WISATA KULINER TEPIAN SUNGAI MARTAPURA BANJARMASIN

Oleh Hasan Zainuddin

1

4
Tak terasa dua gelas kopi sudah habis terminum, dua bungkus kacang goreng ditambah beberapa iris kue tradisional khas Banjar “amparan tatak” pun telah habis, kini kembali lapar, ingin rasanya mengkonsumsi nasi kuning pula,kata Masran warga kota Banjarmasin saat ngobrol bersama penulis di sentra kuliner “Mandiri,” Jalan Pos Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Ngobrol di areal sentra kuliner tepian Sungai Martapura di ibukota provinsi paling selatan pulau terbesar tanah air itu, memang tak terasa waktu .
“Kita mulai ngob rol tadi dari jam 13:00 Wita, ini sudah jam 16: wita,” kata Masran lagi seraya memperlihatkan jarum jam di tangannya.
Suasana lokasi sentra kuliner “Mandiri” yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat itu agaknya cocok bagi mereka yang ingin ngobrol lama.
Di bawah puluhan tenda-tenda warna warni tepian sungai dan dinaungi pepohonan yang rindang lokasi yang dulunya merupakan kawasan pasar burung tersebut merupakan ideal bagi wisatawan yang ingin berlama-lama menikmati semilirnya angin dan gemericik suara riak air sungai Martapura yang berhulu ke Pegunungan Meratus tersebut.
Apalagi lokasi itu dijual aneka makanan dan kue-kue tradisional sehingga bisa memanjakan selera makan pagi, makan siang , serta makan malam, atau sekedar mencicipi kue kecil atau aneka kue lainnya seraya menghirup panasnya kopi atau teh.
Sejauh mata memandang terlihat aneka pemandangan tepian sungai yang sudah dimodifikasi menjadi Water Front City (kota bantaran sungai) yang dibangun Pemkot Banjarmasin dengan dana ratusan miliar rupiah.
Apalagi aktivitas warga di sungai yang bermuara ke Sungai Barito tersebut menambah pemandangan yang mengusik diri untuk berlama-lama, lantaran di sungai tersebut terlihat hilir-mudiknya “klotok” semacam angkutan warga sejenis perahu bermesin, hilir-mudik di wilayah yang dikenal dengan sebutan “kota seribu sungai,” tersebut.
Klotok itu adadalah jenis angkutan kota yang ada di sungai seperti layaknya mobil angkot di daratan dengan jarak tempuh agak jauh, kemudian masih ada hilir-mudik jukung (sampan) juga angkutan untuk warga kota ke sana kemari dengan jarak pendek, ibabarat di daratan itu adalah becak.

2
Kemudian masih hilir-mudik kapal-kapal sungai yang mengangkut barang dagangan, barang pertanian, bahkan barang tambang yang menyusuri kawasan yang selama ini menjadi rute wisata susur sungai.
Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin saat melakukan pembukaan sentra kuliner tersebut pertengahan Juni 2014 lalu menyatakan kebanggaannya karena wilayah ini menambah perbendaharaan lokasi wisata kuliner setelah sebelumnya juga diresmikan Kota Kawasan Wisata Kuliner (KWK) Gang Pengkor Jalan Brigjen Hasan Basri.
Lokasi sentra kuliner tepian Sungai Martapura yang juga juga dikenal sebagai jalur Jalan Pos sepanjang sekitar 300 meter menghubungkan Jalan Hasanudin HM dengan jalan Sudirman dekat Jembatan Merdeka.
Menurut wali kota keberadaan sentra kuliner ini akan memperkuat posisi Kota Banjarmasin sebagai kota wisata, khususnya sebagai wilayah paiwisata perairan.
Dengan adanya lokasi tersebut akan memudahkan wisatawan yang datang ke kota berpenduduk sekitar 700 ribu jiwa tersebut untuk menikmati kuliner khas setempat, seperti laksa, ketupat kandangan, nasi kuning, lupis, lontong, dan penganan 41 macam.
Selain itu juga tersedia makanan nasional, seperti nasi goreng, soto, masakan padang, masakan jawa, masakan Palembang, dan aneka makanan nusantara lainnya di sejumlah kios yang tercatat 52 buah tersebut.
“Bagi wisatawan makan di lokasi ini akan merasakan nikmatnya udara Sungai Martapura berada di pepohnan rindang, sambil menikmati pemandangan hilir mudiknya berbagai perahu dan angkutan air lainnya,” kata Muhidin.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata setempat, Subhan menuturkan lokasi tersebut akan dimeriahkan lagi dengan aneka atraksi wisata, seperti lomba perahu (jukung), yang akan diagendakan serta permainan jet ski.
Subhan juga merencanakan menambah atraksi wisata lainnya seperi benana boat, perahu karet, dan atraksi wisata disamping hiburan trasidional seperti musik panting atau madihin, di lokasi tersebut.
“Seberang sungai ini akan dibangun patung raksasa, berupa patung Bekantan (kera hidung panjang/ Nasalis larvatus) yang merupakan maskon fauna Kalsel, sehingga bagi yang berada di sentra kuliner ini akan bisa menikmati patung raksasa ini dari seberang sini,” kata Subhan seraya menunjuk rencana pembangunan patung bekantan itu persen seberang sungai yaitu Jalan Pire Tendean.
“Kita berharap lokasi ini menjadi ikon pariwisata, karena di seberang sungainya juga sudah ada pusat kuliner Taher Square yang akan dilengkapi dengan patung Bekantan tersebut,”kata Subhan.
Menurut Subhan sentra kuliner ini bagian rute perjalanan objek wisata air di Kota Banjarmasin , selain pasar terapung, wisata relegi masjid Raya Sabilah Muhtadin, makam habibb Basirih, masjid Sultan Suriansyah, museum Wasaka, pusat kuliner katupat, pusat pelelangan ikan, dan dermaga balaikota Banjarmasin.

