Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,1/1 (ANTARA)- Sekarang ini agaknya terbuka lebar bagi investor swasta yang memiliki uang banyak meinvestasikan uangnya untuk pembangunan pembangkit listrik, pasalnya energi listrik itu bakal laku dijual dan dibeli pihak PT Perusahaan Litrik Negara (PT PLN) sendiri, keuntungan sudah pasti didepan mata.
Pembelian listrik milik swasta tersebut sudah dilakukan pihak PT PLN Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng) dalam upaya menambah daya listrik bagi kebutuhan masyarakat di dua propinsi bertetangga di puau paling besar nusantara, Kalimantan ini.
General Menejer PT PLN Wilayah Kalsel/teng, Ari Agus Salim sendiri mengakui pihaknya agak kewalahan untuk memenuhi energi listrik untuk masyarakat di kedua wilayah tersebut yang kebutuhan listriknya terus meningkat.
Ia menyebutkan untuk memenuhi kebutuhan lsitrik itu, maka pihaknya tanpa malu membeli listrik dari beberapa perusahaan kayu yang ada di Banjarmasin.
Beberapa pabrik kayu lapis yang beroperasi di Banjarmasin memiliki pembangkit listrik sendiri seperti Pembangkit Listrik tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk kegiatan mereka, tetapi kebutuhan tenaga listrik mereka melebihi dari kebutuhan perusahaan itu, dan kelebihan itulah yang dibeli PLN.
Selain itu ada juga sebuah perusahaan pabrik semen yang memiliki Pembangkit Listrik Tenag uap (PLTU) di Batulicin, Kabpaten Tanah Bumbu yang memiliki kelebihan tenaga lstrik juga dibeli PLN.\
“Pokoknya bila ada swasta yang mempunyai energi listrik bersedia dibeli, oleh sebab itu silahkan swasta bangun pembangkit baru dan dijual ke PLN kita beli asal sesuai aturan,”mkata Ari Agus Salim.
Kalau dikumpul-kumpulkan kelebihan listrik swasta yang berasal dari perusahaan-perusahaan di kalsel itu lalu dibeli PLN mencapai sekitar 10 mega watt (MW), lumayan untuk menambah kemampuan suplai PLN ke masyarakat.
Perusahaan kayu yang ada di Banjarmasin menjual listriknya ke PLN itu, seperti perusahaan kayu lapis PT Wijaya, serta PT Gunung Meranti.
Menurut sebuah catatan kondisi kelistrikan di Kalselteng berdasarkan katagori yang dibuat pemerintah memang termasuk daerah yang kritis, yang masih memerlukan tambahan tenaga listrik, baik untuk industri, rumah tangga, atau penerangan jalan.
Jumlah daya listrik yang ada di Kalsel/teng dalam sistem Barito secara terkoneksi tercatat sekitar sekitar antara 250 hingga 255 MW, sedangkan kebutuhan listrik di Kalsel/teng sekitar 235 hingga 240 MW, dalam kondisi pembangkit normal memang tidak ada masalah tetapi bila ada pembangkit yang mengalami gangguan maka terjadi persoalan, hingga harus terjadi pemadaman yang bergiliran.
Seperti pemadaman yang bergiliran di wilayah Kalsel/teng belum lama ini sangat menjadi keluhan warga setempat, tak jarang akibat pemadaman listrik tersebut menimbulkan berbagai persoalan, antara lain seringnya terjadi kebakaran akibat lampu templok yang tumpah, atau lilin yang jatuh kemudiam membakar sebuah rumah hingga terjadi kebakaran besar.
Berdasarkan catatan pula sedikitnya sepuluh kali kebakaran di Banjarmasin selama terjadinya pemadaman listrik yang bergiliran setelah PLTU Asam-asam berkapasitas 65 kali 2 MW milik PT PLN mengalami kerusakan.
