“SAHUR BERSAMA” BUDAYA BARU ERATKAN TALI SILATURAHMI

rudy ariffin

Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,3/7-2016 ()- Saling salam-salaman dan peluk-pelukan lalu duduk saling berhadap-hadapan seraya ngobrol dan sedikit sambutan setelah itu doa lalu makan secara bersama-sama pula.

Itulah budaya sahur bersama yang sudah tujuh kali dilakukan oleh Rudy Ariffin selagi masih menjabat gubernur Kalimantan Selatan dua periode, ketika tibanya bulan Ramadhan dengan kalangan wartawan di wilayah paling selatan pulau terbesar nusantara ini.

“Saya kangen ketemu teman-teman wartawan, kebetulan saya juga terima SMS yang menanyakan masih adakah sahur bersama dengan wartawan, walau saya sudah tak lagi Gubernur Kalsel, saya jawab tentu tahun ini tetap ada,” kata mantan gubernur Kalsel Rudy Ariffin seraya disambut tepuk tangan sekitar 50 wartawan yang hadir dalam acara sahur bersama tersebut.

Sahur bersama dengan mantan orang nomor satu di Kalsel itu berlangsung Minggu (3/7) dini hari di kediamannya di Kota Banjarbaru, sekitar 40 Km Utara Banjarmasin.

“Insya Allah jika ada umur, sahur bersama semacam ini tetap kita gelar di tahun-tahun mendatang, saya senang cara-cara ini karena mampu meningkatkan tali silaturahmi, dan bisa mencairkan kebuntuan komunikasi diantara kita,” kata Ketua DPW PPP Kalsel tersebut yang meletakan jabatan selalu gubernur Kalsel sekitar delapan bulan lalu.

Hadir kala itu Ketua PWI Kalsel Faturahman serta seluruh unsur pengurus PWI dan sejumlah wartawan, disamping datang pula anggota DPR RI dua periode, HM Aditya Mufti Ariffin dari PPP asal daerah pemilihan provinsi Kalsel yang juga putra dari Rudy Ariffin.

Selain itu terlihat pula Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarbaru, Komandan Kodim Kabupaten Banjar, serta Kapolres Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar.

Rupanya, gaya kepemimpinan Rudy Ariffin dengan menggelar atraksi sahur bersama dengan berbagai unsur masyarakat tersebut, belakangan menjadi trend baru, sehingga bukan saja digelar di kalangan pejabat, tetapi juga sudah merasuki budaya di kalangan pengusaha, tokoh masyarakat, dan komunitas.

Bahkan Gubernur Kalsel periode 2016-2020 Haji Sahbirin Noor melanjutkan budaya tersebut dan menggelar sahur bersama pula dengan wartawan pada Selasa (28/6) lalu.

Dalam acara sahur tersebut Gubernur mengaku gembira bisa bertatap muka dengan hampir seluruh wartawan yang ada di Banjarmasin, hingga saling mengenal satu sama lain, dan saling tukar pendapat.

Karena menurutnya pers mempunyai peran besar dalam pelaksanaan dan menyukseskan pembangunan, seraya mengharapkan agar insan pers di Kalsel terus meningkatkan peran dan partisipasi untuk kemajuan pembangunan dan masyarakat daerah ini khususnya.

Begitu juga tanpa pers sulit untuk memotivasi atau mengajak masyarakat supaya bersama-sama pula mamajukan banua Kalsel agar masyarakatnya lebih sejahtera, tuturnya didampingi Wakil Gubernur setempat H Rudy Resnawan, pada acara sahur yang digelar di rumah dinas Jalan R Soeprapto Kota Banjarmasin tersebut.
Atraksi wisata

Bertemu masyarakat dan seraya makan sahur bersama yang sudah sering dilakukan gubernur Kalsel itu kini juga sudah dilakukan beberapa kali oleh Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.

Bahkan Ibnu Sina setiap kali acara sahur bersama dengan para pejabat lingkup Pemkot setempat, dengan unsur kepolisian, serta komunitas sekaligus bertindak sebagai penceramah dan Imam Sholat Subuh.

“Saya bahagia bisa bertemu semua kalangan saat sahur bersama, banyak keluhan masyarakat yang disampaikan untuk perbaikan di kota ini, dan itu saya tampung dan saya akan perhatikan untuk menjadikan kota Banjarmasin sesuai motto “Baiman” atau barasih wan nyaman,” kata wali kota dari unsur partai politik PKS ini.

Berdasarkan catatan, Wali Kota Ibnu Sina menghadiri sahur bersama dengan pihak Sapol Air Polresta Banjarmasin, dan bersama pedagang pasar terapung, bersama komunitas lingkungan, terakhir bersama Balakar 654, sebuah organisasi regu pemadam kebakaran di kota Banjarmasin.

Saat menghadiri “Sahur On The River” (SOTR) III atau Sahur Susur Sungai yang oleh Satuan Polisi Air (Sapol air) Polresta Banjarmasin Sabtu (25/6) dinihari lalu wali kota menilai acara ini memiliki keunikan, sahur bersama dengan ratusan orang, di tepian sungai, di lokasi objek wisata keagamaan lagi.

Menurut dia, SOTR ini semestinya lebih sering dibudayakan. Bukan saja untuk meningkatkan tali silaturahmi, tetapi merupakan salah satu bentuk syiar agama. Yang tidak kalah penting, SOTR di kota seribu sungai ini menjadi atraksi wisata yang tak ada ditemui di belahan banua manapun.

“Saya sudah banyak tanya, tak ada seorang pun menjumpai acara sahur bersama, di lokasi pinggiran sungai yang dihadiri ratusan orang,” kata Ibnu Sina lagi.

Ke depan, kata dia, Pemkot akan melibatkan diri dalam kegiatan semacam ini, dan bahkan mungkin akan menjadi kalender kepriwisataan yang di tawarkan kepada wisatawan, khususnya wisatawan keagamaan.

“Ayu kita menikmati wisata sungai dengan menyusuri kehidupan air, seraya makan sahur bersama,” kata Ibnu Sina dengan nada ajakan.***4***

SAHUR SUSUR SUNGAI ATRAKSI WISATA RAMADHAN

susur sungaiBanjarmasin ()- Makan dan minum seraya mengayuh sampan dilakukan puluhan ibu-ibu di Pasar Terapung Siring Tendean Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sekali-sekali air di gelas tumpah tat kala sampan yang ditumpangi para pedagang sayuran dan buah-buahan di lokasi pasar unik ini oleng lantaran terhamtam gelombang sungai.

Dibantu lampu minyak tanah dan sedikit tersiram sinaran listrik jalanan mereka terlihat samar-samar, namun tak mengurangi keceriaan para pedagang di atas Sungai Martapura ini untuk bersantap sahur bersama dalam kegiatan “Sahur Susur Sungai” (Sahur On The River).

Kegiatan tersebut seperti terlihat pada Minggu dinihari (12/6) yang digagas oleh Satuan Polisi Perairan (Satpolair) Polresta Banjarmasin, menggelar acara sahur susur sungai dari Sungai Barito hingga Sungai Martapura yang ada di kota setempat.

“Kegiatan sahur susur sungai ini bekerja sama dengan PT Mitra Bahtera Segara Sejati (MBSS),” kata Kepala Satuan Polisi Air Polresta Banjarmasin AKP Untung Widodo Sst.

Saat mulai susur sungai pihak Satpolair dan PT MBSS membagikan nasi kotak kepada para nelayan pemancing ikan yang ada di sungai tersebut.

“Kami bagikan nasi kotak kepada para nelayan itu agar nanti mereka bisa sahur dan berpuasa,” tutur pria yang akrab dengan awak media itu.

Dia mengatakan, susur sungai yang dilakukan itu berakhir di Pasar Terapung Siring Tandean di mana di siring tersebut sudah disiapkan acara sahur bersama dengan beberapa komunitas di antaranya Komunitas Kamtibmas Perairan, Komunitas Masyarakat Peduli Sungai (Melingai), serta para pedagang pasar terapung di siring tersebut.

Bukan itu saja dalam acara sahur bersama di Siring Tandean itu turut hadir Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Drs Wahyono MH dan Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.

“Tujuan acara ini untuk menjalin silaturahmi dengan warga sadar keamanan, ketertiban masyarakat (Kamtibmas) khususnya di wilayah perairan Banjarmasin,” ucapnya.

Bukan itu saja, Polri juga lebih dituntut untuk menjalin kemitraan dengan semua unsur serta hadir di tengah-tengah masyarakat, untuk kebersamaan.

Sahur bersama ini untuk mempererat tali silaturahmi dengan pedagang pasar terapung, komunitas kelotok wisata, pecinta lingkungan, agar semakin terjalin keakraban dan mendukung tugas tugas kepolisian untuk menciptakan keamanan dan ketertiban.

“Kami bersama PT MBSS membagikan 50 nasi kotak untuk masyarakat di pesisir serta nelayan dan sekitar 150 orang makan pakai alas daun pisang saat sahur bersama,” ujarnya.

Sementara itu Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Drs Wahyono MH mengatakan dirinya sangat senang bisa hadir di tengah-tengah masyarakat Kota Banjarmasin dan melaksanakan sahur bersama.

“Kegiatan seperti ini harus rutin dilakukan untuk memperat jalinan kasih antara komunitas pedagang pasar terapung dan kelotok wisata,” katanya.

Yang jelas Polisi selalu berharap masyarakat bisa membantu dan bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam menjaga, menciptakan serta memelihara keamanan dan ketertiban di kota ini, dan Polresta menyambut baik kegiatan Satpolair tersebut.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin Iwan Fitriady di Banjarmasin, mengatakan kegiatan Sahur On The River itu luar biasa dan baru pertama kali dilakukan.

“Kami berterima kasih kepada Satpol Air sebagai penggagas pertama kali kegiatan ini walau sederhana tapi hasilnya luar biasa,” tuturnya.

Menurutnya, sahur susur sungai merupakan model baru dalam atraksi wisata yang berada persis di lokasi destinasi wisata Pasar Terapung yang merupakan lokasi yang sudah dikenal luas di Kalsel maupun nusantara.

“Kita berharap atraksi-atraksi wisata semacam itu, harus digali dan diciptakan untuk menambah kesemarakan lokasi yang kini terus dipromosikan sebagai wisata andalan kota Banjarmasin ini,” kata Iwan Fitriady.

Pasar terapung adalah lokasi objek wisata andalan yang dikunjungi hampir lima ribuan orang setiap minggu, lokasi ini menarik lantaran kekhasan tersendiri dimana para pedagang mengenakan kostum tradisional dengan bertopi lebar (tanggui) berjualan di lokasi tersebut.

Sementara barang dagangan yang dijual sebagian besar adalah hasil alam setempat seperti satur-sayuran, buah-buahan, aneka ikan air tawar dan rawa, penganan tradisional, kue kering lokal, serta kuliner-kuliner khas setempat.

Kuliner yang banyak dijajakan pedagang antara lain ketupat kandangan, laksa, lupis, jagung rebus bajarang banyiur, jaring, bubungko, pais, pundut nasi, ketupat balamak, lapat, nisan bacucuk paring, nasi kuning, soto Banjar, dan banyak lagi yang lainnya.

Para pedagang ini berasal dari desa-desa pinggiran kota Banjarmasin serta dari kabupaten lainnya yang datang ke lokasi ini tengah malam dengan mengayuh jukung atau sampan.

Seorang pedagang Ibu Hasnah (50 tahun) mengaku datang dari Lok Baintan Kabupaten Banjar, datang ke lokasi ini menjual dagangan hasil alam, seperti keladi, ubi jalar, daun singkong, kembang tegarus, pisang masak, jantung pisang, ikan sepat, siput hailing dan beberapa lagi.

“Lumayan pak, jika nasib baik dagangan ini cepat ludes di beli pengunjung, biasanya yang suka membeli selain pengunjung lokal tak sedikit dari wisatawan nusantara dan mancanegara, hingga keuntungan bisa mencapai rp200 ribu per hari,” tuturnya.

