumlah kasus HIV/AIDS wilayah inii 2002- 2012 tercatat 587 kasus.

Koordinator Sekretariat KPA Kalsel, Nursalin, saat pembukaan kegiatan itu menjelaskan rincian kasus HIV 2002 empat kasus, 2003 lima kasus, 2004 tujuh kasus, 2005 sebesar 20 kasus, 2006 sebanyak 16 kasus, 2007 sebanyak 35 kasus, 2008 sembilan kasus, 2009 sebesar 23 kasus, 2010 sebesar 35 kasus, 2011 sebanyak 51 kasus, dan 2012 sebesar 120 kasus dengan jumlah komulatif 325 kasus.

Persentasi HIV tertinggi kelompok umur 20-29 tahun 40,6 persen, usia 30-39 tahun 18,6 persen, dan usia 40-49 tahun 4,9 persen. Persentasi pada laki-laki 17,8 persen perempuan 68,3 persen dan sisanya 13,9 persen adalah tidak diketahui.

Jumlah kasus HIV tertinggi penjaja seks 183 kasus, warga binaan pemasyarakatan 44 kasus, tenaga non profesional 22 kasus, dan ibu rumah tangga 18 kasus.

Daerah tertinggi HIV tertinggi adalah Tanah Bumbu 149 kasus, Kota Banjarmasin 68 kasus, Kota Banjarbaru 36 kasus, Kotabaru 16 kasus, dan Kabupaten Banjar 13 kasus.

Sedangkan kasus AIDS tahun 2006 dilaporkan 10 kasus, 2007 18 kasus, 2008 23 kasus, 2009 28 kasus, 2010 38 kasus, 2011 65 kasus, dan 2012 80 kasus dengan jumlah 262 kasus.

Persentasi terkena usia, tertinggi 30-39 tahun 38,2 persen, 20-29 tahun 35,3 persen, dan 40-49 tahun 15,3 persen, persentasi pada laki-laki 62,2 persen dan perempuan 37,8persen, tambahnya.

Kasus AIDS tertinggi pada ibu rumah tangga 41 kasus,non profesional 34 kasus, penjaja seks 18 kasus,dan lain-lain sembilan kasus.

Jumlah kasus Aids terbanyak dilaporkan di Kota Banjarmasin 121 kasus, Kota Banjarbaru 25 kasus, Kabupaten Tanah Bumbu 25 kasus,Kabupaten Kotabaru 16 kasus, serta Kabupaten Tabalong 13 kasus.

Mengenai situasi HIV/AIDS triwulan IV,Oktober-Desember 2012 lalu disebutkannya kasus HIV tertinggi kelompok umur 20-29 tahun atau 50 persen, diikuti kelompok usia 30-39 tahun 31,25persen, dan kelompok 40-49 tahun 12,5persen.

Rasio HIV antara perempuan dan laki-laki adalah1,2 :1 dan persentasi faktor resiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman 93,6 persen, prinatal 6,25 persen.

Jumlah kasus HIV tertinggi dilaporkan di Kota Banjarmasin, enam orang,Kabupaten Tanah Bumbu lima orang, Kota Banjarbaru dua orang, dan sekorang lagi di Kabupaten Kotabaru.

Sementara kasus Aids periode Oktober-Desember 2012 dilaporkan 17 kasus, persentasi tertinggi usia 30-39 tahun 47,1persen, diikuti kelompok usia 20-29 tahun 41,2persen, dan kelompok usia 40-49 tahun 11,8 persen.

Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan 1,1 :1 dan jumlah kasus tertinggi Kota Banjarmasin empat orang, Kabupaten Tanah Bumbu empat orang,Kotabaru tiga orang, Kabupaten Banjar dua orang, Barito Kuala seorang, Tabalong seorang, serta Kota Banjarbaru seorang
Terungkap pula selain penderita terdapat 41 kasus mengenai ibu rumah tangga serta tujuh kasus terhadap bayi.