klotok

klotok

Susur Sungai

Keberadaan beberapa lokasi sentra kuliner tepian sungai Martapura yang dibangun Pemkot Banjarmasin tersebut memperoleh respon positif dari Pemerintah Provinsi (Pemrov) Kalimantan Selatan.
Pemprov Kalimantan Selatan melalui instansi kepariwisataan setempat kian menggalakkan pariwisata sungai yang merupakan wisata andalan provinsi setempat yang terus dipromosikan ke dunia luar khsususnya ke manca negara.
wisata susur sungai Kota Banjarmasin dan sekitarnya merupakan yang ditonjolkan dalam memancing lebih banyak lagi kedatangan wisatawan, sekaligus memperluas posisi ibu kota provinsi tersebut sebagai wilayah kepariwisataan air.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Mohandes kepada penulis menyebutkan wisata susur sungai tersebut selain menyusuri Sungai di Banjarmasin juga diarahkan ke sungai lainnya di luar Kota bahkan hingga ke Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Wisata susur sungai tersebut dengan memanfaatkan kapal -kapal sungai yang dimodifikasi menjadi kapal wisata menyusuri Sungai Martapura dan Sungai Barito serta anak-anak sungai yang di wilayah Banjarmasin yang memiliki 105 buah sungai ini.
Hanya saja ia menyayangkan di Banjarmasin terdapat bangunan jembatan yang cukup rendah hingga menyulitkan lalu-lalang kapal wisata air tersebut.
“Lihat saja Jembatan Merdeka dan Jembatan Dewi, kondisinya cukup rendah hingga kalau air pasang dalam maka jembatan tersebut akan sulit dilalui kapal wisata,” kata Mohandes seraya menunjuk dua jembatan tersebut yang lokasinya tidak jauh dari peresmian pusat kuliner tersebut.
Oleh karena itu ia menyarankan bagaimana kondisi jembatan tersebut nantinya bisa ditinggikan dari kondisi sekarang agar memudahkan pengembangan wisata air tersebut.
Menurut Mohandes, kelebihan kota Banjarmasin adalah banyaknya sungai alam bukan sungai buatan yang relatif memiliki pemandangan indah di kalangan wisatawan untuk menyusurinya, Apalagi di kiri kanan sungai terdapat pemukiman penduduk dengan aneka budaya khas setempat, seperti rumah lanting, warung terapung, industri terapung, dan budaya lainnya.
Rute yang dijual dalam wisata susur sungai tersebut tentu merupakan objek andalan setempat, seperti pasar terapung, pusat perdagangan Banjarmasin, wisata kuliner soto Banjar, Pulau Kembang dengan ratusan ekor kera jinak, masjid Sultan Suriansyah, makam Ulama Basirih, masjid Raya Sabilah Muhtadin, Siring sungai, dan Museum Wasaka serta beberapa objek lagi.
Wisata susur sungai tersebut pun akan dikemas sedemikian rupa ke arah pusat cenderamata seperti kampung sasirangan yang akan diladeni oleh pemandu wisata yang berpengalaman yang bisa memberikan penjelasan mengenai kondisi kota serta aneka budayanya, kata Mohandes.
Dalam rute susur sungai itulah nantinya para wisatawan bisa singgah ke sentra-sentra kuliner dengan menikmati aneka makanan setempat, dengan demikian maka wilayah ini akan menjadi daya pikat tersendiri di mata wisatawan nusantara maupun manca negara.

5

6

ECENG GONDOK GANGGU “KOTA SERIBU SUNGAI” BANJARMASIN

Oleh Hasan Zainuddin

ilung
Serangan gulma berupa eceng gondok menjadi gangguan serius di sejumlah sungai di Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, terutama musim hujan berkepanjangan belakangan ini yang dibarengi dengan banjir di kawasan hulu sungai.

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) bukan saja terlihat di sungai Martapura dan Sungai Barito tetapi juga terlihat di hampir 74 sungai yang ada di kawasan yang berjuluk “kota seribu sungai” tersebut.

Keberadaan tanaman yang konon berasal dari Sungai Amazon tersebut benar-benar merepotkan kota yang sebagian besar wilayahnya perairan, karena serangan gulma ini bahkan mematikan beberapa sungai kecil.

eceng-gondok

Eceng gondok larut di atas air kadang kala menumpuk di lokasi tertentu dan menyita hampir separu sungai, dan bahkan beberapa kali tumpukannya nyangkut di dua jembatan terbesar kota ini, Jembatan Antasari dan Jembatan Pasar Lama.

Nyangkutnya tumpukan eceng gondok beberapa waktu lalu pernah menggunung peraktis menuputi sungai dan mamatikan angkutan air di kawasan tersebut.