Dibudayakan

Kepala Satuan Polisi Air Polresta Banjarmasin AKP Untung Widodo menyatakan melihat kesuksesan acara kali ini, maka sahur susur sungai ini akan dibudayakan setiap bulan Ramadhan, selain upaya menjaga kamtibmas perairan, sekaligus sebagai sarana silaturahmi, ddisamping sebagai atraksi wisata.

Menurutnya lokasi mangkal kegiatan ini di beberapa titik perairan baik di Sungai Martapura, maupun Sungai Barito dengan menyambangi para nelayan, para pemukiman bantaran sungai, pedagang pasar terapung, serta pedagang ikan air tawar.

“Pada hari Minggu dinihari akan datang digelar di lokasi Tempat Pelelangan Ikan Air Tawar, di Jalan RK Hilir< insya alllah seluruh komunitas tetap diundang,” kata Untung Widodo.

Dalam aksi sahurt besama selain pembagian nasi kotak juga makan bersama yang seluruh makananan baik nasi maupun lauk pauknya beralaskan daun pisang di lokasi raket atau lanting kawasa n tersebut.

Pola semacam itu tetap dipertahankan pada kegiatan serupa pada pegelaran kemudian, dan harapannya cara -cara ini akan memancing pengunjung dan wisatawan.

Untung Widodo menuturkan kegiatan ini dibantu pihak ketiga yang bergerak dalam pelayanan dan diharapkan kedepan kian banyak yang terlibat dalam partisipasinya.

Kegiatan berakhir setelah Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina membagikan paket sembako kepada perwakilan komunitas kapal wisata, komunitas pedagang pasar terapung, dilanjutkan dengan Sholat Subuh berjamaah dengan imam wali kota sendiri.

BANDARA SYAMSUDIN NOOR DIBAYANGI PENGHENTIAN EMBARKASI HAJI

Oleh Hasan Zainuddin

banjarmasin-syamsudin noor
Banjarmasin, 14/3 (Antara) – Berita terkait kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang melarang pesawat berbadan kecil mendarat di Bandara negeri itu selama musim haji mendatang telah melahirkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan.

Pasalnya, masyarakat Kalsel yang dominasi beragama Islam tersebut sudah merasa “bahagia” setelah salah satu bandar udara (Bandara) di wilayah ini, yakni bandara Syamsudin Noor Banjarmasin sejak tahun 2004 sudah ditetapkan sebagai Bandara embarkasi haji.

Dengan status Embarkasi haji, masyarakat Kalsel yang menunaikan ibadah haji bisa terbang langsung dari Bandara Syamsudin Noor ke Bandara King Abdul Azis, Jenddah Arab Saudi.

landasanpacu

 

Landasan Pacu

Padahal sebelum tahun 2004 warga Kalsel ke tanah suci menunaikan rukun Islam kelima tersebut harus terlebih dahulu terbang dan menginap Ke Bandara Juanda Surabaya, atau Ke Sepinggan Balikpapan, bahkan ke Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta.

Karena dinilai merepotkan waktu itu berbagai upaya Pemerintah Prmprov Kalsel dan masyarakatnya memperjuangkan Bandara Syamsudin Noor menjadi Embarkasi Haji, tentu dengan memperluas bandara tersebut hingga mampu didarati pesawat dengan penumnpang 350 orang.

Keberhasilan mengubah Bandara Syamsudin Noor sebagai embarkasi haji hingga memancing jemaah calon haji provinsi lain juga ikut terbang di bandara tersebut seperti dari provinsi Kalimantan Tengah, akhirnya Bandara Syamsudin Noor yang sudah memiliki asrama haji tersebut tiap tahun kian ramai saja.

Tetapi setelah adanya kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut apakah pada musim haji 2013 ini Bandara Syamsudin Noor masih bisa menjadi embarkasi haji?.

Menurut informasi, Pemerintah Saudi Arabia hanya memperbolehkan pesawat berbadan besar semacam air bus untuk mendarat di bandara mereka guna mengurangi intensitas kepadatan di bandara mereka itu.

Sebaliknya, kondisi Syamsudin Noor sendiri belum mampu untuk menampung pesawat berbadan besar tersebut.

Pemerintah Saudi hanya akan mengizinkan pesawat jenis B767-500 dengan kapasitas sekitar 500 seat yang diperbolehkan landing di bandara King Abdul Aziz.

Sementara ini, Bandara Syamsudin Noor dengan kondidi runway (landasan pacu) hanya panjang 2500 meter dengan demikian hanya bisa didarati pesawat pesawat jenis B767-300 dengan kapasitas 326 seat.

Jika rencana pemerintah Arab Saudi tersebut benar-benar terwujud, tentunya pesawat jenis tersebut dilarang landing di King Abdul Aziz.

“Jika ini terjadi, efeknya sangat besar. Kalsel tidak bisa menjadi embarkasi haji lagi. Jamaah Kalsel sendiri kembali harus berangkat melalui bandara lain lagi,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kalsel, M Takhim, kepada wartawan.

Menurut dia untuk mengimbangi keinginan pemerintah Arab Saudi tersebut tentu harus diimbangi dengan pengembangan Bandara Syamsudin Noor sendiri, dan itu tergantung sangat tergantung pembebasan lahan yang hingga kini belum tuntas.

“Setidaknya Bandara Syamsudin Noor memiliki panjang runway minimal panjang 3000 meter, bila itu terwujud maka pesawat berbadan besar sudah bisa mendarat,” katanya.

Selain perpanjangan runway yang juga harus dilakukan di Bandara Syamsudin Noor yang berjarak sekitar 28 kilometer dari pusat Kota Banjarmasin tersebut itu adalah perbaikan terminal penumpang baik kedatangan maupun keberangkatan.

Selain itu untuk melayani adanya pesawat berbadan besar maka juga harus ada perpanjangan runway, pembuatan taxiway paralel, perluasan apron, dan lainnya.

Proses pengembangan Bandara yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalsel tersebut masih terus berjalan dan saat ini masih berada pada fase pembebasan lahan.

Pemprov Kalsel kini terus berharap kinerja tim pembebasan lahan Kota Banjarbaru untuk berusaha agar seluruh lahan yang diperlukan untuk pengembangan bandara bisa segera dibebaskan.

“Jika lahan sudah semuanya dibebaskan, maka sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah, pengembangan sisi darat yaitu pembangunan terminal baru dan lahan parkir baru, landasan pacu akan segara dilaksanakan,” katanya.

images
Belum Jelas
Kabar akan dihentikannnya Bandara Syamsudin Noor sebagai embarkasi haji sebenarnya hingga kini belum jelas, dan isu mengenai tersebutpun berhembus setelah adanya kabar mengenai kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut.

Untuk memastikan persoalana tersebut Dinas Perhubungan bersama DPRD Kalsel bakal mendatangi Kementerian Perhubungan untuk menanyakan tentang ancaman penghapusan Bandara Syamsudin Noor sebagai embarkasi haji.

Kepala Bidang Angkutan Udara Dinas Perhubungan Kalsel, Ismail Iskandar, di Banjarmasin, Selasa (12/3) mengatakan, pihaknya akan mempertanyakan masalah tersebut.

“Sampai sekarang kami memang belum mendapatkan informasi langsung dari pihak terkait mengenai persoalan tersebut, namun kita tetap harus antisipasi mumpung masih ada waktu,” katanya.

Sebelumnya Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Kalsel Arsyadi mengatakan menada, pihaknya belum mendapatkan penjelasan dan menerima surat terkait persoalan Bandara Syamsudin Noor yang terancam dihapuskan menjadi embarkasi haji.

Namun, kalau memang benar informasi tersebut, tambah dia, PT Angkasa Pura masih memiliki waktu untuk membangun atau menambah landasan pacu sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

“Waktu sekitar delapan atau tujuh bulan masih sangat memungkinkan untuk membangun tambahan landasan pacu tersebut, tinggal kebijakannya mendukung atau tidak,” katanya.

Menurut Arsyadi, untuk memperjelas persoalan tersebut, pihaknya segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Pihak DPRD Kalsel sendiri menanggapi serius persoalan tersebut, sehingga meminta Pemprov Kalsel turun tangan dan bergerak cepat untuk menyelesaikan atau mencari solusi agar status embarkasi haji pada Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin tidak jadi dicabut.

“Kalau permasalahan ini tidak ditanggapi serius, jangan salahkan Arab Saudi menentukan kebijakannya,” kata Ketua Komisi I bidang hukum dan pemerintahan DPRD Kalsel Achmad Bisung.

Ia juga mengingatkan kepada PT Angkasa Pura selaku pengelola Bandara Syamsudin Noor segera menindaklanjuti persoalan ini untuk mencari jalan keluar agar status embarkasi haji itu.

Permasalahan pencabutan status ini tentu saja membuat semua kalangan keberatan dan kecewa, karena embarkasi haji di bandara tersebut merupakan kebangaan masyarakat mayoritas Muslim ini.

“Saya tidak setuju kalau status embarkasi haji dicabut. Jadi bagaimana cara PT Angkasa Pura harus memperpanjang runway sesuai dengan permintaan Pemerintah Arab Saudi agar pesawat besar bisa mendarat di Bandara Syamsudin Noor,” cetusnya.

Menurut Bisung, kalau memang PT Angkasa Pura tidak sanggup menyelesaikan masalah ini, maka lebih baik pengelolaannya diserahkan saja ke Pemprov Kalsel saja.

PERINGATAN MAULID NABI WAHANA PELESTARIAN TRADISI

Oleh Hasan Zainuddin

 

 

walikota
Banjarmasin,11/2 (ANTARA)- Sebanyak 135 peserta sebagian besar anak-anak mengikuti prosesi tradisi “Baayun” dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman Makam Pangeran Suriansyah Kota Banjarmasin ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
Ikut pula dalam prosese tradisi tersebut antara lain Wali Kota Banjarmasin, Haji Muhidin, Wakil Wali Kota setempat, Irwan Anshari, serta Komandan Kodim 1007 Letkol Inf Bambang Sujarwo.
Peserta “baayun” dalam acara yang berlangsung pada pertengahan bulan Maulid tersebut duduk pada sebuah ayunan terbuat dari kain yang diberi aneka bunga-bunga, hiasan kertas, buah-buahan, kue-kue tradisional, uang receh, dan aneka benda lainnya yang dinilai sakral.
Menurut panitia, Bahrudin, baayun atau mengayun anak merupakan tradisi masyarakat Suku Banjar di Kalimantan Selatan yang telah dilaksanakan turun-temurun, khususnya di bulan Maulid.
Para peserta baanyun yang didominasi anak-anak itu diayun oleh para keluarganya sendiri seperti orang tua, seraya bernyanyi dengan syair-syair yang mengandung nasehat-nasehat maksudnya agar si anak menjadi orang yang berhasil dikemudian hari.
Wali Kota Banjarmasin sendiri menyatakan gembira mengikuti prosesi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diarngkaikan dengan pegelaran budaya masyarakat yang bukan saja bernilai keagamaan tetapi juga mengandung nilai pelestarian tradisi nenek moyang yang bisa disaksikan warga sekarang ini.
Bahkan proses tradisi ini bernuansa seni, tentu bernilai bagi dunia pariwisata, sehingga kegiatan tahunan semacam itu bisa diagendakan untuk sebuah agenda pariwisata setempat.
Tradisi baanyun anak ini bukan hanya di Banjarmasin yang banyak digelar saat perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi hampir merata di 13 kabupaten dan kota di provinsi paling Selatan Kalimantan ini.
Bahkan sebuah acara prosesi baanyun anak pernah diikuti ribuan orang di Kampung Banua Halat, Kabupaten Tapin yang konon di wilayah tersebut kegiatan demikian sudah turun temurun bahkan sebelum warga setempat memeluk agama Islam.
Baanyun anak bagi warga setempat dinilai sebuah aktivitas ritual maksudnya agar anak nantinya menjadi anak yang berguna, atau hal itu dilakukan karena sebuah nazar, bahkan baanyun anak dianggap mampu menyembuhkan penyakit.
Akibat kepercayaan semacam itulah sehingga tradisi baayun anak terus berlangsung hingga sekarang, terutama saat merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Aneka Tradisi