Menurut Saiful, AIDS bisa juga dikatakan bukan penyakit hanyalah kondisi terjadi pada seseorang yang sudah tertular HIV karena kerusakan sistem kekebalan tubuh.
Hubungan seks
Kondisi seseorang yang sudah tertular HIV (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular) yang ditandai dengan beberapa jenis penyakit (disebut infeksi oportunistik), seperti jamur, sariawan, diare, TB yang sangat sulit disembuhkan
HIV dalam jumlah yang dapat ditularkan (hanya) terdapat dalam
Cairan darah (laki-laki dan perempuan) air mani (laki-laki, dalam sperma tidak ada HIV) cairan vagina (perempuan) air susu ibu (ASI).

Salah satu alasan mengapa HIV sangat berbahaya jika sudah masuk ke dalam tubuh adalah HIV akan masuk ke dalam sel-sel darah putih dan menjadikannya sebagai pabrik untuk memproduksi HIV baru.

Setiap hari HIV rata-rata memproduksi 10 miliar (10.000.000.000) sampai 1 trilun (1.000.000.000.000) virus (HIV) baru.

HIV yang baru diproduksi itu kemudian mencari sel darah putih lagi dan kembali memproduksi HIV baru.

Melihat tinggi kasus penyakit ini di Kalsel,ini harus ditungkap agar masyarakat mengerti dan tahu lalu menghindari hal-hal yang bisa tertular AIDS.

Biasanya,katanya, pertumbuhan penyakit ini kebanyakan melalui hubungan seks, dari seorang laki-laki terjangkit kepada perempauan, dan perempuan terjangkit jika berhubungan seks lagi dengan laki-laki lain maka laki-laki lain juga terjangkit, terus demikian.

Perempuan terjangkit bisa pula menjangkiti bayi yang baru lahir, dengan demikian maka HIV/AIDS terus menular.

Maka sudah bisa dibayangkan jiga ada sepuluh ibu rumah tangga yang terjangkit berarti ia mempunyai suami sepuluh orang juga berarti sudah ada 20 yang terjangkit.

Kemudian jika ada 10 bayi terjangkit karena ia memiliki ayah dan ibu berarti sudah ada 30 orang yang terjangkit, dan mudah menghitungkan dan jika yang terjangkit itu ribuan maka sudah berapa yang trerjangkit, tuturnya.
Menurutnya lagi seseorang bisa tertular HIV, jika melakukan hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, dengan orang yang sudah tertular HIV (HIV-positif) dengan kondisi alat kelamin laki-laki bersentuhan langsung dengan alat kelamin perempuan.

Kemudian bisa pula menerima transfusi darah yang mengandung HIV
menerima cangkok organ tubuh yang mengandung HIV, menggunakan jarum suntik, jarum tindik, jarum tattoo, jarum akupunktur, alat-alat kesehatan yang terkontaminasi darah yang mengandung HIV menyusui air susu ibu (ASI) yang mengandung HIV. katanya.

Dalam kegiatan tersebut para peserta selain diminta bertanya ke berbagai pihak juga diajak mengunjungi lokasisasi Pembatuan kilometer 17 Kabupaten Banjar.

Dengan penggalian kberbagai sumber dari wartawan diharapkan akan terungkap misteri penomena penyebaran Aids dengan demikian diharapkan akan mampu mencari solusi terbaik menekan penyakit tersebut.

PENULARAN HIV/AIDS “MENGUSIK” WARGA KALSEL

Oleh Hasan Zainuddin

aids
Warga Penghuni wilayah paling selatan pulau terbesar Indonesia Kalimantan, kini kian terusik penularan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), padahal belakangan kian gencar penanggulangan berbagai penyakit menular lainnya guna menuju masyarakat sehat.

Terungkapnya penyakit tersebut tentu menimbulkan tanda tanya besar banyak pihak mengingat wilayah ini termasuk wilayah agamis.