“Kala itu saya sangat kasihan melihat para pemilik “klotok” (jenis angkutan penumpang sungai) yang biasanya beroperasi di jalur Sungai Martapura terpaksa menghentikan usaha mereka karena sungai tertutup,” kata Abdullah, warga setempat.

Banyak pihak merasa prihatin serangan eceng gondok itu hingga beberapa organisasi masyarakat (ormas) pun turun membersihkan sungai.

Pemkot Banjarmasin,Kalimantan Selatan melalui Dinas Sumberdaya Air dan Drainase (SDA) memang mengakui kerepotan menangani eceng gondok.

Menurut Kepala Dinas sda, Ir Muryanta serangan eceng gondok di banyak sungai di Banjarmasin, hingga sungai kotor bahkan banyak yang menyempit dan mendangkal dan selain menganggu keindahan juga mengganggu arus lalu-lintas sungai daerah setempat.

Di Banjarmasin terdapat 104 jumlah sungai dan hingga kini sekitar 74 sungai masih berfungsi, oleh karena itu perlu dijada dan dipelihara agar sungai tersebut tidak sampai mati seperti sungai sebelumnya.

Apalagi Banjarmasin dikembangkan menjadi sebuah kota berbasis kota wisata sungai, karena sungai Banjarmasin salah satu magnet memancing wisatawan ke kota ini.

Guna membenahi wisata sungai tersebut berbagai upaya sudah dilakukan, seperti pembuatan siring sungai penuh dengan taman-taman, warung kuliner, lanting, kedai terapung, rumah terapung, lokasi pasar terapung, dermaga, dan sejumlah armada wisata air yang disediakan pemerintah setempat.

“Jika sungai yang menjadi andalan pembangunan kota berpenduduk sekitar 700 ribu jiwa ini tak terpelihara, sulit mengembangkan menjadi sebuah wilayah kepariwisataan yang dikendaki,”katanya.

Guna mengurangi serangan eceng gondok tersebut, Pemkot Banjarmasin terus menyiwa kapal pembersih gulma dan sampah sungai dengan dana yang begitu besar setiap tahunnya.

“Kapal pembersih gulma dan sampah tersebut setiap hari bekerja, dan sekitar 60 ton 70 ton eceng gondok dibersihkan dari sungai per harinya,” kata Muryanta.

Menurut Muryanta, saat musim penghujan ini jumlah eceng gondok tersebut walau terus dibersihkan tetapi tetap saja banyak dipermukaan air sungai, karena bila satu lokasi di bersihkan maka tak lama datang lagi hamparan eceng gondok itu, karena terbawa arus yang datang dari berbagai penjuru sungai.

Lain hal disaat kemarau bila satu lokasi dibersihkan maka lokasi itu dalam waktu tertentu tetap bersih, karena pergerakan air tidak sederas seperti penghujan.

“Kami benar-benar kerepotan olah eceng gondok ini,bayangkan saja satu lokasi yang sudah bersih dari serangan eceng gondok pada keesokan harinya lokasi itu sudah penuh lagi dari tanaman itu, karena terbawa larut oleh arus air yang datang dari hulu sungai,”tuturnya.

Ditanya keberadaan kapal pembersih gulma disebutkannya sewaan dari seorang pengusaha di Kota ini yang berhasil mengubah sebuah kapal biasa menjadi sebuah pembersih gulma hingga bermanfaat untuk merevitalisasi sungai.

ilung dijembatan

Eceng Gondok nyangkut di jembatan
Bikin Perangkap
Selain tetap menyewa kapal pembersih eceng gondok yang disebut kapal “sapu-sapu” Pemkot Banjarmasin pun berencana membuat alat perangkap eceng gondok yang larut di sungai tersebut.

Menurut Muryanta, perangkap eceng gondok itu akan dibuat di permukaan air Sungai Martapura, tepatnya di kawasan ada tikungan aliran sungai sehingga tanaman air yang larut ini bisa teperangkap.

Alat itu bukan perangkap sederhana terbuat dari bambu yanga dibentangkan di atas sungai, tetapi dibuatnya dengan teknologi cukup modern dengan tiang beton.

“Ini masih kami perhitungkan, tapi pastinya tiang pancangnya dari beton. Kalau pelampungnya bisa terbuat dari besi atau karet, Sebab kalau alat biasa saja saja tidak mungkin tahan lama,” tuturnya.

Dijelaskan anggaran yang dialokasikan untuk mewujudkan program mengatasi masalah sampah sungai kiriman dari hulu sungai ini sekitarr Rp800 juta.

Selain akan membangun itu, pihaknya juga akan memohon tim pembebasan lahan Pemkot untuk penyediaan lahan pembuangan sampah eceng gondok di sekitar Banua Anyar itu, agar tidak terlalu jauh membuangnya.

Sebab, hasil buangan tanaman yang pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 tersebut akan dikelola.

Eceng gondok bermanfaat untuk dijadikan pupuk, makanya rencanakan yang terperangkap di alat itu tidak dibuang begitu saja, tapi akan dimanfaatkan dan diolah sebagai pupuk kompos, terangnya.

“Silahkan bila ada yang berminat mengelola sampah eceng gondok menjadi barang berharga, selain dib uat pupuk kompos tanaman itu juga bisa dibuat bahan industri dan punya prospek cerah,” kata Muryanta.