Protes warga ke PLN di wilayah ini begitu sering terdengar bukan saja melalui komentar di berbagai media massa cetak dan elektronik tak sedikit pula bentuk protes masyarakat itu ditunjukkan melalui sebagai demontrasi mendatangi kantor PLN setempat.
Menurut warga, akibat seringnya pemadaman bergiliran tersebut bukan saja menambah biaya kehidupan sekaligus merugikan akibat banyaknya peralatan elektronik di rumah tangga yang rusak setelah listrik byar pet.
“Terus terang saya sangat kecewa pelayanan PLN belakangan ini, terkesan seenaknya melakukan pemadaman, padahal banyak kegiatan warga yang membutuhkan pelananan listrik, seperti acara perkawinan, berbagai pertandingan olahraga di malam hari, dan kegiatan lainnya,”kata Muhamad penduduk kota Banjarmasin. \
Untung saja berbagai keluhan warga mengenai pemadaman listrik bergiliran selama berbulan-bulan itu ditanggapi serius pihak PLN Wilayah Kalsel/teng yang memperbaiki PLTU Asam-asam sesuai jadual yang mengalami
Alhamdulilah perbaikan PLTU asam-asam tersebut sudah baik, dan hingga saat Natal, Tahun Baru dan seterusnya hingga Idul Adha dijamin tidak ada lagi pemadaman aliran listrik secara berguliran itu, kata Ari Agus Salim.
Jaringan listrik Kalsel/teng melalui sistem Barito itu memang disuplai terbesar melalui pembangkit PLTU Asam-asam, disamping Pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA) Riam Kanan berkapasitas 10 kali 3 MW, serta puluhan PLTD berskala kecil dan pembelian dari swasta akhirnya secara keseluruhan kemampuan daya listrik wilayah ini mencapai 250-155 MW.
Pihak PLN ke depan memang mengharapkan sekali penambahan pembangkit listrik baru, mengingat dana pemerintah terbatas silahkan swasta membangun pembangkit baru itu.
Berdasarkan berbagai reencana yang agaknya sudah pasti akan diwujudkan dalam upaya mengantisipasi kebuthan listrik yang terus meningkat tersebut akan dibangun pembangkit baru, khususnya PLTU milik swasta sebanyak lima buah.
\ PLTU Swasta yang segera dibangun itu seperti PLTU Kapuas kapasitas 10 MW, PLTU Batulicin 2 kali 3 MW, PLTU Sampit 7 MW, PLTU Pangkalan Bun 7 MW, PLTU Kotabaru 2 kali 3 MW yang keseluruhan bila semua terwujud ada tambahan 60 MW.
Seluruh PLTU yang akan dibangun pihak swasta tersebut berada di mulut tambang batubara di berbagai kota Kalsel/teng itu, untuk memudahkan pengangkutan bahan bakar batubara yang menjadi bahan bakar PLTU tersebut.
Perkiraan pada tahun 2007 mendatang dua dari PLTU swasta tersebut sudah benar-benar terujud, dan PLTU yang lain ditaksir terwujud tahun berikutnya.
Sementara pihak PLN sendiri merencanakan pembangunan PLTA di Sungai Kusan Tanah Bumbu kapasitas sebesar 40-60 MW, pembangunan pembangkit ini rencananya atas bantuan pemerintah Jepang.
Padahal berdasarkan pnelitian PLTA di Sungai Kusan ini bisa saja kemampuannya mencapai 120 MW tetapi bila itu dipaksakan maka akan banyak pemukiman penduduk yang tenggelam maka dampak sosialnya begitu mahal.
Satu lagi pemnagkit listrik tenaga air di kawasan Tanah Bumbu akan dibangun PLN tetapi skalanya kecil, tambahnya.\
Pembangunan pembangkit menggunakan tenaga air dam batubara tersebut dilakukan mengingat biaya operasi kedua pembangkit itu begitu murah.