Mengapa penyakit yang sebagian besar berjangkit di lokasi pristitusi merebak di wilayah yang sebenarnya “mengharamkan” lokalisasi.

Kasus HIV/AIDS menimbulkan dugaan adanya praktek pristitusi terselubung di tempat-tempat terselubung pula, yang menerpa wilayah ini, dan ditengarai selain ditempat hiburan malam, perhotelan, kafe-kafe, lokasi karaoke atau bahkan di lokasi pertambangan batubara yang menjamur di wilayah Kalsel.

Konon banyak pekerja tambang berasal dari luar daerah bekerja di Kalsel tanpa isteri,kemudian “jajan” ke lokasi “remang-remang” ilegal dekat tambang, atau lokasi lain yang bisa menyebarkan penularan panyakit menakutkan itu.

Penularan ini pula diduga akibat kian merebaknya penyalahgunaan narkoba melalui jarum suntik, serta kegiatan seks yang menyimpang.

Peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS di Kalsel ternyata menjadi sorotan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.
Saat mengunjungi Banjarmasin (27/2) lalu menyatakan jika angka tersebut terus meningkat, maka akan menjadi bencana bagi Kalsel.

“Ini merisaukan, kalau HIV/AIDS tidak dikendalikan, maka capaian pengurangan penyakit menular lainnya tidak berguna,” ujarnya dihadapan Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin dan jajaran kesehatan setempat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, dari 2002 hingga 2012, angka kasus HIV/AIDS sudah menembus melebihi angka 200 kasus, dan Itupun diduga, masih banyak kasus HIV/AIDS yang belum terdata.

Padahal dalam kasus penyakit tersebut biasanya satu orang yang terdata diduga masih ada sepuluh orang lainnya yang terjangkit tapi belum diketahui,dengan demikian tentu mengusik ketentraman warga yang selama ini sudah merasa agak “aman” dengan kian berkurangnya serangan penyakit, TBC, DBD, malaria, dan penyakit menular lainnya.

Apalagi berdasarkan data kasus HIV/AIDS justru paling banyak menular dikalangan generasi muda yang sebenarnya menjadi pemegang tongkat estapet pembangunan wilayah 13 kabupaten dan kota serta berpenduduk 3,6 juta jiwa itu.

Yang merisaukan pula kasus HIV/AIDS di Kalsel juga menyerang ibu rumah tangga, yang sebenarnya kelompok yang jauh darikegiatan yang bisa menularkan HIV/AIDS.

Kasus HIV di Kalimantan Selatan tertinggi terdapat pada remaja usia produktif yang berumur antara 20-29 tahun yaitu mencapai 50 persen dari total kasus HIV hingga Desember 2012 sebanyak 325 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Akhmad Rusdianyah di Banjarmasin, Kamis mengatakan, berdasarkan estimasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) nasional pada 2009, di Kalimantan Selatan terdapat 948 orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

“Sejak 2002 sampai dengan Desember 2012 sudah ditemukan atau dilaporkan HIV/AIDS sebanyak 587 kasus atau 61,9 persen dari estimasi yang ditetapkan tersebut,” katanya.

Khusus HIV/AIDS, kata dia, prosentase kumulatif HIV tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun, sebanyak 40,6 persen, selanjutnya umur 30-39 tahun sebanyak 18,6 persen, dan 40-49 senbanyak 4,9 persen.

Dari 325 kasus HIV tersebut, sebanyak 68,3 persen terjadi pada perempuan, terutama pada penjaja seks komersial sebanyak 183 kasus, 17,8 persen pada laki-laki dan sisanya 13,9 persen tidak diketahui.

Selanjutnya, yang sangat memprihatinkan, penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut kini juga sudah menyerang ibu rumah tangga dengan kasus yang telah ditemukan sebanyak 18 orang.

Penyakit ini juga ditemukan pada warga binaan sebanyak 44 orang dan tenaga non profesional 22 kasus.