Untuk mengurangi serangan eceng gondok itu harus ada perubahan pradiga, eceng gondok yang selama ini dianggap gulma harus menjadi barang beharga dikemudian hari.http://www.youtube.com/watch?v=ZTyr1qvMVJE

Bila tidak demikian maka sulit menangkal serangan tanaman tersebut karena memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

sapu2

Kapal sapu2 pembersih eceng gondok

MEMOLES “KOTA SUNGAI” BANJARMNASIN JADI METROPOLIS

Oleh Hasan Zainuddin


“Sangat elok” demikian kata Abdul Malik seorang pelancong asal Bagan Serai Malaysia setelah mengamati banyak sungai yang banyak membelah-belah wilayah Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

“Kota ini akan menjadi sangat indah dan menarik jika pemerintah setempat mampu mengubah keberadaan sungai menjadi lebih baik, lebih hidup, dan berfungsi sebagaimana mestinya,” kata Abdul Malik yang datang ke “Tanah Banjar,” yang menurut pengakuannya merupakan tanah leluluhurnya tersebut.

Menurut Abdul Malik banyak kota-kota di dunia menjadi terkenal setelah mengeksploitasi sungai menjadi sebuah kawasan menarik bagi kepariwisataan dan keindahan kota.

Ia mencontohkan Singapura, Bangkok, Venesia, Nederland, Sindey, dan banyak lagi kota metropolis lainnya.

Seharusnya Banjarmasin tak susah menuju sebuah kota metropilis serupa jika piawai memberdayakan sungai sungai ini.

Senada dengan Abdul Malik, Direktur Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Danni Sutjiono saat datang ke Banjarmasin awal Juli 2012 lalu menilai Banjarmasin sebuah kota unik yang tak dimiliki daerah lain.

“Kota ini seharusnya bersyukur banyaknya sungai yang melingkari berbagai wilayah dan kalau itu dimanfaatkan akan memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan kota ini,”kata Danni Sutjiono.

Sutjiono berada di Banjarmasin dalam kaitan pertemuan dengan direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Kota Banjarmasin.

Menurutnya, sungai di Banjarmasin dipelihara agar bisa menjadi sumber air baku PDAM sehingga ketersediaan air bersih mencukupi untuk kebutuhan masyarakat.

Bila sebuah kota dengan ketersediaan air bersih mencukupi dipastikan kota tersebut akan menjadi hunian dan perkembangan perkotaan yang nyaman,lantaran air bersih sarana vital kehidupan termasuk menarik investasi.

“Lihat Kota Singapura yang tidak memiliki sumberdaya alam tetapi mampu menyediakan air bersih dengan cukup dan fasilitas lainnya akhirnya kota tersebut menjadi kota metropolis,” katanya.

Lihat juga kota Bangkok, dimana sungai ditata sedemikian rupa hingga menjadi sebuah objek wisata yang menarik telah berhasil menciptakan kota tersebut sebagai kota tujuan wisata dunia.

Melihat kenyataan tersebut sebenarnya Kota Banjarmasin bisa mengejar kemajuan kedua kota ternama di dunia tersebut, tentu dengan memanfaatkan sungai dengan sebaik-baiknya.

Apalagi Banjarmasin memiliki jumlah sungai yang melebihi dari kota-kota yang disebut di atas, sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri, tinggal bagaimana pemerintah kota ini menciptakannya lebih menarik lagi.

“Kelebihan kota ini adalah keberadaan pasar terapung yang alami yang tidak ditemui daerah lain,” katanya.

Selain Pasar Terapung, Banjarmasin juga memiliki kampung terapung, industri berbasis sungai, pemukiman di bantaran sungai, dan aneka budaya berkaitan dengan sungai yang semuanya menjadi daya pikat bagi semua orang.

“Sementara Kota Bangkok memang terdapat pasar terapung tetapi hasil ciptaan untuk wisataan bukan tumbuh dan berkembang alamiah seperti di Banjarmasin,” tuturnya.

Berdasarkan catatan, Banjarmasin memiliki sedikitnya 104 sungai besar dan kecil dan 74 sungai diantaranya masih berfungsi sebagaimana mestinya, sementara sisanya sudah mati lantaran mendangkal,menyempit, dan akibat limbah rumah tangga dan industri disamping diserang gulma.

Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Banjarmasin, Ir Fajar Desira ketika diminta komentarnya tentang pemanfaatkan sungai tersebut mengakui arah pembangunan kota ini adalah memanfaatkan sungai untuk meningkatkan ekonominya.

Wilayah Banjarmasin seluas 72 kilometer persegi minim sumber daya alam karena hampir tidak ditemukan potensi tambang maupun hutan dan hanya sedikit lahan pertanian.
Sementara wilayahnya hampir semua dialiri sungai besar dan kecil, Sungai Besar tercatat seperti Sungai Barito dan Sungai Martapura.

Kalau membangun kota mengandalkan potensi lain yang minim jelas tidak mungkin, karena itu potensi yang ada saja digunakan untuk meraih kemajuan tersebut.

“Tak ada pilihan lain bagaimana sungai-sungai tersebut menjadi daya tarik bagi kepariwisataan ke depan,” katanya.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Muryanta menyebutkan jauh-jauh hari Banjarmasin sudah memikirkan bagaimana kota ini menjadi metropolis dengan mengandalkan sungai tersebut.

