“PERAHU PINTAR” SALAH SATU UPAYA KALSEL TUNTASKAN BUTA AKSARA

Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,7/3 ()- Ketika sebuah “klotok” (perahu bermesin) merapat di tepian sungai Martapura anak Sungai Barito dimana terdapat sebuah Sekolah Dasar (SD) Banua Anyar, Kota Banjarmasin Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), serta merta puluhan anak murid sekolah tersebut yang yang lengkap dengan seragam sekolah berlompatan naik ke perahu tersebut.

pinter1
Sebagian anak langsung bergerombol kesebuah komputer yang lengkap menampilkan tayangan internet, anak yang lain asyik mencoba sebuah telpon selular yang tersedia di atas perahu itu, sedangkan tak kalah ramainya anak-anak berada di depan televisi menonton berbagai tayangan media visual tersebut.
Sementara seorang guru dengan anak-anak murid yang lain menuju ke ruang baca yang menyajikan ribuan buku bacaan yang di lokasi perpustakaan perahu tersebut, itulah kegiatan sebuah perahu pintar yang diluncurkan dalam upaya menuntaskan buta akrasa di wilayah Kalsel.
Perahu pintar terbuat dari kontruksi kayu tersebut  setiap hari hilir mudik di Sungai Martapura untuk melayani pembaca di tepian sungai dan pantai di kawasan Banjarmasin serta sekitarnya.
Operasi perahu pinter tersebut setiap hari secara bergantian menyinggahi sekolah dasar di tepian sungai, serta pemukiman komunitas masyarakat bantaran sungai dan pantai.
Perahu pintar  tersebut dilengkapi kumputer yang bisa meakses internet, telpon, televisi yang mampu menangkap sekian banyak chanel siaran telivisi, ditambah ruang perpustakaan, dengan fasilitas lengkap tersebut diharapkan menarik minat masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut.

perahu


Gubernur Kalsel, Drs.Rudy Ariffin ketika melepas peluncuran sebuah perahu pintar bernama “lambung mangkurat I” di Sungai Martapura Banjarmasin, Jumat menyatakan gembira peluncuran perahu pintar yang diprakarsai Komandan Korem (Danrem)101/Antasari Kol Inf Heros Paduppai tersebut.
Menurut Gubernur Kalsel peluncuran perahu pintar ini akan membantu meningkatkan minat baca masyarakat Kalsel, selain itu diharapkan akan membantu penuntasan buta aksara di wilayah ini yang ditargetkan tuntas tahun 2010 mendatang.
Gubernur Kalsel mengakui, berdasarkan perhartiannya, masyarakat Kalsel yang terbanyak menderita buta aksara justru berada di komunitas pinggiran sungai dan tepi laut.
Masalahnya, kebiasanyaan masyarakat di pinggiran sungai dan pantai ini adalah mencari ikan dilaut berhari-hari, hingga tak sempat bersekolah, selain itu ada anggapan mereka tanpa sekolahpun mereka bisa hidup dengan mencari ikan di laut.
Akibat kondisi demikian maka masih banyak warga Kalsel di komunitas semacam itu yang buta aksara, dan hendaknya hal itu menjadi perhatian agar mereka bisa membaca  dan menulis. Kata Gubernur Kalsel, tanpa merinci jumlah penduduk Kalsel yang buta aksara tersebut.
Menurut Gubernur Kalsel, Pemprop Kalsel terus berupaya meningkatkan dunia pendidikan dengan apapun caranya termasuk menyediakan fasilitas perpustaan tersebut, sebelumnya Kalsel juga telah menyediaan perpustaan mobil keliling serta motor pintar (kendaraan roda dua perpustaan) yang masuk keluar kampung-kampung di wilayah ini.
Upaya lain mencerdaskan masyarakat adalah mencanangkan wajib belajar sembilan tahun hingga akhir 2010 ini, serta mencanangkan tahun wajib belajar 12 tahun mulai tahun 2009 hingga tahun 2014 mendatang.
“Kita akan berikan kemudahan bagi warga yang menunaikan wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun itu, karena itu bila ada orang tua yang tidak  menyekolahkan anaknya yang masih usia sekolah maka orang tua bisa dikenakan sanksi,” kata Gubernur Kalsel yang didampingi beberapa pejabat Pemprop Kalsel.
Sementara itu, Danrem 101/Antasari Kol Inf Heros Paduppai menyebutkan ide membuatkan perahu pintar tersebut tak terlepas keinginan meningkatkan kecerdasan masyarakat, sekaligus melastarikan kebudayaan sungai yang ada di Banjarmasin.
Ia mengakui peluncuran perahu pintar pertama ini sebagai upaya memancing pihak lain membuatkan perahu pintar- perahu pintar yang lain, dan agaknya keinginan tersebut telah direspon karena nantinya akan ada perahu pintar kedua yang dibiayai pihak perbankan, perahu pintar ketiga dibiayai Pemprop Kalsel dan diharapkan perahu pintar keempat oleh Pemko Banjarmasin.
Menurutnya, keberadaan perahu pintar ini dijadualkan akan mengunjungi satu persatu sekolah dasar (SD) yang ada di bantaran sungai Banjarmasin, sehingga anak-anak bantaran sungai dan tepian sungai lainnya bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan tersebut.
Perahu pintar yang pembuatan dan pembiayaan lainnya menelan dana Rp70 juta tersebut dilengkapi berbagai fasilitas telekomunikasi dan sarana bacaan.
Menurut, Danrem 101/Antasari perahu pinter pertama ini dinamakan perahu Lambung mangkurat I, tetapi diharapkan akan ada lagi Perahu Lambung mangkurat II, Lambung Mangkurat II, Lambung Mangkurat III dan perahu Lambung mangkurat seterusnya.
“Saya sudah berbicara dengan pihak lembaga perbankan ternyata pihak lembaga keuangan tersebut bersedia membangunkan lagi sebuah perahu Lambung mangkurat II,” kata Danrem 101/Antasari.
Mendengar pernyataan tersebut, serta merta Gubernur Kalsel yang hadir bersama Wakil Gubernur Kalsel, Rosehan NB dan pejabat di lingkungan Pemprov Kalsel menyatakan bersedia membangunkan sebuah perahu Lambung Mangkurat III.
“Untuk perahu  Lambung mangkurat IV, yang merupakan perahu pinter keempat kita mintakan dibangun Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin,” kata Gubernur Kalsel yang datang mengenakan kain khas Kalsel Sasiringan tersebut.
Seorang tokoh masyarakat Kalsel, Gusti Rusdy Effendi  AR yang juga pemimpin umum Harian Banjarmasin Post menyambut baik kehadiran perahju pinter tersebut, karena menurutnya hal itu merupakan lanjutan pengoperasian perhu pinter yang pernah dibuat oleh harian terbesar Kalsel itu era tahun 80-an.
Era tahun 80-an Banjarmasin Post pernah mengoperasikan perahu pinter dengan berbagai bahan bacaan, sekaligus digunakan untuk menjajakan surat kabar Banjarmasin Post ke berbagai pelosok pemukiman bantaran sungai dan  pantai.
Akibat pengoperasian perahu tersebut maka pihak Banjarmasin Post pernah diundang ke Negara India untuk mempresentasikan cara pemasaran surat kabar ke berbagai pelosok melalui sungai tersebut, kata Gusti Rusdi Effendi AR tersebut.
Menurutnya upaya penuntasan buta aksara di Kalsel harus didukung sepenuhnya oleh segenap masyarakat, termasuk membangunkan perahu pinter tersebut.