Peringatan Maulid Nabi tersebut selalu semarak di gelar di dalam masyarakat Kalimantan Selatan, intinya peringatan tersebut memuji kebesaran Allah, serta menjujung tinggi tauladan Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, dalam setiap peringatan Maulid yang diutamakan adalah tausyiah oleh para ulama agar masyarakat Islam mendalami ilmu agama serta menjalankan perintah agama.
Hal kedua yang dominan dalam kegiatan ini adalah puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW melalui pembacaan syair-syair Maulid, baik yang disebut syair Maulid Diba maupun Syair Maulid Al Habsyi.
Setelah dua hal yang utama tersebut, peringatan Maulid juga dibarengi dengan aneka budaya, seperti pegelaran proses baanyun anak tadi, maupun kegiatan lain umpamanya saja pembakaran dupa, peletakan uang receh, serta penyajian aneka kuliner khas yang dinilai sakral.
Dalam penyajian kuliner ini biasanya warga membuat wadai 41 macam( kue 41 jenis) khas setempat, jangan heran bila menjelang acara ini ibu-ibu jauh-jauh hari sudah menyiapkan aneka bahan pembuatan kue itu kemudian rame-rame membuatnya saat acara, dan akibat itulah kue-kue tradisi tak pernah hilang di dalam masyarakat ini.
Seringkali pula malam sebelum diselanggarakan Maulid Rasul itu ada pegelaran seni, seperti madihin, balamut, atau bakisah yang ketiga kesenian itupun adalah bagian dari penampilan syair-syait berupa nasehat-nesahat agar warga menjalankan perintah agama.
Meriahnya acara Mauludan Rasul di desa-desa tertentu di Kalsel bukan saja sebagai atraksi budaya dan agama ternyata acara tersebut dinilai sebagai ajang silaturahmi terbesar di tengah masyarakat.
Menurut beberapa warga Desa Panggung dan Inan Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, bila acara Maulud Rasul itu digelar salah satu keluarga, maka keluarga yang lain seakan wajib menghadiri acara itu, karena kehadiran keluarga merupakan bentuk penghargaan bagi sipenyelanggara acara tersebut.
“Makanya bila ada keluarga yang tak hadir dalam acara Maulud Rasul maka keluarga tersebut dianggap mengurangi nilai hubungan kekeluargaanya, dan nantinya bila keluarga yang tidak hadir itu menyelanggarakan acara serupa maka si keluarga yang lain bisa tidak hadir pula,” kata Muhamad penduduk setempat.
Oleh karena itu tidak heran bila satu keluarga menggelar acara Maulud Rasul maka hampir seluruh keluarga berdatangan, bahkan yang berada di kota juga ikut mudik untuk meramaikan acara tahunan tersebut.
Bahkan menghadiri Maulud Rasul dianggap lebih sakral ketimbang hadir saat Lebaran Idul Fitri atau Idhul Adha, karena saat acara ini merupakan ajang silaturahmi keluarga paling akbar dalam setahun.
Berdasarkan keterangan, acara Maulid Rasul digelar secara bergantian di setiap desa di lereng Pegunungan Meratus pedalaman Kalsel tersebut, sehingga nyaris setiap hari selama bulan Rabiul Awal atau bulan maulid nabi ini selalu saja ada acara tersebut.
Karena acara ini dianggap menarik maka banyak sekali warga berdatangan dari kota-kota besar bahkan warga dari propinsi tetangga Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Penyelanggaraan acara Mauludan Rasul dalam rangka memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW memang dinilai mahal, tetapi bagi warga tidak menjadi masalah, karena penyelanggraan yang telah terjadi secara turun-temurun di tengah masyarakat Muslim setempat dinilai bisa mengangkat harkat martabat, disamping nilai-nilai agama.
Oleh karena itu bagaimanapun seorang keluarga di desa-desa tersebut berusaha untuk ikut menjadi penyelanggara walau harus membayar mahal.
Tetapi warga memiliki cara tersendiri untuk meringankan beban penyelanggaraan tersebut yakni dengan cara menggelar tabungan mingguan yang disebut “handil maulud” (semacam arisan) dengan cara menyetor uang setiap minggu kepada seorang panitia yang dipercaya mengumpulkan dana sehingga selama setahun akan terkumpul dana yang cukup besar.
“Dana yang dikumpulkan selama setahun itulah yang kemudian dibelikan sapi atau kerbau, untuk disembelih, kemudian daging sapi atau kerbau itu dibagi-bagian kepada warga yang ikut menjadi anggota tabungan maulud tersebut.” kata Muhamad yang menakui setiap tahun menggelar acara Mauludan Rasul tersebut.***4***

KIAT MENGATASI KETIDAK NYAMANAN PERJALANAN HAJI

Oleh Hasan Zainuddin
Berdasarkan berbagai pengalaman mereka yang sudah menjalankan ibadah haji, banyak cerita mengenai perjalanan haji tersebut, namun sebagian besar menyatakan bahwa menunaikan ibadah haji sebaiknya di usia dini.
Mengapa pendapat tersebut sering terlontar, karena ibadah haji merupakan ibadah fisik yang merupakan napak tilas dari sejarah nabi Muhamad SAW serta nabi lainnya, oleh karena itu dengan usia muda maka fisik akan lebih kuat untuk melakukan perjalanan ibadah haji.
Tetapi bukan hanya persiapan fisik menghadapi ibadah haji, karena berdasarkan pengalaman penulis keberangkatan haji  ke tanah suci di kloter 13 embarkasi Banjarmasin tahun 1429 hijriah atau tahun 2008, memerlukan pula kesiapan mental dan spritual.
Dalam upaya menyiapkan kekuatan fisik, penulis terlebih dahulu berlatih dan berolahraga sebelum berangkat ke tanah suci, serta memeriksakan kesehatan ke dokter.
Persiapan menjaga kesehatan berdasarkan pengalaman penulis adalah membawa obat-obatan, dan vitamin, khususnya obat flu, obat maag, anti biotik, obat gosok analgesik untuk menahan rasa sakit di kaki, tangan,  obat pelembab bibir (lipgloss) dan bagian tubuh lainnya.
Selain itu penulis juga membawa madu, serta vitamin dosis tinggi khususnya vitamin c yang dibeli di apotik agar badan tetap vit dan energi kuat, dengan jumlah cukup 40 hari selama per jalanan ibadah haji.
Melakukan imunisasi miningitis tetap diikuti, ditambah dengan imunisasi penyakit influenza.
Pengalaman teman yang tidak ikut imunisasi influenza maka penyakit flu selama di tanah suci dinilai cukup parah, sementara bagi siapa yang meimunisasi influenza kendati terserang penyakit tersebut tetapi tidak sampai parah.

jejal1jejal ditrowongan

Agar tetap vit selama di tanah suci berdasarkan pengalaman penulis  selalu meminum air putih, serta perut tak boleh kosong, artinya apa yang bisa dikonsumsi harus di konsumsi agar perut tetap terisi.
Karena bila perut kosong, maka perut akan diisi angin hingga produksi asam lambung tinggi  akhirnya selera makan akan hilang.
Makanan yang harus tetap dimakan selain nasi dan lauk pauknya juga perlu buah-buahan dan sayuran, janganlah meminum es, atau es crem, dan jangan pula meminum yang punya soda, seperti sprit, coca cola, atau sejenisnya.
Karena meminum es mudah terserang flu, dan meminum minuman mengandung soda mudah terserang sakit perut dan maag.
Selain itu, di Kota Makkah atau Madinah, banyak dijual susu yang disebut susu laban dan susu luna, kedua jenis susu ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh.
Makan kurma juga ternyata cukup baik menjaga stamina, karena kurma mengandung kadar gula dan zat lain yang berguna bagi meningkatkan stamina.
Jangan terlalu memilih makanan, apa yang bisa kita makan makan saja, seperti roti arab, lempeng arab, nasi samin, kebab, dan makanan arab lainnya, sikat saja yang penting kenyang jangan biarkan perut kosong.
mabitbermalam di Muzdhalifah

Janganlah terlalu bernafsu untuk beribadah selama di Makkah atau Madinah sebelum menyelasaikan rukun dan wajib haji, karena banyak pengalaman jemaah  akibat terlalu bernafsu beribadah sebelum rukun dan wajib haji  akhirnya badan kelelahan, hingga sampai saat wukuf di arafah, mabit (bermalam) di Muzdhalifah, dan melontar di Mina terserang sakit akibatnya terhambat dalam proses puncak ibadah haji tersebut.
Selain itu dalam upaya menjaga kesehatan tubuh jiwa harus sehat, artinya selama di sana tak boleh stress walau kondisi ketidak nyamanan itu selalu dirasakan.
Kiatnya adalah dari awal kita sudah sadar, bahkan apapun kesulitan dalam menjalankan ibadah maka itu bagian dari ibadah, semakin sulit dijalani diharapkan pahala yang diperoleh akan lebih besar ketimbang yang lebih mudah.
Bila sudah sadar apapun kesulitan dan ketidak nyaman dalam perejalanan haji merupakan bagian , maka kita memperoleh perasaraan sabar, tulus dan iklas saja menghadapi ketidak nyamanan tersebut, akhirnya jiwa kita tenteram akhirnya jiwa kita sehat, jiwa sehat maka fifik kita juga sehat.
Sebagai contoh saja, bila naik bis yang seharusnya cukup 40 penumpang bisa terjadi ditumpangi hingga 90 orang, kita harus menerima hal itu, jangan jengkel atau jangan kecewa dan hadapi saja dengan perasaan sabar, tulus dan iklas.
Begitu juga saat kita tawab, sai, atau melontar dimana ditengah jutaan manusia, badan kita terhimpit, terinjak, dan sebagainya hingga merasa sakit, ya sabar saja dan jangan jengkel apalagi membalas kepada orang lain yang mehimpit kita, itulah resiko menjalankan ibadah fisik seperti haji ini.
Begitu juga saat shalat di masjid, kita harus rela memberi tempat kepada orang lain, walau harus berhimpitan, dan kalau terhimpit pun kita hadapi saja jangan  jengkel atau kesal, dan kita harus sadar itulah kondisi disana.
Kalau kita dari awal sudah sadar bahwa semua itu merupakan bagian dari ibadah maka perasaan kita tidak akan kesal, malah ada perasaan senang dan itulah sebuah tantangan menghadapi berbagai kesulitan tersebut akhirnya timbul  perasaan lega.
Yang tak kalah penting saat berada di Kota Makkah atau Madinah, fikiran kita harus bersih atau netral, jangan berpikir macam-macam yang di luar logika atau di luar kemampuan, karena bila pikiran kita tidak netral bisa jadi kita kehilangan kontrol kejiwaan, akhirnya bisa terjadi pula  des lokasi atau des orientasi.
Akibat pikiran tidak netral banyak jemaah yang tak tahu mau berbuat apa setelah tiba di sana, atau tak tahu lagi berada di mana, akhirnya banyak jemaah yang tersesat tak bisa pulang, atau bingung tak karuan hingga tak bisa beribadah, bahkan yang fatal lagi ada jemaah yang tidak bisa melihat keberadaan ka bah.
Oleh karena itu selama di sana pikiran harus netral, dan jernih dan sadar sedang berada di Masjidil Haram dengan Ka bah nya dengan jutaan umat, hingga tidak akan bingung sendiri.
Jenuh, seringkali menghinggapi para jemaah,  untuk menghilangkan kejenuhan selama di Kota Makkah atau Madinah tak salahnya kita banyak-banyak beribadah, atau bolehlah sering-sering  mungkin jalan-jalan baik di lingkungan pemondokan atau lingkungan masjidil haram, jangan terlalu banyak tinggal di pemondokan.
Kalau memang suka berbelanja dan kalau memang ada uangnya tak salahnya pula mengunjungi lokasi pedagang kaki lima, mengunjungi toko-toko, super market dan lokasi dagangan lainnya, atau sekedar melihat-lihat dagangan dan mendengar kaset-kaset bacaan al qur’an yang banyak di toko-toko dekat masjidil haram, karena dengan demikian mungkin hati kita senang dan puas maka akan terhindar dari perasaan bete (jenuh).
Dengan cara-cara tersebut di atas maka akan menghilang kejenuhan selama berada disana, karena kalau jenuh, jengkel atau kesal serta bete, maka jiwa kita berarti sakit akhirnya badan kita pun sakit.
Makanya usahakan agar hati kita merasa senang terus, walau dengan kondisi apapun, selain berdesakan, rebutan, antri berjam-jam ditambah dengan cuaca yang panas saat siang atau dingin menggigil di saat malam.
Jangan pula terlalu sibuk memikirkan rumah serta keluarga yang ditinggalkan di tanah air, yang perlu kita pikirkan apa yang kita hadapi hari itu juga.
Tetapi kunci yang paling baik adalah mensyukuri nikmat tuhan karena kita bisa berangkat ke tanah suci, karena tidak semua orang bisa, makanya keberangkatan kita ke sana dinikmati senikmat-nikmat mungkin, karena dengan demikian bisa jadi di kala orang lain bergegas ingin segera pulang kita ingin tetap berlama-lama di sana.