Untuk pembangkit listrik tenaga air, biaya produksi hanya sekitar Rp35 per KWH, sementara kalau untuk tenaga desiel menggunakan bahan bakar solar dengan harga enam ribu rupiah lebih per liter, maka biaya produksi PLN Rp1000,- lebih per KWH, maka bila dijual dengan tarif sekarang Rp600,- per KWH maka PLN mengalami kerugian cukup besar.
Sementara kalau pembangkit berbahan bakar batubara biaya produksi relatif jauh lebih murah pula dibandingkan dengan BBM, makanya jalan terbaik adalah pembangkit listrik, tenaga air maupun uap.
Kerugian PLN Kalsel/teng akibat banyaknya pembangkit tenaga desiel itu cukup besar, sebelum kenaikan BBM saja rugi PLN wilayah tersebut sudah capai Rp150miliar per tahun, sebab biaya produksi tercatat Rp1,053 triliun, sementara penghasilan PLN wilayah itu hanya sekitar Rp995 miliar saja.
Kerugian tersebut mengingat 39 persen biaya produksi itu hanya disedot oleh penggunaan BBM, sedangkan 8 persen dari penggunaan bahan bakar batubara, dan 6 persen biaya pembelian listrik swasta
PLN KALSEL ANDALKAN MESIN TUA YANG “SAKIT-SAKITAN”
Harapan masyarakat Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah bebas dari pemadaman listrik akhirnya tinggal impian, setelah Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menolak rencana menyewa generator untuk mengatasi krisis listrik di kedua wilayah itu.
Melalui surat keputusan yang dikirim ke Gubernur Kalsel, Mendagri menyatakan penyewaan genset yang menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) itu tak dibenarkan secara hukum, karena memang tak ada dasarnya hukumnya.
Adalah General Manager (GM) PLN Kalselteng Wahidin Sitompul yang mengeluarkan gagasan penyewaan genset itu, dengan alasan krisis listrik di Kalselteng tak mungkin teratasi dengan cepat tanpa bantuan genset.
Menurutnya, pelanggan listrik di Kalselteng tak mungkin hanya mengandalkan tiga pembangkit yang ada sekarang, yakni PLTU Asam Asam di Tanah Laut, PLTA Riam Kanan di Kabupaten Banjar dan PLTD Sektor Barito di Banjarmasin.
Ketiga pembangkit itu sudah ngos-ngosan alias “sekarat”, sehinga daya yang dihasilkan pun tak sebanding dengan keperluran listrik warga Kalselteng.
Dengan bantuan pembangkit kecil di daerah daya yang dihasilkan PLN di Kalsel hanya 260,5 mega watw (MW), sementara pada beban puncak daya yang diperlukan bagi pelanggan listrik di Kalselteng 290,5 MW. Artinya terjadi kekurangan daya sekitar 30 MW.
Kekurangan itu baru teratasi jika kepala daerah kedua provinsi bertetangga itu berani mengeluarkan uang APBD untuk menyewa genset yang masing-masing berkekuatan 2×40 MW.
Para kepala daerah di Kalsel dan Kalteng (gubernur dan bupati), sebenarnya mendukung usulan penyewaan genset itu. Gubernur Kalteng Teras Narang, merupakan kepala daerah pertama di Pulau kaya sumber daya alam ini yang menyatakan bersedia menyisihkan dana dari APBD untuk penyewaan itu.
Namun dengan keluarnya keputusan Mendagri itu, para kepala daerah di Kalsel dan Kalteng harus menarik kembali pernyataan dukungan penyewaan genset, jika mereka tak ingin masuk kerangkeng dengan tuduhan penyelewengan uang rakyat, meski itu untuk kepentingan rakyat.
Masyarakat kedua provinsi bertetangga ini pun kembali harus bersabar menunggu tuntasnya krisis listrik dan tetap selalu bersiap-siap menerima pemadaman bergilir yang memang sudah terjadi setiap hari.