Dampak yang diharapkan pengoperasian perahu pintar di Sungai Banjarmasin selain membantu mencerdaskan bangsa juga akan menambah kesemarakan sungai Banjarmasin yang sudah dikenal sebagai objek wisata di Indonesia ini.
“Saya berharap bukan hanya perahu pinter yang hilir mudik di Sungai Banjarmasin ini, tetapi juga perahu-perahu lembaga lainnya, termasuk perahu perbankan untuk melayani nasabah bank di pemukiman bantaran sungai dan pantai” katanya.
Gusti Rusdi Effendi AR yakin bila kian banyak perahu berkeliaran di Sungai yang yang membelah Kota Banjarmasin maka akan meningkatkan kekhasan sungai ini dan kian banyak pula wisatawan datang menikmati wisata sungai.
Banjarmasin dikenal sebagai kota seribu sungai dengan jumlah sungai membelah kota ini sebanyak 107 buah, objek wisata yang paling dikenal adalah pasar terapung Desa Kuin Banjarmasi.
Sebelumnya secara terpisah Gubernur Kalsel pernah mengungkapkan sebanyak 44.242 warga Kalsel yang tersebar di 13 kabupaten dan kota masih menderita buta aksara, atau tidak bisa membaca dan menulis, terutama di daerah terpencil maupun pelosok desa.
Besarnya jumlah warga yang belum melek baca tersebut karena tidak adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, akibat keadaan ekonomi maupun terbatasnya sarana pendidikan di Kalsel terutama untuk daerah terpencil.
Guna mengurangi banyaknya warga yang masih belum bisa membaca tersebut, Pemprov Kalsel telah membuat program pengentasan buta aksara sejak tahun 2006.
Menurut gubernur, pada 2006 jumlah warga yang masuk dalam program penuntasan buta aksara mencapai 11.114 warga, 2007 kembali diprogramkan sebanyak 19.730 orang, sedangkan sisanya yaitu, 13.733.
Program penuntasan buta aksara, diantaranya dengan program kejar paket A hingga paket B tambahnya, menjadi salah satu prioritas untuk dilaksanakan secara berkesinambungan karena berkaitan langsung dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Pengoperasian perahu pinter, mobil-mobil pinter dan sepeda motor pinter yang menyebar di berbagai pelosok daratan dan sungai diharapkan kian menuntaskan buta aksara di wilayah paling selatan Pulau terbesar Indonesia Kalimantan ini.