berjejalan naik bis

tidur-dan-lelah kelelahan dan tidur

 

Info lain mengenai perjalanan haji klikInfo haji kalsel

PENGALAMAN DELAPAN HARI DI KOTA MADINAH

masjid Nabawi

Oleh Hasan Zainuddin
Setelah hampir sebulan di Kota Makkah ketika mengikuti perjalanan gelombang kedua ibadah haji Indonesia , 1429 Hijriah atau tahun 2008, rasanya hati ini ingin sekali melihat kota Madinah dengan masjid Nabawinya.
Setelah diberitahu akan keberangkatan ke kota dimana Nabi Muhammad SAW dimakamkan itu, serta merta aku bersama isteri berkemas, seraya menaiki bis yang memmbawa rombongan kami kloter 13 embarkasi Banjarmasin menuju Madinah.
aku i’ tikaf

Perjalanan enam jam rasanya sebentar saja dalam perjalanan tersebut, karena bis yang membawa kami ke kota dengan warganya relatif ramah tersebut, seakan tidak berada di jalanan karena begitu licinnya jalan, dan lempang tak ada hambatan sedikitpun.
Setibanya di kota Madinah kami ditempatkan pada sebuah pondokan yang bernama Janamat Abrar tidak jauh dari masjid Nabawi, artinya bila terdengar azan pertama, bergegas ke masjid masih sempat ikut shalat berjemaah di masjid Nabawi.
Kedatangan hari pertama, cuaca begitu dingin, badan menggigil walau sudah menggunakan pakaian berlapis, kendati dingin tetapi tidak mengurangi semangat mengikuti shalat arbain 40 waktu di masjid yang begitu indah.
bagian atas masjid

Apalagi ratusan ribu bahkan mungkin jutaan jemaah dari berbagai negara di dunia terlihat berjubel mengikuti shalat arbain, menambah semangat untuk selalu ber i tikaf dan beribadah.
Selain mengikuti shalat arbain 40 waktu, selama di Madinah rombongan kami juga melakukan perjalanan dan ziarah ke berbagai tempat, seperti ke masjid Kuba, ke jabal uhut, atau ke perkebunan kurma dengan selalu memperhitungkan waktu agar tidak sampai ketinggalan mengikuti shalat arbain.
Pertama ke masjid Nabawi, mata ini rasanya tak ingin lepas memcermati satu demi satu bangunan masjid megah tersebut, termasuk keindahan menaranya, pintu-pintunya, bahkan kubah dan segala macam yang ada di sekitar masjid.
aku di halaman nabawi

Subhanallah, demikian ucapan pertama setelah menginjakan kaki di dalam masjid yang walau matahari terang benderang tetapi di dalam masjid rasanya sejuk, atau walau di luar masjid menggigil akibat kedinginan saat subuh atau malam tetapi di dalam masjid tetap sejuk.
Satu demi satu orang disekelilingku ku salami, lalu salingberkenalan dengan bahasa seadanya, campur-campur bahasa Arab sedikit-sedikit, ditambah sedikit-sedikit bahasa Inggris bagi yang bisa berbahasa inggris.
Kosa kata yang aku ketahui baik bahasa Arab maupun bahasa inggris sebatas mampu berkenalan, tanya bangsa, tanya nama, nanya alamat dan tanya kerjaan, selebihnya hanya bisa diam saja.
Temanku bertanya,mengapa saya selalu berkenalan dan salam-salaman kepada orang disekelingku yang berasal dari berbagai bangsa tersebut, semua itu kulakukan hanya sebagai rasa syukur bisa bersalaman dan berkenalan juga agar menambah akrab saat beribadah.
Tujuan lain, siapa tahu di akhirat nanti,mereka-mereka yang sudah aku salami dan berkenalan itu akan menjadi saksi dan menyatakan bahwa aku benar-benar shalat di masjid Rasullullah tersebut.
Karena sesuai janji Rasullulah barang siapa shalat 40 waktu tanpa putus di masjid Nabawi maka surgalah limpahannya.
Dalam satu riwayat l Rasul bersabda,” Barang siapa sholat di masjidku 40 waktu tanpa terputus, maka ia pasti selamat dari neraka dan segala siksa dan selamat dari sifat munafik”.
kamera pantau ditiang

Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru’ (diperintahkan) dan termasuk ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasul : ” Janganlah kau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa’.
Selain berkenalan, selama di masjid Nabawi aku juga selalu duduk di samping tiang dalam masjid yang megah  tersebut, seraya tiang di dalam masjid itu ku ucap dan dalam hatinya mudahan tiang masjid ini juga menjadi saksi bahwa aku pernah i tikaf dan beribadah di masjid tersebut.
Setiap sudut, setiap ruangan, aku perhatikan satu demi satu,  terlihat hampir tiap tiang terdapat kamera pemantau, dan setiap tiang pula khususnya di bawah tiang itu terdapat lubang-lubang pendingin (AC), setiap tiang juga terdapat tempat al qur’an.
Untuk mengetahui lebih detil keberadaan masjid, sesekali seusai shalat aku berkeliling masjid,menyaksikan  indahnya tenda-tenda besar di luar masjid, indahnya lampu-lampu penerangan, indahnya ukiran-ukiran pintu, ornamen nuasna Arabia pada dinding-dinding masjid yang berkilau kekuningan karena di lapisi emas.
Indahnya, kubah yang bisa menutup dan membuka sendiri saat cuaca panas atau dingin, serta serba serbi keindahan menyelimuti masjid tersebut.
makam nabi

Suara muazin, suara imam yang merdu menambah kekhusukan jemaah yang memadati ruang demi ruang, bahkan halaman masjid yang sangat luas.
Aku berusaha mengetahui berbagai hal mengenai masjid tersebut termasuk berbagai literatur yang ada kukumpulkan, hanya mengobati penasarannya terhadap kemegahan tersebut.
Berdasarkan sebuah keterangan tertulis yang aku peroleh menyebutkan masjid Nabawi adalah Masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad  SAW beserta para sahabatnya di tengah kota Madinah.
Pembangunannya dimulai pada bulan Rabiul Awal tahun 1 H (September 662M) setelah beliau hijrah dari Mekah ke Yastrib (nama Madinah dulu).
lubang ac pada tiang

Perletakan batu pertama dilakukan oleh Nabi SAW diikuti oleh Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali dan pada awalnya Masjid ini sangat kecil yaitu hanya sekitar 1050 m2 saja. Tiang-tiang dibuat dari batang kurma sedangkan penerangannya dari pelepah kurma yang dibakar.
Masjid ini berapa kali terbakar dan kemudian diperbaiki kembali.
Menurut sejarahnya pertama kali dibangun panjang masjid 29m dan lebarnya 25m.
Dua bulan sebelum perang Badar, pada bulan Rajab tahun kedua, setelah adanya perintah merubah arah kiblat maka pintu masjid dirubah dari dinding utara ke dinding selatan yang dinamakan pintu Bab-ut-tawassul dan luas masjid menjadi 1764m2 (42m x 42m).
Selama pemerintahan Walid bin Abdulmalik  tahun 781M panjang masjid menjadi 126 dan lebar 76m, kemudian pada tahun 1955 panjangnya menjadi 128m dan lebar 91m.
Masjid Nabawi  mempunyai 5 pintu utama, 2 terletak di sebelah barat yang dekat arah kiblat disebut Babussalam dan pintu satu lagi terletak didekat pojok utara disebut Baburrahma. Sisi timur Masjid tidak terdapat pintu, dekat dinding sebelah selatan terletak Bab Jibril yang berlawanan arah dengan Baburrahma.
Dalam perjalanannya Masjid ini mengalami berbagai perkembangan besar. Bulan Safar 1405 H (Nov 1984M) Raja Fahd meletakan batu pertama projek perluasan Masjid yang akan menjadi Masjid termegah sepanjang sejarah.
Pembangunannya baru dimulai tepat 1 tahun kemudian yaitu oktober 1985 dengan menggusur semua bangunan yang ada sekitar Masjid berupa pertokoan, pasar, hotel dan gedung bertingkat yang sudah berusia ratusan tahun silam dengan ganti kerugian yang sangat mahal.
Sebuah majalah bahkan menyatakan harga tanah disana mencapai SR 250.000/m2 atau sekitar USD67.000, padahal harga tanah di kawasan elite New York hanya USD26.000 saja.
Penggusuran pertama seluas 100.000m2 dan diatas tanah tersebut dibangun Masjid baru seluas 82.000m2 yang mengitari dan menyatu dengan bangunan yang sudah ada dan dengan tambahan ini maka luas Masjid menjadi 98.000m2 yang mampu menampung sekitar 167.000 jemaah sekaligus dilantai dasar.
Lantai atasnya dapat menampung 90.000 jemaah dan apabila ditambah dengan halaman Masjid bisa mencapai 650.000 jemaah pada hari biasa dan lebih dari 1.000.000 pada musim haji atau bulan ramadhan.
Untuk pengaturan udara dalam Masjid yang sangat luas ini dibuat 27 ruangan terbuka dengan ukuran 18x18m yang mengagumkan ada 9 buah atap Masjid berbentuk kubah yang dapat terbuka dan tertutup secara manual atau otomatis.
pintu nabawi

Biasanya kubah ini dibuka setelah sembahyang Zuhur, udara segar mengalir dan masjid tidak terasa panas. Setiap kubah mempunyai berat sekitar 80 ton terbuat dari kerangka baja dan beton yang dilapisi kayu pilihan dengan hiasan relief yang sangat indah.
Untuk menyejukan seluruh ruangan didalam Masjid dibangun satu unit AC central raksasa diatas tanah seluas 70.000m2 yang letaknya 7 km sebelah barat Masjid.
Hawa dingin disalurkan melalui pipa bawah tanah dan didistribusikan ke setiap penjuru Masjid melalui bagian bawah dari setiap pilar yang berjumlah 2104 buah.
Sebelum diperluas, Masjid ini hanya punya 4 menara namun sekarang setiap pojok ada menara baru sehingga jumlahnya menjadi 10 buah termasuk 2 menara besar yang mengapit pintu gerbang utama.
Dipuncak semua menara yang tingginya 104m terdapat ornamen bulan sabit dari bahan perunggu dilapis emas murni 24 karat dengan tinggi 7m dan berat 4.5 ton.
Diketinggian 87m dipasang sinar laser yang memancarkan cahaya kearah Mekah sejauh 50Km untuk menunjukan arah kiblat dan dinyalakan pada waktu tertentu terutama waktu solat.
Pada bagian tengah Masjid terdapat 2 ruang terbuka yang setiap ruangan dilengkapi enam buah payung artistik hasil perpaduan arsitektur modern dan teknologi canggih dan dapat digerakan secara otomatis untuk membuka dan menutupnya. Payung ini anti api dan batang payung juga berfungsi sebagai saluran AC.
Jangan khawatir kalau rindu minum air zam-zam karena seperti di Masjid Haram, disinipun banyak sekali terdapat tempat minum air zam-zam, saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka mengalirkan atau membawa air zam-zam dari Mekah kesini dengan jarak 450km.
dalam masjid yang megah