Begitu pula PLN kembali harus memaksakan ketiga pembangkit yang selama ini dianggap sejumlah pengamat kelistrikan sebagai pembangkit yang sudah usang dan sakit-sakitan dan selalu memerlukan perawatan agar tetap bisa bertahan hidup.
Contohnya, PLTU Asam Asam di Tanah Laut, meski beroperasi tahun 1995 lalu, ternyata kedua mesin PLTU ini hanya mampu bertahan 8.000 jam, setelah itu mesin itu bergantian mendapat perawatan dari “dokter-dokter” mesin PLN.
Jika mesin yang bahan bakar utamanya batu bara ini dipaksakan beroperasi tanpa perawatan bisa mengakibatkan kerusakan yang fatal. Pembangkit yang terletak di Pelaihari, Tanah Laut ini merupakan sumber listrik utama bagi masyarakat Kalselteng. Memiliki kekuatan 2×65 MW. Keduanya, setiap tahun selalu sakit-sakitan. Saat, salah satu mesin istirahat, maka daya tersedia dari pembangkit ini tersisa hanya 1×65 MW.
Sejumlah anggota DPRD Kalsel pernah mengusulkan agar pengadaan mesin PLTU Asam Asam diselidiki pihak yang berwenang, karena diduga mesin yang dibeli belasan tahun yang lalu itu bukan barang baru alias mesin tua, sehingga meski belum terlalu lama beroperasi sudah sering mengalami kerusakan.
“Penelisikan perlu dilakukan untuk memastikan apakah mesin PLTU Asam Asam itu bekas atau baru,” kata anggota DPRD Kalsel H Saifullah Tamliha.
Dukungan penyelidikan juga datang dari mantan Gubernur Kalsel yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) Kalsel, H M Said.
Kondisi tak jauh berbeda dialami PLTD Trisakti, mesin berkuatan 10 MW yang dimiliki PLTD ini, juga dalam kondisi “sekarat”, malah sakitnya jauh lebih fatal dari PLTU Asam Asam, karena saat terjadi kerusakan, suku cadang tak tersedia lagi di dalam negeri.
Satu-satunya negara yang menyediakan suku cadang PLTD ini hanya Belanda. PLTD Trisakti sempat beberapa bulan tak bisa beroperasi, karena suku cadang dari negeri kincir angin itu belum datang. Bagaimana dengan PLTA Riam Kanan, pembangkit yang mengandalkan debit air danau Riam Kanan di Kabupaten Banjar itu juga tak bisa diandalkan, saat debit air turun, otomotis turbin PLTA ini tak bisa bergerak.
Mesin PLTA ini juga perlu perawatan tiap tahun. Saat PLTA tak beroperasi, maka PLN Kalselteng kehilangan daya 28,5 MW.
Industri Kecil Menderita
Krisis listrik di Kalselteng membawa dampak negatif bagi kelangsungan industri kecil dan rumah produksi di kedua provinsi itu. Tak sedikit, industri kecil yang terpaksa tutup, gara-gara minimnya pasokan listrik.
Begitupula rumah produksi, banyak yang mengalami kerugian, karena seringnya terjadi pemadaman baik yang bergilir maupun pemadaman mendadak.
Latif, pemilik video shoting di Jalan Sutoyo S, Banjarmasin, mengaku langganannya sering mengeluh karena pesanan selalu selesai tak tepat waktu.
“Gara-garanya listrik yang sering padam, sementara pekerjaan saya sangat tergantung listrik dari PLN. Empat unit komputer saya miliki tak mungkin beroperasi jika listrik padam,” katanya.
Pengusaha properti juga sangat terpukul dengan krisis listrik ini. Ketua Real Estate Indonesia (REI) cabang Kalsel H Anwar Hadimi, mengungkapkan, saat ini sedikitnya 7.000 unit rumah di Kalsel belum kebagian sambungan listrik dari PLN dan dipastikan akan terus bertambah, mengingat pengusaha perumahan terus membangun rumah baru.