Karena itu bertahap membenahi sungai,mulai dengan pembebasan beberapa lokasi bantaran sungai yang kumuh menjadi sebuah kawasan pertamanan yang indah.

“Lihat saja tepian Sungai Martapura, baik yang di Jalan Sudirman, Jalan Pire Tendean, setelah dibebaskan dari pemukiman kumuh, sekarang sudah menjadi kawasan wisata yang menarik dan menjadi ikon kota,”tuturnya.

Kemudian Pemkot Banjarmasin juga bertahap pembebasan tepian Sungai Kerokan, Sungai Teluk Dalam, Sungai Kuripan, Sungai Jalan Veteran dan beberapa lokasi lain yang sudah menghabiskan dana tak sedikit.

Belum lagi pembangunan fasilitas berkaitan dengan kepariwisataan sungai tersebut, seperti penataan bantaran sungai dalam upaya menciptakan keindahan itu.

Pembenahan sungai tersebut karena arah pembangunan berkelanjutan kota ini yang dicanagkan sejak tahun 2009 lalu adalah berbasis sungai.

Menurut Muryanta karena arah pembangunan berkelanjutan berbasis sungai maka tak ada pilihan bagaimana agar sungai-sungai yang banyak membelah kota ini bisa menjadi daya tarik ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat ke depannya.

Untuk penataan bantaran sungai tahun anggaran 2011 lalu telah menghabiskan sedikitnya Rp17 miliar, seperti pekerjaan seperti penguatan tebing sungai di Ujung Murung, Jalan Sudirman dekat Pasar Lama.

Pekerjaan penataran bantaran sungai ini terus dilanjutkan tahun 2012 bahkan pada tahun-tahun kedepannya, agar kota ini benar-benar indah lantaran sungai.

Kemudian Pemkot juga membangun sejumlah dermaga pada titik strategis menghidupkan kepariwisataan sungai tersebut.Dermaga dimaksud juga mengembalikan kejayaan angkutan sungai, seperti lokasi siring sungai Jalan Tendean dan Ujung Murung.

“Kalau di Banjarmasin ini terdapat 15 jembatan berarti yang kita bangun dermaga nantinya sebanyak 15 buah,” tutur Muryanta.

Maksudnya dengan adanya dermaga dekat jembatan itu maka akan memudahkan masyarakat bepergian kemana-mana, baik melalui angkutan sungai maupun angkutan darat.

Mereka yang melalui angkutan sungai bisa singgah di dermaga dekat jembatan kemudian bepergian lagi lewat angkutan darat kemana mereka mau, dengan demikian maka menghidupkan angkutan sungai maupun angkutan darat, tambahnya.

Keberadaan dermaga itu akan memperkuat keberadaan pariwisata air sebab orang akan mudah bepergian kemana-mana melalui air, harapannya Banjarmasin bisa menjadi kota mertropolis menarik seperti layaknya Bangkok di Thailand, Hongkong, atau Vinesia Italia, demikian Muryanta.

MENATA WISATA AIR DI “KOTA SERIBU SUNGAI”

Oleh Hasan Zainuddin

Banjarmasin,10/5 (ANTARA)- Sekelompok wisatawan dengan sebuah kapal berlayar di Sungai Martapura arah ke Pasar Terapung sementara kelompok yang lain justru ke Makam Sultan Suriansyah, sedangkan kelompok lainnya ke Pulau Kembang.
Kelompok wisatawan menikmati wisata air Kota Banjarmasin dengan tujuan seakan terserah kemauan siapa yang mengajak, bukan berdasarkan sebuah paket wisata sebagaimana mestinya.