Dibawah Masjid ada tempat parkir mobil untuk lebih dari 10.000 mobil dengan jalan akses langsung ke luar kota Madinah sehingga tidak mengganggu lalu lintas sekitar Masjid, luar biasa sekali konstruksi masjid ini dan secara arsitektur sangat modern

MAKKAH DAN MADINAH KOTA HIJAU DITENGAH PADANG TANDUS

afarah hijau   sudut kota Madinah  hijau

Masjid Kuba  pohon diberi selang air

Taman Kota Makkah Penghijauan

kebun kurma

Oleh Hasan Zainuddin
Mungkin diluar perkiraan orang, di wilayah kawasan padang pasir dan gunung-gunung berbatu yang tandus seperti di wilayah Arabia ternyata kota-kota setempat seperti Makkah dan Madinah kini berubah menjadi sebuah kawasan yang hijau dan asri.
Padahal di kedua kota tersebut, termasuk juga kota lain di Arab Saudi hampir sudah dipastikan jarang sekali adanya turun hujan yang bisa menyiramkan air kepada tanaman yang ada di bawahnya.
Wilayah tanah berpasir dan batu yang diperkirakan jauh dari subur bagi tanaman ternyata karena keinginan kuat pemerintah Arab Saudi untuk melakukan penghijauan ternyata hal itu bisa diwujudkan seperti yang terlihat sekarang ini.
Penulis yang melakukan perjalanan ke berbagai wilayah Arab Saudi menyaksikan sendiri kawasan hijau dan asri di sudut-sudut kota Makkah, Madinah, dan Jeddah.
Padahal di luar dari kawasan kota tersebut hanya terlihat padang tandus dengan gunung yang penuh dengan bebatuan, sementara sungai juga ada terlihat tetapi bukannya terdapat air, melainkan di bawahnya hanya hamparan tandus penuh dengan pasir bebatuan.
Memang terdapat satu dua tanaman itupun hanya tanaman padang pasir seperti pohon korma.
Seperti perjalanan antara Makkah dan Madinah beberapa jembatan dilalui tetapi dibawahnya hanyalah sungai yang kondisinya kering kerontang.
Antara kota yang satu dan kota yang lain sudah bisa dipastikan tidak ada pemukiman penduduk, kecuali warung dan kedai, lantaran kesulitan mencari air minum dan kebutuhan air lainnya.
Sementara di wilayah sekitarnya tandus dengan cuaca panas saat siang dan dingin saat malam, ternyata Kota Makkah dan Madinah terlihat sejuk, dimana kawasan-kawasan jalan protokol, kawasan pertokoan dipenuhi oleh pepohonan, walau jenis pohon itu hanya beberapa jenis saja, penulis sendiri tidak tahu nama pohon tersebut.
Tetapi walau hanya beberapa jenis, namun kondisinya perkembangan pohon tersebut terlihat cukup subur untuk menghijaukan kota Makkah dan Madinah.
Selain itu, ada jenis bunga-bungaan kecil yang ditanam pemerintah Arab Saudi ternyata juga berkembang baik hingga mengeluarkan bunga yang berwarna warni cukup memperindah perkotaan.
Bunga-bunga warna warni tersebut banyak di tanam di kawasan median jalan, dibawah pepohonan besar yang hijau, seperti terlihat perjalanan antara Masjidil Haram ke masjid Tanaim atau ke masjid Jah ranah, dua wilayah kawasan mikat untuk melaksanakan umrah.
Bukan hanya pusat perkotaan yang agak asri dan hijau tetapi juga terlihat di kawasan yang tadinya kawasan tandus, contohnya di kawasan pusat peribadatan puncak ibadah haji kawasan Ararafah.

kuba
Bila puluhan tahun lalu, kawasan ini benar-benar gersang dan tandus belakangan terlihat hijau dan asri oleh pepohonan besar, sehingga cukup sejuk bagi jemaah haji yang melaksakan ibadah wukuf.
Banyak jemaah haji melakukan itikaf dan berdoa khusu di bawah pepohonan rindang tanpa kepanasan oleh matahari yang terlihat “garang.”
Selain itu tak sedikit pula jemaah setelah ber itikaf kemudian membentang tikar lalu tiduran di bawah pepohonan rindang tersebut.
Kemudian di Mina juga ada beberapa sudut yang terlihat hijau, tetapi di kawasan Mina ini lebih banyak bangunan perkemahan dan bangunan melontar yang megah.
Wilayah-wilayah lain yang terlihat hijau dan asri kawasan masjid Kuba, wilayah perkebunan kurma, dan wilayah lainnya.
Penulis sendiri merasa penasaran menyaksikan pepohonan yang subur ditengah kawasan tandus tersebut, sehingga penulis mencermati kawasan per tamanan dan jalur-jalur hijau lainnya.
Ternyata selain di jaga para petugas taman dan kebun yang selalu menyirami tanaman juga banyak sekali selang-selang air dengan mesin khusus untuk menyemprotkan air setiap saat terhadap pepohonan dan pertamanan, sehingga wilayah tersebut walau selalu disinari matahari tetapi juga selalu tersiram air sehingga bisa tumbuh berkembang  dengan baik.
Bahkan untuk pohon besar setiap batang pohonnya tersedia satu kran air yang setiap saat menyemprotkan air ke pohon.
Melihat kesungguhan untuk menghijaukan wilayah tersebut ternyata padang gersang tanpa hujanpun bisa disulap  menjadi wilayah hijau dan asri apalagi di negara kita yang sudah subur dengan mudahnya memperoleh air hujan, maka sebenarnya untuk melakukan penghijauan itu lebih mudah asal ada kemauan kuat seperti masyarakat di Arab Saudi tersebut.