Hemat Energi
Berharap dari tiga pembangkit yang dimiliki PLN untuk mengatasi krisis listrik di Kalselteng memang mustahil, di samping mesin yang sudah tua, daya yang dihasilkan tak sebanding dengan kebutuhan listrik pelanggan.
Solusi sementara, PLN meminta agar pelanggan melakukan penghematan dan mengganti bola lampu yang boros energi dengan yang hemat energi.
“Dari kampanye hemat energi yang kita lakukan, hasilnya sudah mulai terlihat dengan terjadinya penggunaan pengurangan daya sebesar 10 MW,” kata General Manager PLN Kalselteng Wahidin Situmpol.
Selain melakukan kampanye hemat energi, PLN Kalselteng juga melakukan pemadaman listrik di jalan-jalan raya hingga pukul 22.00 Wita.
Solusi jangka panjang, saat ini PLN Kalselteng mulai membangun dua pembangkit baru di Asam Asam untuk membantu pembangkit lama yang selalu sakit-sakitan.
Terobosan baru
Kondisi kelistrikan Kalsel tidak hanya membuat geram masyarakat, tetapi juga Gubernur Kalsel Rudy Ariffin. Bahkan dia mengancam untuk mengambil alih PLN menjadi perusahaan daerah.
Mungkin keinginan gubernur tersebut didorong oleh perasaan emosi karena sudah tidak tahan lagi mendengar teriakan warganya yang terus menjerit karena hampir sepanjang tahun pemadaman listrik selalu terjadi di Kalsel.
Namun seberapapun geramnya gubernur, ternyata juga tidak membuat PLN bergeming, pemadaman bergilir terus berlangsung dan pemerintah provinsi tetap tidak berdaya. Sementara jeritan masyarakat, seolah tidak lagi menjadi beban kerisauan bagi instansi berwenang.
Kondisi tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS) Syafi’i. Pemadaman bergilir yang terus terjadi di Kalsel justru melahirkan terobosan baru bagi pemimpin daerah tersebut.
Pemerintah Kabupaten HSS mulai mengembangkan pembangkit listrik tenaga air atau mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik daerah terpencil.
Saat ini, sedang dikembangkan empat pembangkit mikrohidro untuk daerah yang tidak mungkin “dijamah” PLN, melalui dana APBD II dan bantuan pemerintah pusat.
Keempat proyek pembangunan pembangkit mikrohidro tersebut, yaitu, di desa Malingin Dusun Paniungan Kecamatan Padang Batung. Pembangkit yang mampu menghasilkan daya sebesar 5.000 kwh kini sudah mampu menerangi 28 rumah dan satu mushola di daerah tersebut.
Hebatnya lagi, untuk menikmati listrik yang berasal dari air sungai Paniungan tersebut, masyarakat tidak dipungut biaya, alias gratis, bahkan lampu hingga perlengkapan lainnya juga diberikan secara cuma-cuma.
Setelah adanya listrik mikrohidro yang dibangun dengan dana Rp400 juta tersebut, dusun Paniungan yang terletak di lembah pegunungan meratus yang sebelumya gelap gulita, kini terang benderang, apalagi kalau malam terlihat sangat indah.
Selanjutnya, Pemkab HSS kembali mengembangkan proyek listrik mikrohidro tersebut di daerah Desa Muara Ulang dengan kekuatan 20 kilo atau 2000 Kwh, yang pembangkitnya berasal dari air Sungai Ulang.
Pembangunan pembangkit yang mengandalkan air sungai juga dibangun di desa Malinau Kecamatan Padang Batung, dengan mengandalkan pembangkit dari air terjun Tangkaramin.
Selanjutnya, direncanakan membangun pembangkit kapasitas yang lebih besar, yaitu 100 kilo dengan memanfaatkan air terjun Haratai.
Bukan hanya mikrohidro, pemerintah kabupaten HSS juga telah dikembangkan pembangkit tenaga surya, di Desa Muning Kecamatan Daha Selatan yang lokasinya juga sangat terpencil.