Kepala Dinas Kebudayaan,Pemuda, dan Pariwisata Kota Banjarmasin Norhasan kepada pers di balaikota Banjarmasin, Kamis mengakui belum tersusunnya paket wisata khusus wisata sungai di kota yang berjuluk “kota seribu Sungai,” tersebut.
Oleh karena itu kedepan pihaknya harus membuat paket wisata perairan tersebut, agar memudahkan wisatawan menikmati keunikan wisata perairan tersebut.
“Kita sudah susun rute paket wisata perairan kota ini, dimulai dari dermaga wisata air depan balaikota Banjarmasin menuju arah makam habieb Basirih, Pasar Terapung, Makam Sultan Suriansyah, terus ke Pulau Kembang,” kata Norhasan.
Kemudian wisata air dilanjutkan Pasar Terapung, Pulau Kaget, Pulau Bakut, industri perkayuan Alalak, terus kekampung sasirangan, kampung katupat, masjid Raya Sabilal Muhtadin, Pasar lima kembali ke dermaga balaikota, katanya.
Itu baru kerangka rute yang perlu direvisi lagi sebelum hal itu menjadi rute wisata yang baku yang kemudian dipublikasikan ke hotel, penerbangan, biro perjalanan, dan agen-agen wisata lainnya.
Menurut Norhasan bukan hanya paket wisata yang harus disusun dalam upaya menata kepariwisataan air, juga diperlukan dukungan pasilitas yang lain.
Fasilitas dimaksud, karena belum adanya pusat penjualan cendaramata yang terkosentrasi, sehingga menyulitkan wisatawan memperoleh barang cendarama tersebut.
Banjarmasin diperlukan sebuah kawasan atau sentra pusat penjualan cendaramata yang bukan saja mudah dijangkau jalan darat tetapi mudah dijangkau melalui angkutan wisata sungai.
Selain itu juga diperlukan kawasan kuliner yang juga mudah dijangkau jalan darat dan air.
“Moga-moga keinginan menata wisata air tersebut memperoleh respon baik oleh kalangan investor, DPRD dan petinggi Pemerintah Kota Banjarmasin dan pihak pemprop Kalsel,” katanya.
Tenaga pramu wisata yang selama ini belum dibentuk sebuah wadah di Kota Banjarmasin kedepannya perlu pemikiran mewujudkannya, sehingga memudahkan wisatawan memperoleh pemandu menyusuri paket-paket tersebut.
Menurut Norhasan, keunikan wisata kota ini dibandingkan dengan daerah lain adalah susur sungai.
Susur sungai menggunakan “klotok” (perahu bermesin) atau spead boat juga seringkali menjadi pilihan wisatawan mengelilingi kota berpenduduk sekitar 800 ribu jiwa itu.
Wisatawan bisa melihat aktivitas warga dimana terlihat banyak warga mandi, cuci, bersikat gigi di atas lanting.
Atau melihat industri perkayuan dan industri rumah tangga yang banyak ditemui si pesisir sungai seperti di Desa Berangas, Alalak, Kuin, dan di Desa Mantuil.
Untuk mendukung wisata susur sungai Pemkot Banjarmasin menyediakan dua buah kapal wisata air yang cukup besar, ditambah beberapa perahu kecil yang bisa menyusuri sungai-sungai kecil di tengah pemukiman penduduk yang padat.
Para wisatawan, khususnya dari mancanegara, kata norhasan tertarik menyaksikan berbagai kehidupan sungai di pemukiman padat penduduk itu sebuah keunikan tersendiri karena tak ditemui di negara mereka.
Oleh karena itu keunikan itulah yang menjadi daya pikat dan terus dijual ke wisatawan, tambahnya.
Melihat kelebihan-kelebihan objek wisata itu membuat Pemerintah Kota (Pemkot) setempat memanfaatkannya sungai sebagai daya pikat bagi para pendatang, khususnya wisatawan dan juga investasi.
Kepala Dinas Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin Muryanta mengakui Pemkot setempat menjadikan sungai sebagai modal untuk membangun kemajuan kota.
“Kami akan menjadikan sungai sebagai magnet ekonomi kota karena itu kami akan terus benahi sungai,” katanya.
Menurut Muryanta, wilayah kota Banjarmasin seluas 72 kilometer persegi minim sumber daya alam karena hampir tidak ditemukan potensi tambang maupun hutan dan hanya sedikit lahan pertanian.
Sementara wilayahnya hampir semua dialiri oleh sungai besar dan kecil, Sungai Besar tercatat seperti Sungai Barito dan Sungai Martapura.


Jumlah sungai kecil yang membelah Kota Banjarmasin tercatat 104 sungai dan sebanyak 74 sungai masih berfungsi baik yang bisa dijadikan objek wisata.
Kalau membangun kota mengandalkan potensi lain yang minim jelas tidak mungkin karena itu, potensi yang ada saja digunakan untuk meraih kemajuan tersebut.
“Kami akan menjadikan sungai sebagai penggerak ekonomi kota, oleh karena itu tak ada pilihan lain bagaimana sungai-sungai tersebut menjadi daya tarik bagi kepariwisataan ke depan,” katanya.
Melihat kenyataan itu maka wajar bila Pemkot Banjarmasin bertekad menjadikan sungai sebagai daya pikat kepariwisataan dan keinginan tersebut agaknya memperoleh tanggapan positif dari Pemerintah Provinsi Kalsel maupun pemerintah pusat.
Pemerintah pusat melalui Dirjen Sumber Daya Air akan membantu pembenahan sungai di Jalan Pire Tendean.
Tahap awal untuk menjadikan sungai sebagai objek pembangunan tersebut, Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Dinas Sungai dan Drainase terus mengupayakan normalisasi sungai.
Upaya normalisasi tersebut dilakukan pembersihan sungai dari bangunan-bangunan yang ada di atasnya.
Sebagai contoh dan sudah dibebaskan bangunan sepanjang sungai di Jalan Sudirman, Jalan Pire Tendean, Jalan Pembangunan, Jalan Veteran, Jalan Teluk Dalam, dan beberapa bangunan lainnya di pinggir sungai.
Bahkan puluhan miliar rupiah sudah dikeluarkan untuk pembangunan siring dan dermaga untuk fasilitas wisata di jalan Sudirman dan Pire Tendean.
Hal itu terbukti memberikan keindahan kota dimana di kedua siring tersebut ditanami aneka tanaman hias, lampu-lampu hias serta lokasi (tempat) bagi wisatawan untuk bercengkrama sambil menikmati jagung bakar dan makanan khas lainnya.