aku5 aku di tanah suci

PERJALANAN HAJI INDONESIA TERKESAN KURANG MENGENAKAN

foto kenang2anku di tanah suci

—————————————

aku di atas gedung pelontaran  mina

bersama isteri di dalam masjidil haram

aku di atas jabal uhut

aku lagi berada di jabal rahmah

aku lagi berada di padang arafah saat wukuf

sudut kota Makkah di kawasan Syaukiah

Bersama Isteri berada di kawasan Syaukiah

Aku sedang i tikaf di dalam masjid Nabawi

di Kawasan Padang Arafah saat Wukuf

Lagi Berdoa di atas masjidil Haram Makkah

Bersama Isteri di tepian Laut Merah Jeddah

Bersama Isteri di lantai empat gedung pelontaran Mina

PERJALANAN HAJI INDONESIA TERKESAN KURANG MENGENAKAN

Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,18/1 ()- Kelelahan, kurang tidur, nafsu makan kurang, terkena flu, demikian yang sering diderita sebagian besar kalangan jemaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci.
Berdesakan, antri, rebutan, agaknya yang selalu dirasakan jemaah haji Indonesia baik dalam perjalanan, penginapan, perkemahan, serta di lokasi-lokasi ibadah lainnya.
Kondisi yang kurang mengenakan itu bukan saja sejak di embarkasi di tanah air, di bandara King Abdul Azis Jeddah,  tetapi juga selama berada di Kota Makkah, maupun Madinah.
Akibat kondisi demikian membuat sebagian jemaah haji Indonesia sering dilanda stress, ditambah cuaca panas menyengat saat siang dan dingin mengggigil saat malam seakan menambah ketidak nyamanan tersebut.
Beberapa penuturan jemaah haji Indonesia yang berangkat tahun 1429 Hijriah (2008) agaknya keluhan demikian juga dirasakan, tetapi karena nawaitunya hanya ibadah, maka hal itu dilalui dengan perasaan sabar, tulus dan ikhlas saja.
Ketidak nyamanan itu, sebenarnya sudah dirasakan di tanah air sendiri, umpamanya saat pemeriksaan kesehatan.
Menurut seorang jemaah termasuk kloter 13 embarkasi Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, ia melakukan  pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Cempaka Banjarmasin, satu-satnya lokasi yang ditunjuk pemerintah untuk memeriksa calon jemaah haji Banjarmasin.
Pemeriksaan kesehatan itu saja, sudah antri dari pukul 08:00 dan baru dapat diperiksa hingga pukul 16:00 Wita, dengan segala keterbatasan fasilitasnya.
Kondisi berdesakan dan antri juga dirasakan saat berangkat dari Embarkasi Banjarmasin, Bandara Jeddah, hingga ke Pondokan.
Kloter 13 Banjarmasin berada di Maktab 38 di wilayah sektor 7 pemondokan jemaah haji Indonesia ditempatkan  di kawasan pengembangan baru Kota Makkah, yaitu Syauqiah sekitar 12 kilometer dari Masjdil Haram.
Pondokan yang seharunys di huni empat orang harus rela berdesakan antara tujuh hingga 17 orang, dengan fasilitas serba terbatas,terutama ketiadaan dapur untuk memasak, kata H. Agus peserta kloter 13.
Kesulitan paling dirasakan jemaah haji Indonesia 1429 adalah angkutan antara pondokan di Syauqiah ke Masjidil Haram, karena bus yang disediakan pemerintah sulit diperoleh akhirnya jemaah harus mencari angkutan umum sendiri pulang pergi agar bisa beribadah ke Masjidil Haram.
“Saya hanya pernah dua kali naik bus gratis antara pondokan ke masjidil haram, selebihnya selama hampir sebulan di kota Makkah, selalu menggunakan mobil angkutan kota (angkot),” kata H.Zainudin seorang jemaah kloter 13 lainnya.
Jemaah haji Kalsel Kloter 13   berada di wilayah sektor 7 Syauqiah, di kawasan ini terdapat 42 kloter jemaah haji Indonesia, bukan hanya Kalsel tetapi jemaah dari berbagai provinsi di tanah air.
Guna menempuh jarak pondokan-masjidil haram jemaah naik angkot dengan tarif cukup bervariasi.
Pada awalnya tarif berkisar sekitar 2 hingga 3 riyal per orang, tetapi belakangan tambah mahal hingga mencapai Rp10 royal per orang.
Ongkos itu kalau dihitung nilai rupiah maka biaya angkot pulang pergi pondokan Masjidil Haram bisa mencapai Rp50 ribu per hari.
Padahal  uang saku sebagian besar jemaah hanya diperoleh dari living cost, akhirnya uang tersebut lebih besar hanya dipergunakan untuk menutupi biaya angkutan saja.
Kesulitan lain dalam hal angkutan ini adalah sulitnya mencari jenis angkutan kota Makkah yang bersedia rute Masjidil Haram-Syauqiah.
“Kalau menuju Masjidil Haram dari Syauqiah itu mudah saja, karena hampir semua sopir angkot tahu arah tersebut, tetapi pada saat pulang dari Masjdil Haram seringkali jemaah tersesat dibawa para sopir angkot sebagian tidak tahu arah ke Syauqiah,” kata seorang jemaah.
Banyak sopir angkot Kota Makkah berlagak tahu arah Masjidil Haram Ke Syauqiah hingga jemaah bersedia naik angkot itu, tetapi saat di tengah jalan seringkali mobil salah arah lalu tersesat dan berputar-putar di kota Makkah, akhirnya si sopir minta tambahan biaya lagi.
Saat seperti itu seringkali jemaah komplin ke sopir tetapi yang menjadi masalah lagi, kesulitan dalam berkomunikasi, akhirnya lebih banyak menggunakan bahasa isyarat saja.
“Seandainya kondisi saat itu tidak saat beribadah, ingin rasanya sopir itu kita dampar, tetapi karena ini ibadah maka ya lebih baik mengalah apa maunya sopir sajalah, dan banyak-banyak bersabar,” tambahnya.
Keluhan soal angkutan tahun 1429 H ini tampaknya bukan saja terdengar dari sektor 7 Syauqiah,  melainkan juga yang tinggal di pondokan lain yang jauh dari Masjidil Haram, seperti dari Bahutmah, Rusyaifah, Aziziah, Makiah, dan lokasi-lokasi lainnya.
Suasana berdesakan sangat dirasakan saat berangkat dari pondokan menuju padang Arafah mengikuti proses ibadah wukuf, dimana sebuah bus yang seharusnya hanya mampu menampung 45 orang harus dimuat sebanyak 80 orang.
Begitu pula antara perkemahan Arafah menuju mabit di Mudzalifah, serta dari Mudzalifah terus ke perkemanan Mina  kondisi berdesakan dalam bus seperti ikan “sarden dalam kaleng” begitu dirasakan.
Setibanya di perkemahan Mina jemaah ditampung salam satu kemah dengan kapasitas puluhan orang, dengan kondisi serba terbatas khususnya, keberadaan buang air besar dan kecil, serta tempat mandi dan  wudhu hingga harus rela antri berjam-jam.
Kondisi terasa agak nyaman dalam proses ibadah haji tahun 1420 H hanya selama di Madinah, mengikuti ibadah shalat Arbain 40 waktu, pondokan lebih dekat, berdesakan sudah berkurang, kecuali tempat penginapan yang masih tetap jumlah banyak dalam satu kamar tetapi relatif lebih enak.
Keluhan banyak terdengar dari jemaah selama di Madinah hanyalah soal menu katering yang dinilai menjenuhkan.
Beberapa jemaah Kalsel, ketika ditanya persoalan keterbatasan tersebut mengakui hal itu sudah dimaklumi sejak keberangkatan dari rumah, dan menyadari menunaikan ibadah haji bagi jemaah Indonesia pasti dirasakan serba tidak enak selama penyelanggara ibadah haji dalam hal ini pemerintah belum mampu menunjukan ke profesionalannya.
Lantaran semua proses perjalanan haji itu merupakan sebuah rangkaian ibadah maka semangat beribadah itulah yang lebih menonjol yang bisa melahirkan perasaan “enak-enak” saja, sehingga perasaan serba tidak enak tenggelam oleh semangat beribadah tersebut.
“Kita sudah maklum kondisi beribadah haji serba mengeluarkan tenaga fisik yang melelahkan, bukan saja perjalanan, penginapan, tetapi juga saat ibadah tawab, sa’i, wukuf, mabit, serta melontar di Mina, semuanya harus rela berdesak-desakan dan melelahkan, makanya memerlukan kondisi fisik prima,” kata Haji Muksin anggota kloter 13 yang lain.
Ketidak nyamanan itu baru hal fasilitas belum lagi soal pelayanan, dimana banyak tenaga yang diterjunkan untuk membantu jemaah yang dipilih pemerintah seperti Tim Pembimbing Haji Indonesia, atau Tim Kesehatan Haji Indonesia tidak menjalankan tugas sebagaimana semestinya.
Sebagai contoh saja, banyak tenaga pembimbing dan tenaga kesehatan yang sebenarnya diberangkatkan membantu jemaah, setibanya di Makkah dan Madinah lebih banyak melakukan peribadan pribadi seakan lupa tugasnya yang sebenarnya.
Lantaran tugas tenaga pembimbing tak maksimal ada jemaah Kalsel yang meminta bantuan pembimbing dari Kelompok Bimbingan Ibadaha Haji (KBIH) swasta, dalam beberapa kegiatan peribadatan.
Begitu juga tenaga kesehatan, khususnya dokter sebaiknya yang sudah berpengalaman, bukan dokter hanya lulusan fakultas kedokteran, karena baru lulus hingga deokter sering kebingungan sendiri, dan tak bisa memberikan pelayanan maksimal.
Begitu juga obat-obatan yang banyak diberikan dalam proses pengobatan jemaah haji Indonesia bukan obat paten hanya obat-obatan generik yang banyak dijual dipinggir jalan di Indonesia, akibatnya proses penyembuhan terkesan lambat.
Karena serba ketidak nyaman itu telah melahirkan kecemburuan jemaah haji Indonesia setelah melihat kondisi perjalanan ibadah haji bangsa lain, seperti dari Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan jemaah Thailand yang terdengar relatif lebih nyaman dari proses perjalanan haji Indonesia.
Para jemaah haji Indonesia tahun 1429 H, berharap kondisi yang selalu tak mengenakan dalam ibadah haji Indonesia itu, hanya bisa dirasakan tahun ini saja, seterusnya diharapkan kondisi itu lebih diperbaiki lagi.
Oleh karenaitu, mereka berharap pihak pemerintah selaku penyelanggara ibadah haji supaya selalu mengantisipasi berbagai kemungkinan persoalan yang akan dihadapi jemaah selama proses perjalanan haji, agar berbagai persoalan yang tidak mengenakan itu bisa diminimalkan agar tidak menjadi sebuah penderitaan oleh jemaah.

berdesakan naik bis

KIAT MENGATASI KETIDAK NYAMANAN PERJALANAN HAJI
Oleh Hasan Zainuddin
Berdasarkan berbagai pengalaman mereka yang sudah menjalankan ibadah haji, banyak cerita mengenai perjalanan haji tersebut, namun sebagian besar menyatakan bahwa menunaikan ibadah haji sebaiknya di usia dini.
Mengapa pendapat tersebut sering terlontar, karena ibadah haji merupakan ibadah fisik yang merupakan napak tilas dari sejarah nabi Muhamad SAW serta nabi lainnya, oleh karena itu dengan usia muda maka fisik akan lebih kuat untuk melakukan perjalanan ibadah haji.
Tetapi bukan hanya persiapan fisik menghadapi ibadah haji, karena berdasarkan pengalaman penulis keberangkatan haji  ke tanah suci di kloter 13 embarkasi Banjarmasin tahun 1429 hijriah atau tahun 2008, memerlukan pula kesiapan mental dan spritual.
Dalam upaya menyiapkan kekuatan fisik, penulis terlebih dahulu berlatih dan berolahraga sebelum berangkat ke tanah suci, serta memeriksakan kesehatan ke dokter.
Persiapan menjaga kesehatan berdasarkan pengalaman penulis adalah membawa obat-obatan, dan vitamin, khususnya obat flu, obat maag, anti biotik, obat gosok analgesik untuk menahan rasa sakit di kaki, tangan,  obat pelembab bibir (lipgloss) dan bagian tubuh lainnya.
Selain itu penulis juga membawa madu, serta vitamin dosis tinggi khususnya vitamin c yang dibeli di apotik agar badan tetap vit dan energi kuat, dengan jumlah cukup 40 hari selama per jalanan ibadah haji.
Melakukan imunisasi miningitis tetap diikuti, ditambah dengan imunisasi penyakit influenza.
Pengalaman teman yang tidak ikut imunisasi influenza maka penyakit flu selama di tanah suci dinilai cukup parah, sementara bagi siapa yang meimunisasi influenza kendati terserang penyakit tersebut tetapi tidak sampai parah.
Agar tetap vit selama di tanah suci berdasarkan pengalaman penulis  selalu meminum air putih, serta perut tak boleh kosong, artinya apa yang bisa dikonsumsi harus di konsumsi agar perut tetap terisi.
Karena bila perut kosong, maka perut akan diisi angin hingga produksi asam lambung tinggi  akhirnya selera makan akan hilang.
Makanan yang harus tetap dimakan selain nasi dan lauk pauknya juga perlu buah-buahan dan sayuran, janganlah meminum es, atau es crem, dan jangan pula meminum yang punya soda, seperti sprit, coca cola, atau sejenisnya.
Karena meminum es mudah terserang flu, dan meminum minuman mengandung soda mudah terserang sakit perut dan maag.
Selain itu, di Kota Makkah atau Madinah, banyak dijual susu yang disebut susu laban dan susu luna, kedua jenis susu ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh.
Makan kurma juga ternyata cukup baik menjaga stamina, karena kurma mengandung kadar gula dan zat lain yang berguna bagi meningkatkan stamina.
Jangan terlalu memilih makanan, apa yang bisa kita makan makan saja, seperti roti arab, lempeng arab, nasi samin, kebab, dan makanan arab lainnya, sikat saja yang penting kenyang jangan biarkan perut kosong.
Janganlah terlalu bernafsu untuk beribadah selama di Makkah atau Madinah sebelum menyelasaikan rukun dan wajib haji, karena banyak pengalaman jemaah  akibat terlalu bernafsu beribadah sebelum rukun dan wajib haji , akhirnya sampai saat wukuf di arafah, mabit (bermalam) di Muzdhalifah, dan melontar di Mina terserang sakit akibatnya terhambat dalam proses puncak ibadah haji tersebut.
Selain itu dalam upaya menjaga kesehatan tubuh jiwa harus sehat, artinya selama di sana tak boleh stress walau kondisi ketidak nyamanan itu selalu dirasakan.
Kiatnya adalah dari awal kita sudah sadar, bahkan apapun kesulitan dalam menjalankan ibadah maka itu bagian dari ibadah, semakin sulit dijalani diharapkan pahala yang diperoleh akan lebih besar ketimbang yang lebih mudah.
Bila sudah sadar apapun kesulitan dan ketidak nyaman dalam perejalanan haji merupakan bagian , maka kita memperoleh perasaraan sabar, tulus dan iklas saja menghadapi ketidak nyamanan tersebut, akhirnya jiwa kita tenteram akhirnya jiwa kita sehat, jiwa sehat maka fifik kita juga sehat.
Sebagai contoh saja, bila naik bis yang seharusnya cukup 40 penumpang bisa terjadi ditumpangi hingga 90 orang, kita harus menerima hal itu, jangan jengkel atau jangan kecewa dan hadapi saja dengan perasaan sabar, tulus dan iklas.
Begitu juga saat kita tawab, sai, atau melontar dimana ditengah jutaan manusia, badan kita terhimpit, terinjak, dan sebagainya hingga merasa sakit, ya sabar saja dan jangan jengkel apalagi membalas kepada orang lain yang meinjak kita, itulah resiko menjalankan ibadah fisik seperti haji ini.
Begitu juga saat shalat di masjid, kita harus rela memberi tempat kepada orang lain, walau harus berhimpitan, dan kalau terhimpit pun kita hadapi saja jangan  jengkel atau kesal, dan kita harus sadar itulah kondisi disana.
Kalau kita dari awal sudah sadar bahwa semua itu merupakan bagian dari ibadah maka perasaan kita tidak akan kesal, malah ada perasaan senang dan itulah sebuah tantangan menghadapi berbagai kesulitan tersebut akhirnya timbul  perasaan lega.
Yang tak kalah penting saat berada di Kota Makkah atau Madinah, fikiran kita harus bersih atau netral, jangan berpikir macam-macam yang di luar logika atau di luar kemampuan, karena bila pikiran kita tidak netral bisa jadi kita kehilangan kontrol kejiwaan, akhirnya bisa terjadi pula  des lokasi atau des orientasi.
Akibat pikiran tidak netral banyak jemaah yang tak tahu mau berbuat apa setelah tiba di sana, atau tak tahu lagi berada di mana, akhirnya banyak jemaah yang tersesat tak bisa pulang, atau bingung tak karuan hingga tak bisa beribadah, bahkan yang fatal lagi ada jemaah yang tidak bisa melihat keberadaan ka bah.
Oleh karena itu selama di sana pikiran harus netral, dan jernih dan sadar sedang berada di Masjidil Haram dengan Ka bah nya dengan jutaan umat, hingga tidak akan bingung sendiri.
Jenuh, seringkali menghinggapi para jemaah,  untuk menghilangkan kejenuhan selama di Kota Makkah atau Madinah tak salahnya kita banyak-banyak beribadah, atau bolehlah sering-sering  mungkin jalan-jalan baik di lingkungan pemondokan atau lingkungan masjidil haram, jangan terlalu banyak tinggal di pemondokan.
Kalau memang suka berbelanja dan kalau memang ada uangnya tak salahnya pula mengunjungi lokasi pedagang kaki lima, mengunjungi toko-toko, super market dan lokasi dagangan lainnya, atau sekedar melihat-lihat dagangan dan mendengar kaset-kaset bacaan al qur’an yang banyak di toko-toko dekat masjidil haram, karena dengan demikian mungkin hati kita senang dan puas maka akan terhindar dari perasaan bete (jenuh).
Dengan cara-cara tersebut di atas maka akan menghilang kejenuhan selama berada disana, karena kalau jenuh, jengkel atau kesal serta bete, maka jiwa kita berarti sakit akhirnya badan kita pun sakit.
Makanya usahakan agar hati kita merasa senang terus, walau dengan kondisi apapun, selain berdesakan, rebutan, antri berjam-jam ditambah dengan cuaca yang panas saat siang atau dingin menggigil di saat malam.
Jangan pula terlalu sibuk memikirkan rumah serta keluarga yang ditinggalkan di tanah air, yang perlu kita pikirkan apa yang kita hadapi hari itu juga.
Tetapi kunci yang paling baik adalah mensyukuri nikmat tuhan karena kita bisa berangkat ke tanah suci, karena tidak semua orang bisa, makanya keberangkatan kita ke sana dinikmati senikmat-nikmat mungkin, karena dengan demikian bisa jadi di kala orang lain bergegas ingin segera pulang kita ingin tetap berlama-lama di sana.