“Sejak 2007 lalu, ratusan rumah di desa tersebut telah memanfaatkan listik gratis,” katanya.
Selain itu HSS tercatat paling hemat, karena mereka memanfaatkan lampu hemat energi, bahkan masyarakat menggunakan lampu warni-warni yang hanya memerlukan listrik beberapa watt saja.
Sudah saatnya, seluruh masyarakat dan pimpinan daerah membuka mata terhadap segala potensi yang ada di sekelilingnya untuk kesejahteraan warganya, karena mengeluh dan berteriak tidaklah menyelesaikan masalah.
PLN KALSELTENG BAKAL DILEBUR JADI TRANSMISI KALIMANTAN
Banjarmasin,16/3 (ANTARA)- Wilayah kerj Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang selama ini masih wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (PLN Kalselteng) bakal dilebur menjadi PLN Transmisi Kalimantan.
Gemeral Menejer (GM) PT PLN Kalselteng, Wahidin Situmpol kepada ANTARA di Banjarmasin, Senin membenarkan adanya rencana perubahan PLN Kalselteng menjadi PLN Transmisi Kalimantan, bila seluruh wilayah pulau terbesar di Indonesia sudah tersambung jaringan listriknya (terinterkoneksi).
Pihak PLN kini sedang melakukan penyambungan jaringan kabel ke suluruh Kalimantan ini agar seluruh wilayah bisa terkoneksi.
“Tidak kurang dari 4000 kilometer, rencana penyambungan kabel listrik agar semua jaringan di empat provinsi Kalimantan ini bisa terinterkoneksi, dan investasi itu sangat mahal,” katanya.
Selain melakukan penambahan jaringan kabel PLN juga terus melakukan pembangunan pembangkit-pembangkit baru, baik memanfaatkan tenaga air, tenaga uap, atau tenaga lainnya.
Untuk wilayah Kalselteng ini saja dibangun pembangkit baru seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam-asam tahap kedua kapasitas 2 kali 65 megawa satt atas bantuan negara China.
Kemudian dibangun pula PLTU Pulang Pisau kapasitas 2 kali 60 mega waat, dan masih dibangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kusan, Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 68 mega watt kapasitasnya.
Selain itu masih dibangun pembangkit yang ada di Kaltim dan Kalbar sehingga seluruh daya listrik di Kalimantan ini akan terkoneksi melalui jaringan yang akan dibangun sepanjang 4000 kilometer tersebut.
Walau investasi untuk melengkapi fasilitas PLN di Kalimantan ini mahal tetapi itu terus dilakukan, agar pelayanan kepada masyarakat bisa lebih ditingkatkan.
Jaringan yang kini diuasahakan untuk wilayah Kalselteng ke Kalimantan Timur (Kaltim) bakal rampung 2010 mendatang, sementara interkoneksi ke wilayah Batulicin akan tersambung 2010 juga.
Sedangkan interkoneksi ke wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) diproyeksikan tersambung pada tahun 2014 mendatang, bila semua jaringan tersambung maka tidak ada lagi PLN Kalselteng, PLN Kalbar, atau PLN Kaltim yaang ada adalah PLN Transmisi Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin, katanya.***2***
PLN KALSELTENG BANGUN PLTA SUNGAI KUSAN
Banjarmasin,14/3 (ANTARA)- PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng) merencanakan membangun sebuah pembangkit baru di kawasan Sungai Kusan, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), wilayah Kalsel.
General Menejer PT PLN Kalselteng, Wahidin Situmpul kepada ANTARA di Banjarmasin, Sabtu membenarkan rencana pembangunan pembangkit menggunakan tenaga air (PLTA) Sungai Kusan dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik wilayah ini.
Pembangunan PLTA Sungai Kusan tersebut ditargetkan akan selesai 2014 mendatang, dengan investasi sekitar Rp1,5 trilun.