Gub Kalsel di dalam perahu pintar

LEMBAH KAHUNG KALSEL MILIKI NILAI JUAL WISATA PETUALANGAN

Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,8/5 -Suara gemercik air sungai yang jernih di hamparan dedaunan hijau hutan hujan tropis, Lembah Kahung Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi daya pikat orang mendatangi kawasan itu.
Apalagi kawasan ini dinilai masih tersimpan “sejuta” pesona flora dan fauna yang menandakan kawasan alam ini masih perawan atau belum terjamah banyak tangan jahil manusia.
Kawasan bercurah hujan rata-rata 1.150 – 2.000 mm pertahun dengan Kelembaban rata-rata 73 – 82 persen itu terdapat banyak sungai melingkar, berbukit bebatuan, gua, lembah, riam, jeram, pohon besar, dan ber tebing.
Kondisi alam demikian maka diyakini pula miliki potensi wisata petualangan (adventure) yang layak jual  di era Visit Indonesia Year (VIY) 2008 atau visit Kalsel tahun 2009 mendatang.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Bihman Muliansyah disaat pertemuan (coffie morning) pejabat Pemerintah Propinsi (Pemprop) Kalsel dipimpin Sekdaprop, Muchlis Gafuri di Graha Abdi Persada kantor Gubernur setempat, Banjarmasin, (7/5) menyatakan akan menjual keasrian lembah Kahung itu.
“Keperawanan” alam lembah Kahung yang lokasinya relatif lebih dekat dengan kota Banjarmasin, dinilai  menjadi solusi pariwisata Kalsel kedepan.
Upaya menjual kawasan objek wisata tersebut diperlukan sejumlah dana setidaknya menyediakan infrastrukturnya minimal Rp4 miliar, dana tersedia baru Rp1 miliar, tapi bila dibantu pemerintah pusat infrasstruktur iru selasai tahun 2009 nanti, katanya.
Gubernur Kalsel, Drs.Rudy Arifin sendiri memuji keberadaan lembah Kahung ini, bahkan berjanji akan lebih mempopulerkan kawasan ini sebagai objek wisata petualangan masa depan.
Bahkan saat pertemuan dengan jajaran perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia belum lama ini sepakat untuk menjual objek wisata Kalsel itu ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.
Kesepakatan itu tercetus saat gubernur serta Muspida ke markas PT Garuda Indonesia Jalan Merdeka Selatan Jakarta dalam acara Tour Eksekutif Safety Program.
Diakui gubernur tujuan utama wisman itu Bali, tapi kebanyakan wisman ingin pula kelain tempat seperti Kalsel,  agar Kalsel jadi tujuan harus ada kerjasama promosi dengan penyelanggara penerbangan internasional seperti PT Garuda ini.
Lembah Kahung
Lembah Kahung yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus Kalsel selama ini masih mengandung segudang misteri, lantaran jarang dijangkau manusia.
Bahkan warga sekitar itupun enggan berkunjung ke kawasan hutan lebat ini lantaran adanya anggapan setiap hutan lebat mengandung nilai-nilai mistik.
Tetapi yang membuat kawasan itu jarang terjamah adalah keberadaan hewan liar yang disebut kalimatak  atau pacat (lintah darat) yang siap menghisap darah manusia yang berani menjajakan kaki ke kawasan itu.
Belum lagi sering dijumpainya tumbuhan beracun yang disebut “jelatang” yang siap membuat kulit manusia kesakitan dan kegatalan. Atau sakitnya tusukan onak dan duri dari berbagai tanaman berduri dan rotan yang puluhan spicies hidup di kawasan itu.
Pengalaman yang agak “menyeramkan” tersebut setidaknya pernah dialami saat tombongan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar yang dipimpinan Sekda setempat, Yusni Anani menjelajah kawasan itu guna menyingkap misteri Lembah Kahung.
Untuk menuju ke lembah kahung, ditempuh delapan jam dari ibukota Kabupaten Banjar, Martapura.
Jarak Martapura dengan Banjarmasin ibukota Propinsi Kalsel, 45 KM waktu tempuh naik mobil sekitar satu jam, berarti dari Banjarmasin ke lokasi objek wisata petulangan itu sekitar sembilan jam.
Dari Martapura, dapat ditempuh perjalanan darat selama satu jam menuju Waduk Riam Kanan. Perjalanan dilanjutkan via sungai menggunakan kelotok (perahu mesin tempel) selama dua jam.  Setelah itu baru dilanjutkan dengan hanya  berjalan kaki selama lima jam lebih.
”Wah Keindahan alam di sini ternyata benar adanya. Bukan dongeng belaka. Hutannya masih bagus, sungainya masih jernih,” kaya Yusni Anani saat berada di Lembah Kahung bersama rombongan dalam perjalanan dua hari Jumat-Sabtu (21-22 Maret 2008).
Rombongan Pemkab Banjar tadinya 90 anggota tinggal sekitar 30 anggota tim yang sampai ke dalam hutan Lembah Kahung yakni ke pusat lembah yaitu air terjun Kahung Besar, selebihnya balik kanan karena kelelahan serta karena takut lantaran anggapan angker kawasan itu.
“Sangat melelahkan,” begitu komentar setiap anggota rombongan dalam perjalanan membuka misteri kawasan itu.