Untuk mewujudkan komitmen menjadikan sungai sebagai objek wisata sudah pula dilontarkan Wali Kota setempat, Haji Muhidin yang di berbagai kesempatan selalu memuji-muji wisata airnya yang kini kian digandrungi para wisatawan.
Untuk menambah kesemarakan wisata air tersebut, Pemkot menambah lagi satu lokasi wisata baru, kata Norhasan
Lokasi wisata baru tersebut berada di Kawasan Jalan Jafri zam-zam, karena lokasinya yang cukup strategis, di tepian Sungai dan berdekatan dengan stadion 17 Mei Banjarmasin, yaitu sebuah objek wisata Pasar Terapung buatan.
“Kita telah memperoleh bantuan pemerintah pusat untuk membuat desain pembangunan Pasar Terapung di Jafri Zam-zam, karena pasar terapung termasuk tiga objek wisata andalan Kalsel yang menjadiperhatian pemkerintah pusat selain, pendulangan intan dan pusat penjualan batu permata Kota Martapura,”kata Norhasan.
Keinginan Pemkot menjadikan kawasan tersebut sebagai objek wisata terungkap dari kunjungan Wali Kota Banjarmasin, H Muhidin yang sebelumnya sempat menijuau kawasan tersebut.
Wali kota menilai, kawasan Jafri Zam-zam itu sangat potensial untuk dijadikan objek wisata, mengingat adanya sungai Karokan yang cukup indah, selain itu juga ada stadion yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan olahraga bagi masyarakat, baik pagi atau sore hari.
Di lokasi tersebut juga ada sebuah bangunan yang tadinya untuk rumah dinas wali kota, tetapi karena terbentur tata ruang, fasilitas itu menjadi terlantar, dan kini dibenahi sebagai fasilitas wisata keluarga.
Untuk mendukung kota ini sebagai objek wisata air, maka pihak Dinas Bina Marga mengarahkan berbagai pembangunan jalan dan jembatan yang dikelolanya mendukung wisata air.
Banjarmasin membuat jembatan yang ada di kota ini dengan bentuk melengkung, yang artinya jembatan dibangun tidak bakal mematikan keberadaan sungai, dengan bentuk yang demikian maka sungai akan tetap bisa dilalui perahu khususnya perahu wisata.
Berbagai kalangan menyambut baik keinginan Pemkot memasarkan wisata air tersebut, dan diharapkan hal itu akan mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kota.

WISATA AIR “KOTA SERIBU SUNGAI” KIAN MENGGELIAT

Oleh Hasan Zainuddin

sungai Kota Banjarmasin
Banjarmasin, 11/10 (ANTARA) – Bersantai di pinggiran Sungai Martapura, Jalan Pierre Tendean sambil menikmati jagung rebus atau jagung bakar menjadi pilihan sebagian warga untuk berekreasi di kota yang berjuluk “kota seribu sungai” Banjarmasin.
Sementara warga lainnya, memilih menikmati masakan atau kuliner khas Suku Banjar yakni soto Banjar sambil menikmati musik panting jenis musik tradisional setempat.
Tetapi tak sedikit pula warga justru memilih berziarah di makam Habib Basirih atau mengunjungi masjid tertua Sultan Suriansyah sebagai objek wisata keagamaannya, yang juga merupakan bagian dari wisata sungai di ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan tersebut.
Sedangkan para pendatang bahkan dari mancanegara lebih banyak memilih bercengkrama di Pasar Terapung Sungai Barito atau ke Pasar terapung Lokbaintan, sebuah objek wisata yang sudah dikenal luas di kalangan wisatawan baik di Tanah Air maupun di luar negeri.
Bagi wisatawan yang suka dengan binatang kota ini juga menyediaan objek wisata air, yaitu ke Pulau Kembang dimana terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan ekor kera abu-abu berekor panjang yang terbilang jinak dan bersahabat dengan wisatawan.
Atau wisatawan bisa menyaksikan Bekantan (Nasalis larvatus) atau hidung panjang yang ada di Pulau Kaget tidak jauh dari kota yang telah bertekad menjadikan keberadaan air sebagai modal utama membangun kepariwisataan itu.
Susur sungai menggunakan “klotok” (perahu bermesin) atau spead boat juga seringkali menjadi pilihan wisatawan mengelilingi kota berpenduduk sekitar 800 ribu jiwa itu. Wisatawan bisa melihat aktivitas warga dimana terlihat banyak warga mandi, cuci, bersikat gigi di atas lanting.
Atau melihat industri perkayuan dan industri rumah tangga yang banyak ditemui si pesisir sungai seperti di Desa Berangas, Alalak, Kuin, dan di Desa Mantuil.

rame2 menuju pasar terapung

Jukung bisa menjadi angkutan wisata

Melihat kelebihan-kelebihan objek wisata itu membuat Pemerintah Kota (Pemkot) setempat memanfaatkannya sungai sebagai daya pikat bagi para pendatang, khususnya wisatawan dan juga investasi.
Kepala Dinas Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin Muryanta di Banjarmasin, Selasa, mengakui pemerintah kota (pemkot) setempat telah menjadikan sungai sebagai modal untuk membangun kemajuan kota.
“Kami akan menjadikan sungai sebagai magnet ekonomi kota karena itu kami akan terus benahi sungai,” katanya.
Menurut Muryanta, wilayah kota Banjarmasin seluas 72 kilometer persegi minim sumber daya alam karena hampir tidak ditemukan potensi tambang maupun hutan dan hanya sedikit lahan pertanian.
74 sungai kecil