MENCARI SOLUSI ATASI KERUWETAN PENYELANGGARAAN HAJI INDONESIA

naik-bisbeginilah jemaah Indonesia selalul rebutan naik bis

OLEH HASAN ZAINUDDIN
Banjarmasin,8/10  Tiap tahun jumlah jemaah haji Inodonesia ke tanah suci Mekkah Arab Saudi  selalu saja bertambah seiring kian meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat, sehingga menimbulkan keruwetan dalam penyelanggaraan ibadah haji tersebut.
Berbagai upaya telah pula ditempuh pemerintah agar penyelanggaraan haji tersebut lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi tetap saja menimbulkan banyak problematika dalam kegiatan tersebut sehingga diperlukan semacam format yang ideal dalam upaya meminimalisir persoalan.
Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni dalam suatu kesempatan mengakui begitu banyak persoalan dalam penyelanggaraan haji oleh karenanya dirinya akan bekerja secara maksimal untuk suksesnya pelaksanaan ibadah haji.
?Tugas penyelanggaraan haji ini menjadi barometer dan citra departemen  saya makanya harus benar-benar dikelola secara baik dan benar,? kata Maftuh Basyuni beberapa waktu lalu.
Maftuh menambahkan, kalau Depag ingin sukses melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji, maka harus memiliki keberanian menegakkan aturan. Sekali aturan dilanggar, maka seterusnya akan menemui hambatan.
Menurutnya pula ada pihak yang ingin ikut memperbaiki pelaksanaan ibadah haji, tapi yang terjadi justru memperkeruh. Hingga kini, hal itu masih dirasakan.
Sementara seorang seorang pejabat Depag RI, lainnya menyatakan bahwa penyelanggaraan ibadah haji Indonesia selalu menimbulkan keruwetan lantaran jumlah jemaah haji itu yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah jemaah haji di negara lain.
“Bagaimanapun baiknya sistem penyelanggaraan haji di Indonesia  dengan jumlah jemaah yang begitu besar dipastikan selalu saja ada persoalan,” kata Direktur Pembinaan Haji, Direktorat Penyelanggaraan Haji dan Umrah, Departemen Agama RI, Prof Dr Iskandar, Idy saat berada di Banjarmasin, Rabu.
Hal itu, diketengahkan Iskandar Idy ketika memberikan pengarahan kepada peserta orientasi pemantapan kinerja Panitia Penyelanggaraan Ibadah Haji (PPIH) embarkasi tahun 2008 yang diikuti berbagai peserta dari berbagai instansi yang terkait dalam PPIH tersebut.
Ia menambahkan dengan jumlah jemaah yang besar itu ternyata berlatar belakang jemaah yang sangat berbeda-beda pula, ada pegawai, ada pedagang, ada petani, buruh, dan sebagainya.      Begitu juga tingkat pengetahuan, penddidikan yang berbeda-beda pula, sehingga melahirkan tingkat variatif yang sangat tajam.
Dibandingkan bila harus membawa sebuah tim olahraga yang memiliki latar belakang yang sama maka membawa jemaah haji relatikf sangat sulit.
“Kalau disebuah tim sepak bola ada yang nakal, maka yang bersangkutan bisa diberhentikan atau ditinggal dalam satu tim, tetapi kalau ada jemaah yang nakal, apanya yang diberhentikan,” katanya sambil tersenyum.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan kepribadian atau pendekatan lainnya terhadap para jemaah yang begitu banyak tersebut.
Jumlah jemaah haji Indonesia berdasarkan kouta tercatat 210 ribu orang. Jumlah itu begitu besar bila dibandingkan jemaah lain,  negara Malaysia hanya 26 ribu jemaah saja, apalagi Brunei Darussalam 7000 orang, Singapura hanya 4700 orang.
Melihat begitu besarnya jumlah jemaah haji Indonesia itu maka janganlah bermimpi bila penyelanggaraan haji bisa berjalan tanpa ada persoalan.
Tindakan yang bisa dilakukan adalah bagaimana menekan sekecil mungkin berbagai persoalan itu, dengan cara melakukan penyelanggaraan secara profesional oleh tenaga atau sumberdaya manusia (SDM) yang profesional pula.
Selain itu harus dicarikan berbagai format penyelanggaraan haji yang ideal untuk mengurus jemaah yang begitu besar, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan sistem penyelanggaraan ibadah haji secara terpadu yang melibatkan banyak pihak yang terkait.
Selain itu persoalan yang selalu muncul dalam penyelanggara haji Indonesia, karena dengan jumlah jemaah yang besar maka di situ terdapat banyak uang, sehingga semua orang ingin melibatkan diri dalam urusan haji.
“Bayangkan saja, kalau saat ini jumlah jemaah haji Indonesia 210 ribu orang dikalikan Rp35 juta per orang maka sudah terdapat sedikitnya Rp7 triliun, suatu jumlah yang sungguh menggiurkan banyak orang untuk bisa melibatkan diri, termasuk para pedagang sandal, pedaganga baju, pedagang payung, pedagang jaket, yang ingin melibatkan diri itu,” katanya.
Oleh karena itu,  Menteri Agama telah mengharamkan pegawai depag melakukan kegiatan yang bisa mencari untung dalam penyelanggaraan ibadah haji ini.
Melihat dalam penyelanggaraan haji yang begitu banyak uang,  maka sudah saatnya petugas penyelanggaraan haji ini yang direkrut Depag tidak hanya seorang yang ahli tafsir, ahli hadist, atau ahli fikih, tetapi juga diperlukan tenaga yang benar-benar ahli bidang lainnya,  seperti para sarjana manajemen, sarjana ekonomi, atau sarjana bidang lain yang benar-benar profesional.
Tenaga-tenaga ahli tersebut bisa memperbaiki sistem penyelanggaraan haji kedepan, dengan sistem manajemen yang baik dan dilakukan dengan niat yang iklas tanpa ada motivasi lain,
Selain itu, tambahnya, perbedaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat Arab Saudi harus pula dipelajari dalam upaya mencari solusi pemecahan keruwetan penyelanggaraan haji tersebut, karena persoalan katering makanan dalam penyelanggaraan haji tahun 1428 lalu dilatar belakangi pula persoalan perbedaan budaya teresebut,
Solusi lainnya adalah dengan cara meningkatkan koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam penyelanggaraan haji ini, oleh karena itu harus pula dicari format yang baik dalam hal koordinasi tersebut.
Terpadu
Melihat berbagai persoalan yang  terus menjadi pekerjaan rumah pemerintah itulah maka  kantor Kanwil Depag Kalsel mencoba mencari format yang baik dalam upaya penyelanggaaran haji setidaknya di embarkasi haji Bandara Syamsudin Noor.
Upaya Kalsel mengurangi persoalan itu mengingat jemaah haji Kalsel juga terus meningkat dan hingga kini daftar tunggu calon jemaah haji Kalsel sudah tercatat sekitar 25 ribu orang, sementara kouta haji Kalsel per tahun dihitung dari kalkulasi penduduk hanya sekitar 3496 orang.
Berarti kalau seseorang mendaftarkan diri sebagai calon haji sekarang dengan menabung di bank, berarti lima tahun kedepan baru dapat giliran menunaikan ibadah haji.
Kepala Kanwil Depag Kalsel, Prof Dr Fahmi Arief  sendiri mengakui kian banyaknya jemaah haji ingin berangkat ke tanah suci maka harus ada sistem penyelanggaraan yang baik di wilayah ini, karena itu perlu ada penangannan secara seksama agar pelayanan bisa maksimal.
Melihat kenyataan itulah maka digelar orientasi pemantapan kinerja Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) yang diikuti 25 peserta yang merupakan petugas berbagai instansi yang terkait dalam PPIH tersebut.
“Tujuan penyelenggaraan orientasi itu dalam upaya meningkatkan kemampuan dan profesionalisme petugas PPIH,” kata Kepala Bidang Penyelanggaraan Haji dan Umrah Kanwil Depag Kalsel, Drs Anwar Hadimi di sela-sela latihan dan orientasi tersebut.
Tujuan lain adalah terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam dengan aman, lancar, dan selamat.
Materi yang disampaikan dalam kegiatan yang dibuka Kepala Kanwil Depag Kalsel Prof Dr Fahmni Arief antara lain kebijakan teknis penyelanggaraan haji, tugas dan fungsi PPIH embarkasi, koordinasi dan sinkronisasi PPIH embarkasi, dan penyehatan lingkungan asrama haji.
Selain juga ada materi mengenai penanganan kesehatan haji, teknis keimigrasian, keselamatan penerbangan haji, teknis pengamanan pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji, serta permasalahan yang timbul di embarkasi dan debarkasi.
“Materi disampaikan delapan narasumber, diantaranya Direktur Pembinaan Haji, Direktorat Penyelanggaraan Haji dan Umrah, Departemen Agama RI, Prof Dr Iskandar, Idy.
Latihan dan orientasi selama tiga hari itu diikuti peserta dari unsur perusahaan penerbangan PT Garuda, Imigrasi, Bea dan Cukai, PT Angkasa Pura I, Dinas Kesehatan, Kanwil Depag, dan beberapa instansi lainnya lagi.
“Penyelanggaraan kegiatan itu dimaksudkan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam,” katanya.
Melalui berbagai latihan dan orientasi demikian diharapkan terdapat sebuah format yang ideal melibatkan semua pihak secara terpadu hingga bisa menjadi solusi mengatasi kekisruhan dalam penyelanggaraan haji setidaknya di embarkasi Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.

tidur-dan-lelahlelah dan tidur

“MAULUDAN RASUL” KALSEL DIGELAR TAK SEKEDAR PERINGATI KELAHIRAN NABI

Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,30/3 (ANTARA)- Sebuah desa yang tadinya termasuk wilayah yang sunyi senyap seketika menjadi hiruk-pikuk dengan didatangi banyak orang, bukan saja berasal dari warga masyarakat sekitar desa itu tapi tak sedikit warga yang berasal dari kota-kota besar.
Bukan hanya rakyat jelata yang berada dikumpulan banyak orang itu, bisa jadi di sana ada gubernur, bupati, camat, setidaknya dihadiri seorang kepala desa atau lurah.
Bahkan bisa pula terdapat para politikus dari berbagai partai politik berbaur di acara yang disebut sebagai atraksi budaya dan agama “Mauludan Rasul” yang hampir dipastikan digelar setiap tahun  di desa-desa wilayah Banua Enam (enam Kabupaten Utara Kalsel).