Berdasarkan laporan wartawan yang mengikuti rombongan tersebut seperti dilansir media massa setempat jarak tempuh ke Lembah Kahung sangat jauh,  jalannya terjal mendaki serta melewati sisi jurang sangat curam.
Perjalanan diikuti Camat Martapura Timur dan Camat Aranio, Kapolsek Aranio, Kasatpol PP dan Kabag Humas kabupaten Banjar, staf dari Dinas Pariwisata dan Dinas Kesehatan kabupaten Banjar, beberapa personel dari Kepolisian dan Koramil setempat, anggota Orari Lokal Banjar serta anggota rombongan lainnya.
Dalam perjalanan hanya jalan kaki di medan berat rombongan sempat beberapakali beristirahat,  saat tiba di salah satu selter atau tempat peristirahatan dibangun warga sejak empat tahun lalu.
Ada tiga selter tersedia di sana, jarak tiap satu selter minimal satu jam perjalanan.
Sarana  transportasi lembah Kahung selain rakit bambu juga ada kerbau yang bisa ditunggang untuk menyebarangi sungai guna menjelajah kawasan itu.
Menurut Yusni, wisata lembah Kahung masuk dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Banjar dan Propinsi Kalsel, agar kedepannya menjadi “magnet” kunjungan wisatawan nusantara (Wisnu) dan wisman ke wilayah ini.
Pemkab Banjar sendiri menilai Lembah Kahung merupakan kawasan wisata baru di kabupaten ini selain pendulangan intan tradisional, serta pasar permata Bumi Selamat Martapura.
Kelebihan Lembah Kahung adalah sebagai objek petualangan yang belakangan kian diminati wisman, apalagi di sana terdapat ratusan dan mungkin ribuan spicies flora dan fauna hutan hujan tropis atau hutan tropis basah.
Berdasarkan  catatan flora dan fauna yang terdapat di kawasan itu antara lain meranti (Shorea spp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), kahingai (Santiria tomentosa), damar (Dipterocarpus spp.), pampahi (Ilexsimosa spp.), dan kuminjah laki (Memecylon leavigatum).
Kemudian ada pohon keruing (Dipterocarpus grandiflorus), mawai (Caethocarpus grandiflorus), jambukan (Mesia sp.), kasai (Arthocarpus kemando), dan lain-lain.
Sementara spicies faunanya antara lain bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates muelleri), lutung merah (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang merah (Muntiacus muntjak), kijang mas (Muntiacus atherodes), pelanduk (Tragulus javanicus), dan landak (Hystrix brachyura).
Kemudian juga ada satwa musang air (Cynogale benetti), macan dahan (Neofelis nebulosa), kuau/harui (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang (Berenicornis comatus), elang hitam (Ictinaetus malayensis), elang bondol (Haliastur indus), raja udang sungai (Alcedo atthis), raja udang hutan (Halycon chloris), dan lain-lain.
Mengingat Lembah Kahung bagian pula dari kawasan Pegunungan Meratus di Kalsel, maka diperkirakan pula menyimpan pesona anggrek hutan Kalimantan.
Kawasan anggrek yang cukup di kenal di Kalsel adalah hutan Pegunungan Meratus wilayah yang membujur dari selatan ke utara meliputi Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Balangan dan Hulu Sungai Tengah (HST).
Bukan saja terdapat dua jenis anggrek yang dikenal luas hidup di daratan Kalimantan yakni anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan anggrek tebu (Grammatophyllum Speciosum), tetapi beberapa jenis anggrek lainnya.
Beberapa jenis anggrek yang dikenal tumbuh di kawasan hutan Kalsel  seperti jenis Phalaenopsis bellina, Arachis breviscava, Paraphalaenopsis serpentilingua, Macodes petola,jewel orchids, Tainia pausipolia, anggrek tanah, Phalaenopsis cornucervi, Coelogyne asperata -Bulbophyllum beccari.
Anggrek pandan Cymbidium finlaysonianum, Dorrotis pulcherrima, Chairani punya Plocoglotis lowii, Tainia pauspolia, Destario Metusala, Ceologyne espezata, Paphiopedilum lowii dan Paphiopedilum supardii (anggrek nanas) diperkirakan menghiasi kawasan ini.
Yang pasti di kawasan ini terdapat sejenis anggrek bulan khas setempat, yakni anggrek bulan peleihari yang konon hanya hidup di kawasan hutan Kabupaten Banjar dan Peleihari Kabupaten Tanah Laut.
Anggrek ini pula yang sangat menjadi perhatian Ketua Persatuan Anggrek Indonesia (PAI), Ny Jusuf Kalla saat berkunjung ke Kalsel, dan membawanya untuk menambah koleksi anggreknya di Jakarta.
Melihat keunikan Lembah Kahung, maka wajar bila Pemprop Kalsel melalui Dinas Pariwisata  Kalsel akan lebih mempopulerkan objek wisata ini bersama kawasan Loksado sebagai objek wisata petualangan disamping objek wisata pasar terapung dan 122 objek wisata lainnya saat  VIY 2008 dan visit Kalsel 2007.
Tentu saja objek wisata tersebut akan meningkatkan kunjungan wisata ke Kalsel yang sudah tercatat 368 ribu wisnu 30 ribu wisman 2007 lalu, asal kehandalan wisata itu dipadukan dengan konsep aman, ramah, tertib, sopan,  dan indah, kata Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Bihman Muliansyah.