Sementara wilayahnya hampir semua dialiri oleh sungai besar dan kecil, Sungai Besar tercatat seperti Sungai Barito dan Sungai Martapura.
Jumlah sungai kecil yang membelah Kota Banjarmasin tercatat 74 buah sehingga kota ini berjuluk “kota seribu sungai.”
Kalau membangun kota mengandalkan potensi lain yang minim jelas tidak mungkin karena itu, potensi yang ada saja digunakan untuk meraih kemajuan tersebut.
“Kami akan menjadikan sungai sebagai penggerak ekonomi kota, oleh karena itu tak ada pilihan lain bagaimana sungai-sungai tersebut menjadi daya tarik bagi kepariwisataan ke depan,” katanya.
Ia mencontohkan dua kota yang terbilang maju menjadikan sungai sebagai daya pikat ekonomi seperti Denpasar atau Yogyakarta.
Begitu juga kota lain di luar negeri seperti Bangkok, Hongkong, atau Venesia Italia, bahkan sekarang Malaysia mulai ikut-ikut membenahi sungai sebagai daya pihak ekonomi tersebut.
Melihat kenyataan itu maka wajar bila Pemkot Banjarmasin bertekad menjadikan sungai sebagai daya pikat kepariwisataan dan keinginan tersebut agaknya memperoleh tanggapan positif dari Pemerintah Provinsi Kalsel maupun pemerintah pusat.
Pemprov Kalsel berjanji akan mengucurkan dana untuk pembenahan objek wisata sungai di bilangan Jalan Jafri Zam-Zam, dan pemerintah pusat melalui Dirjen Sumber Daya Air akan membantu pembenahan sungai di Jalan Pire Tendean.
Tahap awal untuk menjadikan sungai sebagai objek pembangunan tersebut, Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Dinas Sungai dan Drainase terus mengupayakan normalisasi sungai.
Upaya normalisasi tersebut dilakukan pembersihan sungai dari bangunan-bangunan yang ada di atasnya, sebagai contoh dan sudah dibebaskan bangunan sepanjang sungai di Jalan Sudirman, Jalan Pire Tendean, Jalan Pembangunan, Jalan Veteran, Jalan Teluk Dalam, dan beberapa bangunan lainnya di pinggir sungai.
Bahkan puluhan miliar rupiah sudah dikeluarkan untuk pembangunan siring dan dermaga untuk fasilitas wisata di jalan Sudirman dan Pire Tendean, yang telah terbukti memberikan keindahan kota dimana di kedua siring tersebut ditanaman aneka tanaman hias, lampu-lampu hias serta lokasi (tempat) bagi wisatawan  untuk bercengkrama sambil menikmati jagung bakar dan makanan khas lainnya.
Untuk mewujudkan komitmen menjadikan sungai sebagai objek wisata sudah pula dilontarkan Wali Kota setempat, Haji Muhidin yang di berbagai kesempatan selalu memuji-muji wisata airnya yang kini kian digandrungi para wisatawan.
Untuk menambah kesemarakan wisata air tersebut, Pemkot menambah lagi satu lokasi wisata baru, kata Kepala Bagian Humas Pemkot Banjarmasin, Kurnadiansyah menambahkan.
Lokasi wisata baru tersebut berada di Kawasan Jalan Jafri zam-zam, karena lokasinya yang cukup strategis, di tepian Sungai dan berdekatan dengan stadion 17 Mei Banjarmasin,  fasilitas olahraga termegah di Kalsel.
Keinginan Pemkot menjadikan kawasan tersebut sebagai objek wisata terungkap dari kunjungan Wali Kota Banjarmasin, H Muhidin beberapa hari lalu ke kawasan tersebut.
Wali kota menilai, kata Kurnadiansyah wilayah itu sangat potensial untuk dijadikan objek wisata, mengingat adanya sungai Karokan yang cukup indah, selain itu juga ada stadion yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan olahraga bagi masyarakat, baik pagi atau sore hari.
Di lokasi tersebut juga ada sebuah bangunan yang tadinya untuk rumah dinas wali kota, tetapi karena terbentur tata ruang, fasilitas itu menjadi terlantar, dan kini dibenahi sebagai fasilitas wisata keluarga.
Kepala Dinas Bina Marga Banjarmasin, Ir Fajar Desira menyebutkan bahwa arah pembangunan jalan dan jembatan yang dikelolanya mengarah kepada pembangunan kota sebagai kota wisata air.
“Kita akan buat jembatan yang ada di kota ini dengan bentuk melengkung, yang artinya jembatan dibangun tidak bakal mematikan keberadaan sungai, dengan bentuk yang demikian maka sungai akan tetap bisa dilalui perahu khususnya perahu wisata,” kata Fajar.
Bahkan untuk mendukung kemajuan wisata sungai pihaknya kini sedang menyelasaikan pembangunan jalan darat ke arah objek wisata air seperti di Kuin Kecil atau ke Sungai Gampa.
Berbagai kalangan menyambut baik keinginan Pemkot Banjarmasin  menjadikan sungai sebagai daya pikat ekonomi tersebut, dan diharapkan hal itu bisa terwujud dan gilirannya bisa menyejahterakan warga kota ini.***6***

Siring sungai yang dibangun dengan danapuluhan miliar rupiah