Untuk mewujudkan rencana pembangunan pembangkit listrik tersebut maka akan dilakukan studi kelayanan, dan pada bulan Agustus 2009 ini studi kelayanan tersebut sudah rampung, sehingga akan dilanjutkan dengan proses pembangunannya kedepan.
Pembangunan pembangkit dengan kapasitas 68 mega watt tersebut akan memperoleh bantuan dari negera Jepang, Jipec, makanya teknisi pembangunan PLTA tersebut semuanya dari Jepang.
“Kita berharap dengan adanya pembangunan PLTA Sungai Kusan akan menambah daya listrik wilayah ini,” katanya.
Sekarang ini kapasitas listrik Kalselteng hanya 300 MW berasal dari PLTA Riam Kanan, PLTU Asam-asam tahap pertama, serta beberapa buah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), sementara beban puncak sudah mencapai 310 MW sehingga kondisi listrik wilayah ini seringkali mengalami pemadaman.
Selain PLTA Sungai Kusan PLN Kalselteng kini sudah sedang menyelasaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Upa (PLTU) Asam-asam tahap kedua investasi Rp1,3 triliun dengan kapasitas 2 kali 65 MW atas bantuan Cina dengan masa pengembalian 10 tahun.
“Rencana kedepan masih ada pembangkit lagi yang akan dibangun seperti PLTU Pulang Pisau, dan akhirnya seluruh wilayah Kalselteng memiliki kapasitas hingga 800 MW,” demikian Wahidin Situmpol.
PLTU Asam-asam
JAKARTA, JUMAT — PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) memulai pembangunan proyek PLTU senilai Rp 1,2 triliun di Tahan Laut, Kalimantan Selatan. Proyek milik PT PLN (Persero) ini dikerjakan Wika bersama dengan kontraktor asal China, Chengda. Proyek ini diharapkan selesai dalam 24 bulan untuk unit 1 dan dua bulan berikutnya untuk unit 2.
Menurut keterangan Direktur Utama Wika, Bintang Perbowo, PLTU ini akan menghasilkan listrik 130 MW. Pembangkit menggunakan bahan bakar batu bara yang tersedia melimpah di wilayah Kalsel. Pembangkit digerakkan dua turbin masing-masing berkekuatan 65 MW. “Pembangunan PLTU Kalsel 2 x 65 MW ini diharapkan membantu program percepatan pemerintah menyukseskan program percepatan pembangkit 10.000 MW,” kata Bintang Perbowo, Jumat (27/2).
Wika bertekad menyelesaikan proyek ini tepat waktu sehingga tahun 2010 sudah dapat dioperasikan. “Diharapkan dengan adanya penambahan pembangkit listrik ini yang akan beroperasi penuh pada tahun 2010 akan menjawab masalah kekurangan pasokan listrik di daerah tersebut. Kualitas hidup masyarakat Kalsel juga akan meningkat dengan adanya pasokan energi yang cukup,” tambahnya.
Wika berkolaborasi dengan Chengda untuk mengerjakan proyek besar di Kalsel ini. Wika mengerjakan engineering, procuring, dan construction. Selebihnya dikerjakan oleh Chengda, yang memang sudah berpengalaman membangun proyek pembangkit listrik sejak 1950. Bahkan sudah mengerjakan berbagai proyek listrik besar di berbagai negara, seperti Vietnam dan Pakistan sejak tahun 1960.
Kalsel Bangun Pembangkit Listrik
Meski sedang membangun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam-asam unit III dan IV di Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), namun pihak PLN nantinya tidak berani menjamin akan terpenuhinya kebutuhan listrik di wilayah tersebut. Direktur PLN luar Jawa, Madura dan Bali, Haryadi Sitompul, hanya berharap pembangkit tambahan tersebut bisa mencukupi kebutuhan listrik masyarakat.