kahung

LEMBAH KAHUNG

Dengan sebuah mobil berangkat di pagi dari kotaMartapura menuju sebuah danau buatan Riam Kanan, danau buatan ? ……….. karena danau itu adalah up streamnya bendungan Ir.Pangeran M. Noor sebagai salah satu PLTA di Kalimantan Selatan, waktu tempuh sampai ke dermaga Tiwingan di Riam Kanan (nama danau bendungan Riam Kanan) kira kira 30 menit. Sesampai di dermaga telah menuggu beberapa buah kelotok ( perahu bermesin) yang siap untuk disewa Rp. 250.000,- pulang pergi.
Dari dermaga Tiwingan dengan kecepatan sedang kelotok meluncur di tengah danau menyusuri alur menuju dermaga Desa Belangian yang penduduknya berjumlah 90 KK, dimana mata pencaharian pendudukan setempat adalah bertani, mencari ikan, memelihara kerbau dan sapi, tapi penduduknya sangat menjaga kelestarian hutan dibelakang desanya karena keberadaan hutan adalah bagian keberadaan kehidupan mereka sebagai sumber mengalirnya air sungai yang melintasi desa mereka dan juga tempat mereka mencari ikan untuk lauk makan sehari hari. Cukup lama, sekitar 2 jam baru sampai ke dermaga desa Tiwingan.
Cukup dengan berjalan kaki selama 15 menit sampailah ke desa Belangian, kalau hari masih pagi maka perjalanan dapat diteruskan menuju Lembah Kahung, tapi kalau sudah siang apalagi sore, profesional sugestion is  . . . . .  nginep aja di desa, lumayan menambah pendapatan masyarakat desa walaupun mereka tidak memasang tarif nginep atau supper n breakfast . . . . . esok paginya baru berangkat, tentunya setelah bebenah mandi pagi, menyiapkan ransum,dll . . . maklum diperjalanan nggak cafe yg buka !!! jangankan cafe, warung aja nggak ada (yusni Anani)

Kalsel Garap Wisata Lembah Kahung

BANJARMASIN – Pemerintah Provinsi (pemprov) Kalsel mulai tahun ini menggarap secara lebih serius Wisata Alam Lembah Kahung di Aranio Kabupaten Banjar menjadi salah satu obyek wisata andalan.

Dana yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata diperkirakan Rp 4 milyar.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalsel Drs H Bihman Yuliansyah menuturkan anggaran tersebut diupayakan tidak akan terlalu menguras APBD.

Dia berharap, pemerintah pusat memberikan dukungan untuk realisasi pembangunan taman wisata alam tersebut.

Pekerjaan paling mendesak menurutnya adalah pembuatan akses jalan di kawasan tersebut. Karena merupakan wisata alam, maka wisatawan diajak menikmati keindahan di daerah yang termasuk kawasan hutan lindung tersebut. Sehingga jalan yang akan dibuat adalah prasarana untuk bersepeda dan menggunakan ojek.

Dalam pemaparan di Graha Abdi Persada kemarin, Bihman bersama konsultan menerangkan grand design Wisata Alam Lembah Kahung dihadapan Sekdaprov Kalsel Muchlis Gafuri dan para pejabat Pemprov Kalsel.

“Lembah Kahung memiliki daya tarik wisata karena kondisi alamnya yang masih perawan, air terjun yang jernih dan terdapat Flora dan Fauna. Sehingga layak untuk dikembangkan karena memiliki daya saing dengan obyek wisata lain,” urainya.

Untuk menuju Lembah Kahung memang cukup memakan waktu. Kawasan tersebut berada di Desa Belangian. Kalau dari Banjarmasin, maka perjalanan darat dilakukan melalui Aranio sekitar kurang lebih 1,5-2 jam. Diteruskan dengan 2 jam naik kelotok mencapai desa.