maulud.jpg acara maulud di salah satu masjid Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan
Penulis yang melakukan perjalanan ke wilayah Banua Enam atau yang disebut pula kawasan “Pahuluan” (hulu sungai) akhir Maret 2008 ini menyaksikan begitu semaraknya perayaan Mauludan Rasul, terutama tampak terlihat di di Kabupaten Balangan.
Desa Panggung dan Inan salah satu desa yang menggelar acara tersebut dikunjungi banyak orang, sehingga kampung itu menjadi ramai. Pendatang bukan saja dari desa tetangga dan sekitarnya tapi tak sedikit datang dari kota hanya untuk mengikuti proses acara Mauludan Rasul tersebut.
Meriahnya acara Mauludan Rasul di desa tersebut, karena bukan saja sebagai atraksi budaya dan agama ternyata acara tersebut dinilai sebagai ajang silaturahmi terbesar di tengah masyarakat.
Menurut beberapa warga Desa Panggung dan Inan Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, bila acara  Maulud Rasul itu digelar salah satu keluarga, maka keluarga yang lain seakan wajib menghadiri acara itu, karena kehadiran keluarga dan pamily lainnya merupakan bentuk penghargaan bagi sipenyelanggara acara tersebut.
“Makanya bila ada keluarga yang tak hadir dalam  acara Maulud Rasul maka keluarga tersebut dianggap kurang hubungan kekeluargaanya, dan  nantinya bila keluarga yang tidak hadir itu menyelanggarakan acara serupa maka si keluarga yang lain bisa tidak hadir pula,” kata Hj Amnah penduduk setempat.
Oleh karena itu tidak heran bila satu keluarga menggelar acara Maulud Rasul maka hampir seluruh keluarga berdatangan, bahkan yang berada di kota juga ikut mudik untuk meramaikan acara tahunan tersebut.
Bahkan menghadiri Maulud Rasul dianggap lebih sakral ketimbang hadir saat Lebaran Idul Fitri atau Idhul Adha, karena saat acara ini merupakan ajang silaturahmi keluarga paling akbar dalam setahun.
Pada perayaan Maulud Rasul di Desa tersebut dipusatkan salah satu masjid yang ada di desa tersebut, dibarengi dengan pembacaan syair-syair Maulud Al Habsyi, dan Maulud Diba serta ceramah agama oleh seorang ulama setempat.
Berdasarkan keterangan, acara serupa merupakan yang kesekian kali di gelar oleh warga di desa-desa kawasan tersebut, bahkan terkesan setiap hari selalu saja ada yang menggelar acara tersebut sehingga selama bulan Rabiul Awal atau bulan maulid nabi ini banyak sekali undangan menghadiri acara itu, kata Syamsul penduduk setempat.
Menurut Syamsul, karena acara ini dianggap menarik maka banyak sekali warga berdatangan dari kota-kota besar bahkan warga dari propinsi tetangga Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Penyelanggaraan acara Mauludan Rasul dalam rangka memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW memang dinilai mahal, tetapi bagi warga tidak menjadi masalah, karena penyelanggraan yang telah terjadi secara turun-temurun di tengah masyarakat  Muslim setempat dinilai bisa mengangkat harkat martabat, disamping nilai-nilai agama.
Oleh karena itu bagaimanapun seorang keluarga di desa-desa tersebut berusaha untuk ikut menjadi penyelanggara walau harus membayar mahal.
Tetapi warga memiliki cara tersendiri untuk meringankan beban penyelanggaraan tersebut yakni dengan cara menggelar tabungan mingguan yang disebut “handil maulud.” dengan cara menyetor uang setiap minggu kepada seorang panitia yang dipercaya mengumpulkan dana sehingga selama setahun akan terkumpul dana yang cukup besar.
“Dana yang dikumpulkan selama setahun itulah yang kemudian dibelikan seekor sapi atau kerbau, untuk disembelih, kemudian daging sapi atau kerbau itu dibagi-bagian kepada warga yang ikut menjadi anggota tabungan maulud tersebut.” kata Aspiani warga Inan yang menakui setiap tahun menggelar acara  Mauludan Rasul tersebut.
Namun, tambah warga untuk menentukan acara Mauludan Rasul setiap kampung atau desa harus ditentukan, maksudnya agar tidak berbarengan dengan desa-desa  yang lain di kawasan tersebut.
Dalam setiap penyelanggaraan di suatu desa maka warga desa lain diundang untuk hadir kemudian bila desa yang lain menggelar maka warga desa yang terlebih dahulu menggelar acara itu harus pula menghadiri acara demikian di desa yang menyelanggarakan belakangan.
“Agar penyelanggaraan Maulud Rasul pasti dihadiri warga desa lain, maka biasanya ada hukum yang tidak tertulis di dalam masyareakat setempat disebut “limit.”  Artinya warga yang menjadi anggota limit wajib hadir, kalau tidak hadir bisa dianggap kualat,” tutur Aspiani.
Oleh karena itu seorang warga dinyatakan sebagai anggota limit, walau ia banyak pekerjaan, atau kegiatan lain maka wajib membatalkan pekerjaan dan kegiatan itu hanya untuk menghadiri acara Maulud Rasul tersebut.
Memeriahkan acara Maulud Rasul bagi warga dinilai memiliki nilai-nilai tersendiri dalam agama karena sama dengan menjujung nilai-nilai kehidupan Nabi Muhamad SAW maka diharapkan mendapat reda dan safaat dari Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan keterangan waktu penyelanggaraan acara Mauludan Rasul di setiap desa Kaki Pegunungan Meratus tersebut, selama dua hari, hari pertama disebut sebagai hari “bamula” sementara hari edua disebut hari “H” atau hari gawi.
Oleh karena itu, keluarga warga yang mengikuti acara itu harus menginap di rumah keluarga yang mengundang untuk mengikuti hari “h” atau hari gawi.
Dalam acara tersebut dimulai dengan menghidangkan makanan awal atau makan pagi, terdiri dari berbagai makanan khas dan tradisional setempat, seperti laksa, katupat Kandangan, gangan balamak, lontong, nasi kuning, atau makanan lainnya tergantung keinginan tuan rumah.
Selain itu pada sajian awal itu juga dihidangkan penganan tradisional. Setiap rumah penyelanggara menyajikan beraneka penganan tergantung kemampuan tuan rumah.
Namun penganan yang disajikan tersebut kebanyakan penganan yang disebut  penganan khas suku Banjar yang dikenal wadai 41 macam, seperti wajik, apam, kikicak, kalelapon, sarimuka, bingka, lamang, keraraban, wadai balapis,bingka barandam, cucur, katupat balamak, gaguduh, pais, gayam, bubur habang, bubur putih, onde-onde, jalabia atau cakodok,agar-agar, cangkarok, amparan tatak, dadar gulung,puteri salat, hintalu karuang, patah dan lainnya.
Setelah hidangan awal di gelar maka seluruh undangan, khususnya undangan laki-laki berkumpul di masjid atau surau untuk membacakan syair-syair maulud, baik jenis syair Maulud Diba, Maulud Al Habsyi, maupun Maulud Barjanji semuanya berisi syair berupa puji-pujian kepada Nabi Muhamad SAW.
Dalam pembacaan syair Maulud  Rasul ini juga dibawakan kelompok-kelompok kampung, artinya saat perayaan di salah satu kampung   maka kelompok kampung lain yang menyajikan bacaan syair-syair Maulud Rasul  tersebut, kemudian nantinya bila kampung yang lain itu menyelanggarakan hajatan serupa maka kampung yang ini membacakan syair Maulud Rasul atau dengan cara berbalas-balasan.
Setelah selesai membaca syair-syair Maulud proses selanjutnya masih di dalam masjid atau surau tamu diharuskan mendengarkan lantutan pembacaan ayat suci Al Qur, an  oleh salah seorang yang ditunjuk panitia,biasanya seorang qari di kampung tersebut, serta mendengarkan tausiah atau ceramah agama dari seorang ulama.
Ulama yang diundang memberikan tausiah biasanya biasanya pula adalah ulama yang ternama, atau yang dikenal dengan sebutan tuan guru, tentu ceramah yang disampaikan didominasi berkisar sejarah kehidupan Nabi Muhamad SAW baru ajaran-ajaran agama Islam yang lainnya.
Proses acara berada di masjid atau surau sejak pembacaan syair-syair Maulud rasul, hingga pembacaan ayat suci Al Qur’an dan ceramah agama biasanya berlangsung sekitar tiga hingga empat jam, setelah itu baru ditutup dengan doa kemudian bubaran acara di masjid.
Namun tak jarang, dalam acara di masjid tersebut juga dihadiri pejabat setempat, seperti gubernur, bupati, atau camat, paling rendah harus dihadiri kepala desa. Para pejabat itupun diminta memberikan sambutan atau wejangan untuk menjelaskan berbagai program pembangunan atau wejangan lain kepada masyarakat.
Setelah bubaran di masjid itulah, kepada undangan diharapkan mendatangi rumah keluarga atau keramat masing-masing yang ikut menjadi penyelanggaran Mauludan Rasul guna menikmati hidangan utama atau makan siang, yang tentu makanannya terbuat dari daging sapi atau daging kerbau yang disembelih itu.
Namun bagi keluarga yang cukup mampu biasanya selain menyajikan makanan terbuat dari daging sapi dan kerbau juga makanan tambahan lainnya terbuat dari ikan, ayam, udang, sayuran,  yang disebut warga sebagai makanan “baampal.”
Tidak ada yang tahu persis kapan acara Mauludan Rasul mulai berkembang di daratan paling Selatan Pulau terbesar di tanah air tersebut, namun ditaksir sejak masuknya Islam di wilayah tersebut.
Dalam perkembangannya acara Mauludan Rasul di Kalsel, agaknya tidak lagi sekedar memperingati kelahiran nabi untuk memperoleh berkah sesuai anjuran agama, tetapi sudah pula terdapat muatan-muatan lain.
Yang pasti nilai yang paling besar dalam acara itu adalah nilai silaturahmi antar warga yang  sangat positip dalam upaya menjaga kebersamaan dan kerukunan.
Nilai lain bisa dilihat saat acara Mauludan Rasul yang diselanggarakan di masjid Banua Halat, Kabupaten Tapin yang dihadiri Gubernur Kalsel, Drs.Rudy Ariffin dan bupati setempat dinyatakan sebagai atraksi wisata karena digelar atraksi budaya “baayun anak” diikuti 1544 orang serta masuk Museum Recor Indonesia (MURI).
Di berbagai tempat penyelanggaraan Mauludan Rasul tak jarang panitia perayaan disusupi orang-orang yang berasal dari sebuah partai politik (parpol), sehingga dalam perayaan tersebut memunculkan  atribut salah satu partai.
Bahkan seringkali pula, dana penyelanggaraan  perayaan tersebut dibantu sebuah parpol agar parpol tersebut terkesan lebih memperhatikan masyarakat, bahkan tak jarang pula dalam perayaan bukan saja menghadirkan kalangan pejabat tetapi juga tokoh-tokoh partai baik yang ada di tingkat propinsi maupun parpol ditingkat kabupaten/kota atau kecamatan.
Apalagi bila saat perayaan Maulud Rasul itu bertepatan dengan diselanggarakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk memilih bupati di suatu daerah kabupaten maka kuat nuansa Pilkada tersebut, umpamanya saja dengan menampilkan atribut atau simbol-simbol dari seorang tokoh peserta  Pilkada di daerah itu.
Atau isi ceramah dan wejangan yang tadinya berupa wejangan agama secara tak sadar bisa terjadi menggiring hadirin untuk memilih salah seorang peserta pilkada,atau parpol tertentu, dengan demikian maka Mauludan Rasul di Kalsel sudah terdapat segudang makna.