“Dengan dibangunnya pembangkit listrik bertenaga dua kali 65 mega watt (MW) ini, diharapkan daftar tunggu pemasangan listrik untuk wilayah Kalsel dan Kalimantan Tengah yang jumlahnya mencapai 47 ribu pemohon dapat terselesaikan,” ungkapnya, Kamis (26/2) usai meresmikan dimulainya pembangunan PLTU Asam-asam unit III dan IV di daerah yang berjarak 125 km dari Kota Banjarmasin.
General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Kalselteng, Wahidin Sitompul, mengemukakan, PLTU yang ada saat ini memiliki daya 2 x 65 MW. Hanya saja, kondisi itu belum mencukupi kebutuhan masyarakat setempat yang terdiri dari dua propinsi. Untuk itu, pembangunan unit III dan IV PLTU Asam-asam berkapasitas 2 x 65 MW tersebut sangat membantu pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat Kalsel dan Kalteng. “Ditargetkan, pembangunan PLTU senilai Rp 1,2 triliun itu akan rampung pada Oktober 2010,” paparnya Wahidin Sitompul.
Gubernur Kalsel, H Rudy Ariffin, menyambut positif pembangunan PLTU Asam-Asam unit III dan IV. “Kehadirannya bisa mendukung pertumbuhan pembangunan daerah. Hal itu didasarkan karena semakin maju suatu daerah maka permintaan listrik daerah juga semakin tinggi,” sebutnya.
Apalagi, kata Rudy, bahan baku PLTU berupa batu bara, sementara Kalsel mempunyai cukup banyak simpanan, sehingga pihak PLN tidak perlu khawatir kekurangan “emas hitam” sebagai bahan pembangkit tenaga listriknya.
KALIMANTAN BAKAL SUPLAI LISTRIK KE JAWA DENGAN KABEL LAUT
Banjarmasin,18/3 (ANTARA)-PLN bakal mengembangkan terus pembangkit listrik di wilayah Kalimantan dalam upaya mencukupi daya listrik di wilayah ini, bahkan berencana mensuplai daya listrik melalui kabel laut ke Pulau Jawa.
General Menejer PLN Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng) Wahidin Situmpol kepada ANTARA, di Banjarmasin, Rabu membenarkan rencana pengembangan PLN kedepan akan interkoneksi Kalimantan-Jawa.
Pengembangan pembangunan pembangkit listrik Kalimantan kedepan adalah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan memanfaatkan potensi batubara muda (low rank coal) dengan kapasitas besar.
Batubara muda dinilai tidak ekonomis bila di bawa ke luar pulau Kalimantan, sehingga lebih baik dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di wilayah ini saja.
Dengan memanfaatkan PLTU diharapkan daya yang dihasilkan bisa untuk kepentingan sendiri di wilayah Kalimantan dan kemudian suplai daya ke Pulau Jawa dalam upaya membantu daya di pulau terpadat penduduknya tersebut.
Oleh karena itu diperlukan pembangunan jaringan interkoneksi Kalimantan-Jawa, tambahnya seraya menjelaskan rencana interkoneksi Kalimantan-Jawa melalui transmisi HVDC 500 KV kabel laut dengan panjang 410 kilometer dengan kemampuan transfer daya 6000 mega watt.
Rencana pengembangan interkoneksi Kalimantan-Jawa itu diharapkan bisa dioperasikan tahun 21018 mendatang.
Biaya investasi untuk mewujudkan keinginan tersebut ditaksir mencapai dana Rp23,01 triliun dengan rincian pembangunan kabel laut panjang 410 kilometer Rp4,53 triliun, converter station 6000 MW di Kalimantan Rp9,24 triliun dan Pulau Jawa Rp9,24 triliun.
Biaya tersebut di atas sudah termasuk instalasi, ongkos angkut batubara, transfer daya 6000 MW, transfer energi per hari 144 Gwh, konsumsi batubara 100 ribu ton per hari dan lainnya,
Filed under: pemerintahan, persoalan, Uncategorized | Tagged: listrik, pln, swasta, tambah daya | Leave a comment »