“Selama perjalanan menggunakan kelotok, akan dijumpai hutan pinus, desa-desa dan pesona keindahan alam dengan hawa yang dingin. Selain itu disedikan shelter atau tempat pemberhentian untuk beristirahat,” imbuhnya.

Sekdaprov Kalsel Muchlil Gapuri mengharapkan karena merupakan kawasan hutan lindung, maka perlu sinkronisasi dan kerjasama antar instansi terkait. Misalnya Kehutanan, PU dan dinas Pariwisata.

“Kalau bisa dananya dari dana sharing dan ada manajemen sinergi sehingga tidak ada saling lempar tangan dalam mengelola kawasan tersebut,” ujarnya.

Sekdaprov juga menginginkan tugas pemerintah daerah bukan hanya sebatas membangun. Melainkan juga menjaga dan memelihara sehingga tidak hancur termakan waktu.

kompas foto kompas images

OBJEK WISATA PASAR TERAPUNG MUNGKIN TINGGAL KENANGAN

 Oleh Hasan Zainuddin
 Bagi seseorang yang belum pernah menyaksikan aktivitas pasar terapung  di Sungai Barito Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan  mungkin membayangkan  begitu ramainya kegiatan pasar tersebut, setidaknya bayangannya seperti yang selalu terlihat ditayangan televisi swasta RCTI.
 Padahal keramaian pasar yang satu-satunya berada di atas air di Indonesia itu belakangan tidak seperti itu lagi, karena sudah jauh berkurang baik jumlah pelaku transaksi di pasar itu  maupun waktu kegiatannya yang sekarang hanya tinggal beberapa jam saja.
 Penulis sendiri ketika  mengunjungi kawasan pasar yang pelaku transaksinya didominasi kaum ibu itu menyaksikan begitu berkurangnya aktivitas di wilayah objek wisata yang sudah dikenal luas tersebut.
 Beberapa pedagang pasar terapung menyebutkan berkurangnya aktivitas di pasar tersebut lantaran prasarana darat ke berbagai pelosok desa di Banjarmasin dan daerah sekitarnya termasuk wilayah Kabupaten Barito Kuala sudah mulai membaik.
 Tersedianya jalan darat itu maka banyak pedagang  eceran tidak lagi menggunakan sampan (perahu) melainkan menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda.
 Penyebab  berkurangnya aktivitas di pasar terapung itu bukan semata tersedianyaa jalan darat, melainkan pula begitu banyak aktivitas kapal angkutan umum dan angkutan karyawan yang melintasi kawasan pasar terapung perairan desa Kuin dan Alalak itu.
 Terlihat  tiga buah kapal fery penyebarangan untuk mengangkut penumpang umum dan karyawan perusahaan kayu antara Desa Kuin ke Handil Subarjo Kabupaten Barito Kuala bolak-balik melintas persis di tengah pasar terapung.
 Tidak jarang kapal ferry itu begitu kencang jalannya melahirkan gelombang air yang besar, dengan demikian pengguna jukung kecil yang biasanya paling banyak di pasar terapung itu menjadi takut terhantam gelombang itu, karena bila tidak hati-hati bisa tenggelam.
 “Operasi kapal ferry penyebarngan dua wilayah itu sudah berlangsung tiga tahun belakangan ini, sejak itulah kegiatan pasar terapung agak berkurang,”kata Bahri seorang pedagang soto Banjar terapung di kawasan tersebut.
 Belum lagi hilir mudiknya kapal pengangkut karyawan perusahaan kayu lapis, seperti kapal milik PT Barito Pasific, PT Tanjung Raya Group, PT Kawi, dan perusahaan PT Tanjung Selatan yang juga tak kalah kencangnya hilir mudik di tengah sekumpulan pedagang di pasar terapung itu.
 Kapal-kapal perusahaan tersebut kalau lewat kawasan ini juga kencang, sampai-sampai gelombang kapal itu seringkali menerpa paru kami yang sedang jualan ini, dan pernah piring dan gelas minum dagangan kami berguguran dari tempatnya dan pecah setelah perahu dihantam gelombang kapal karyawan itu.