Jumlah kasus HIV tertinggi, tambah Rusdiansyah, di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 149 kasus, Kota Banjarmasin 68 kasus, Banjarbaru, 36 kasus, Kotabaru 16 kasus dan Kabupaten Banjar 13 kasus.

Sedangkan untuk AIDS, sampai dengan Desember 2012 mencapai 262 kasus, dengan kasus tertinggi terjadi pada ibu rumah tangga sebanyak 41 kasus, tenaga non profesional 34 kasus, penjaja seks 18 kasus dan lain-lain 9 kasus.

Daerah terbanyak penderita AIDS yaitu, Banjarmasin, 121 kasus, Banjarbaru, 25 kasus, Tanah Bumbu 25 kasus, Kotabaru, 16 kasus, dan Tabalong sebanyak 13 kasus.

Menurut Rusdiansyah, faktor resiko penularan AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman yaitu 88,2 persen dan melalui jarum suntik narkoba dan lainnya sebanyak 11,7 persen.

aids1

Pencegahan
Pihak Dinas Kesehatan Kalsel sendiri selalu melakukan penyuluhan agar penyakit tersebut tidak meluas, terutama penyuluhan di kalangan pelajar,mahasiswa, dan masyarakat umum, khususnya mereka yang beresiko tinggi terjangkit virus yang belum ada obatnya tersebut.

Bahkan di Kalsel dan beberapa kabupaten dan kota di wilayah ini membentuk sebuah lembaga khusus menanggulangi penyakit ini yaitu Komisi Penanggulangan Aids (KPA) , serta lembaga lainnya.

Kota Banjarmasin yang juga banyak kasus HIV/AIDS sudah mengantisipasi penularan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya mengkhususnya sebuah Puskesmas untuk melakukan perawatan penyakit tersebut.

Puskesmas yang dipilih melakukan penanganan penyakitHIV/AIDS adalah Puskesmas Pekauman, dimana petugasnya dilatih mengenai penangananh HIV/AIDS serta dilengkapi dengan berbagai peralatan.

Di Banjarmasin sendiri penanggulangan penyakit HIV/AIDS terlihat kian gencar saja, dengan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat luas hingga ke daerah pinggiran, ke tempat hiburan malam, lembaga pemasyarakatan, serta pengambilan simpel darah.

Untuk mencegah penularan penyakit ini di Banjarmasin, yakni membentuk aturan melalui Perda.

“¿Melihat sudah banyaknya warga Banjarmasin terjangkit HIV/AIDS, maka dipandang perlu adanya aturan berupa Perda guna menangkal penyakit itu,¿ kata anggota DPRD Banjarmasin, M Dafik As¿ad.

DPRD Kalsel juga tak tinggal diam, bersama instansi/pihak terkait akan membahas masalah HIV/AIDS. “Ya nanti kita bicarakan dengan pimpinan dewan atau ketua komisi, untuk mengundang instansi/pihak terkait permasalahan HIV/AIDS,” ujar Wakil Ketua Komisi IV bidang kesra DPRD Kalsel H Budiman Mustafa.

Kasus HIV/AIDS ini juga mencuat kepermukaan saat seminar kependudukan kerjasama antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalsel dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) setempat.

Dalam seminar tersebut meminta BKKBN meningkatkan perannya terutama menggalakan pemakaian kondom, atau memberikan penyuluhan yang lebih gencar lagi mengenai kesehatan alat produksi (Kespro).

Kepala BKKBN Kalsel, Sunarto mengakui masalah HIV/AIDS telah menjadi perhatian, tetapi porsi program penanggulangan penyakit tersebut relatif agak kecil dibandingkan program lainnya.

Masalah pemakaian kondom atau KB pria bagian dari upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS, begitu juga mengenai masalah-masalah kesehatan reproduksi yang selalu ditekankan terjangkitnya penyakit kelamin termasuk HIV/ADIS