 Setelah gencarnya gangguan kapal angkutan karyawan itu juga banyak pelaku pasar yang memiliki oerahu kecil takut berada di tengah sungai Barito dan akhirnya pelaku pasar berhenti sendirinya.
 Selain jumlah pelaku pasar berkurang, sekarang ini keadaan pasar terapung juga terpencar tidak lagi terkosentrasi persis tepi Desa Kuin melainkan terdapat tiga kelompom termasuk satu kelompok di wilayah Alalak yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi asal.
 Belum lagi adanya  kelompok-kelompok kecil seperti kelompok, pedagang ikan basah, kelompok pedagang beras, kelompok sayur-mayuran dan buahan yang memencarkan diri secara sendiri-sendiri.
 “Kalau membandingkan kondisi pasar terapung diera tahun 80-an dan 90-an lalu dengan sekarang jauh sekali berubah, sehingga banyak pendatang ke objek wisata tersebut merasa kecewa setelah menyaksikan kondisi sekarang, mereka membayangkan kondisi pasar terapung itu seperti yang terlihat di layar RCTI itu,”kata Bahri.
 Sementaran keterangan dari Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin, menyebutkan bahwa pihak pemerintah berusaha menyelamatkan objek wisata tersebut dari kepunahan dengan memberikan bantuan modal kepada para pelaku di pasar itu melalui koperasi.
 Selain itu, pemerintah pusat melalui Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) juga akan membantu sebuah kapal wisata yang refresentatif yang bisa digunakan untuk para  wisatawan ke areal tersebut.
 Bahkan sekarang pemerintah telah membangunkan sebuah dermaga wisata di tempat itu sekaligus membangun sebuah tempat penginapan agar wisatawan bisa menyaksikan kegiatan pasar terapung lebih awal setelah menginap di penginapan sederhana tersebut.
 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik ketika berada di Banjarmasin saat festival Borneo mengagumi keberadan objek wisata andalan Kalsel yang menurutnya  tidak kalah dibandingkan pasar terapung yang ada di Bangkok Thailand, maupun di  Italia.
 Pemerintah sendiri berkewajiban untuk melestarkan pasar tersebut dengan segala upaya, baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi, maupun pemerintah  Kota Banjarmasin sendiri.
 Ketika berada di Banjarmasin tersebut, Jero Wacik bersama dengan Wakil Gubernur Kalsel, Rosehan NB, Walikota Banjarmasin Yudhi Wahyuni serta Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Bihman Yulinasyah mengelilingi lokasi pasar terapung, kala itu Menteri terasa betah berada di kawasan wisata perairan tersebut.
 Oleh karena itu Menteri menyarankan agar secara bersama-sama semua pihak bagaimana agar pasar yang konon sudah berada di Sungai Barito sejak kerajaan Banjar itu sudah terus lestari hingga kapanpun, baik sebagai lokasi ekonomi masyarakat maupun sebagai kegiatan budaya dan pariwisata.
 Pasar terapung Banjarmasin ini merupakan objek wisata andalan yang sudah dipromosikan secara gencar oleh Pemprop Kalsel hingga ke berbagai mancanegara, dengan membagikan famlet, brosur ke perusahaan p;enerbangan, hotel berbintang, travel, biro perjalanan, dan aktivitas wisata lainnya termasuk promosi dari mulut kemulut wisatawan itu sendiri.
 Pasar itu  biasanya mulai beraktivitas pada pukul 06.00 Wita  dan berakhir sekitar pukul 09.00 Wita karena sifatnya pasar ini pedagang grosir untuk melayani pedagang eceran yang kemudian membawa hasil pembelian itu ke kampung-kampung yang bisa dilalui angkutan sungai untuk dijual lagi ke masyarakat.
 Namun berbagai kalangan menilai kalau kondisi pasar terapung yang terus berkurang kemudian tidak menjadi perhatian semua pihak bisa jadi masa yang akan datang, objek wisata unik yang bisa diandalkan meraih kedatangan wisatawan mancanegara itu kemungkinan tinggal kenangan saja lagi.

 

 

 

“FESTIVAL PASAR TERAPUNG” UPAYA LESTARIKAN BUDAYA SUNGAI
                 Oleh Hasan Zainuddin
      Banjarmasin,14/6 ()-Satu dasawarsa lalu, keberadaan pasar terapung (floating market) begitu semarak, namun kesemarakan aktivitas transaksi di kawasan pasar di atas Sungai Barito dan Sungai  Martapura, Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut belakangan mulai berkurang.
      Banyak yang mengkhawatirkan pasar terapung menjadi objek wisata andalan Kalsel tersebut bakal punah, menyusul zaman terus bergulir dimana pelaku transaksi di pasar yang sudah ada sejak berabad-abad tersebut  mulai mengalihkan kegiatannya ke darat.
       Pemerintah Propinsi (Pemprop) Kalsel melalui Dinas Pariwisata dan Budaya setempat pun turut mengkhawatirkan punahnya objek wisata  yang ada di Desa Kuin Sungai Barito, maupun di Desa Lok Baintan Sungai Martapura itu, seperti dituturkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalsel, Drs.Bihman  Muliansyah.
      Kekhawatiran hilangnya pasar terapung itu kini mulai terbukti, setelah berkurangnya aktivtas pelaku pasar terapung di dua lokasi tersebut.     
      Pelaku di pasar terapung kebanyakan adalah pedagang eceran, yang membeli barang kebutuhan pokok, seperti sayuran, ikan, buah-buahan, dan bahan makanan termasuk sembilan kebutuhan pokok di pasar terapung.
     Setelah membeli barang dagangan di pasar terapung pedagang eceran yang menggunakan jukung (sampan kecil) itu menyusuri sungai-sungai kecil di pemukiman penduduk untuk menjual baranbg dagangan itu lagi ke masyarakat, begitulah setiap hari sehingga keberadaan pasar terapung dinilai vital sekali.
      Tetapi setelah jalan darat di tiga wilayah seperti di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Barito Kuala (Batola) mulai tersedia  maka pedagang eceran beralih  berdagang menggunakan sepeda, atau sepeda motor. Merekapun tak lagi membeli barang jualan di pasar terapung tetapi di pasar induk di ketiga wilayah tersebut.
      Akibatnya bukan pedagang kecil saja yang tak lagi mendatangi pasar terapung tetapi juga pedagang besar (grosir) kini mulai enggan pula mendatangi kawasan pasar terapung Desa Kuin Sungai Barito tersebut.
      Melihat kenyataan tersebut, maka bisa jadi nantinya pasar terapung tidak lagi keberadaannya secara alamiah seperti sekarang .  Artinya pasar terapung tak lagi menjual barang  kebutuhan masyarakat, melainkan hanya rekayasa seperti layaknya pasar terapung di objek wisata  Bangkok Thailand yang hanya menjual barang cenderamata.
       Untuk melestarikan pasar terapung itulah maka berbagai upaya telah dilakukan termasuk membina para pedagang agar tetap bertahan di lokasi tersebut. 
       “Kegiatan Festival Pasar Terapung (FPT) tanggal 21-22 Juni 2008 mendatang merupakan satu bagian dari upaya pelestarian pasar terapung itu,” kata Bihman Muliansyah.
       Guna mensukseskan FPT itu Pihak Disbudpar Banjarmasin maupun Disbudpar Kalsel kini sudah mempersiapkan matang penyelanggaraannya. Koordinasi terus dilakukan bukan saja kedua instansi itu tetapi juga dengan pihak Bank Indonesia (BI) Banjarmasin mengingat BI terlibat juga pendanaan dalam kegiatan tersebut.
      Koordinasi juga dengan pihak kepolisian yang menerjunkan polisi wisata, serta dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalsel yang diharapkan peran pramuwisata mensukseskan event tersebut dengan cara mendampingi para wisatawan selama di wilayah ini, termasuk koordinasi dengan Asita Kalsel, Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI), agen perjalanan  dan komunitas pengelola wisata Kalsel lainnya.    
      Kadisbudpar Banjarmasin Hesly Junianto menuturkan,  panitia membangun sebuah miniatur perkampungan suku Banjar, (kampung banjar) di tepian Sungai Martapura, atau halaman kantor Gubernur Kalsel, jalan Sudirman Banjarmasin.untuk mendukung kegiatan budaya dan  pariwisata di arena FPT.
     Melalui kampung Banjar para wisatawan bisa melihat aneka jenis budaya masyarakat Banjar yang tinggal di Kalsel, tanpa harus mendatangi wilayah 13 kabupaten/kota  yang ada di provinisi ini, karena lokasi itu diisi perwakilan warga kabupaten/kota Kalsel.
     Melalui kampung Banjar itu pula terdapat aneka kerajinan suku Banjar, lukisan daerah Banjar, serta aneka peralatan tradisional seperti alat pendulangan intan  setempat, disamping akan digelar festival kuliner yang menyajikan aneka macam penganan dan masyarakat khas daerah ini yang disebut makanan 41 macam.
     Di perkampungan buatan itu pula akan digelar pameran berbagai potensi ekonomi dan sosial budaya daerah Kalsel, pameran kerajinan rakyat, serta pameran foto kampung Banjar tempo dulu.
    Di lokasi itu pula digelar festival permainan rakyat, seperti permainan anak-anak Kalsel tempo dulu, badaku, balogo,bagasing, batungkau, lariu menggunakan sandal terbuat dari tempurung kelapa, dagongan,bakarasminan termasuk menampilkan seni budaya 13 kabupaten/kota se Kalsel, serta festival sinoman hadrah.
    Sedangkan kegiatan di atas sungai Martapura, terdapat lomba jukung hias yang sudah dinyatakan diikuti 250 peserta, lomba jukung tradisional (sampung jaga), lomba jukung tanglong yang diikuti ratusan peserta pula.
    Bahkan ada  farade atau kegiatan   modeling di atas perhu yang diikuti oleh peragawan dan peragawai menggunakan kain khas Kalsel, Sasirangan, tambah Hesly Junianto.
    Dalam acara pembukaan tersebut selain dihadiri Gubernur Kalsel, Drs.Rudy Ariffin yang sekaligus memberikan sambutan pembukaan, juga ada sambutan dari Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
     Selama pembukaan kesenian yang disajikan adalah tarian baksa kembang, tarian radap rahayu, pegelaran musik panting, serta madihin.
    Pada malam harinya kegiatan dimeriahkan penampilan hiburan rakyat, serta pesta kembang api, kata Hesly yang didampingi kepanitiaan lainnya dalam konferensi pers menyambut penyelanggaraan akbar tersebut.
    Pengunjung yang diharapkan menghadiri sesuai dengan undangan yang sudah disampaikan antara lain para pejabat daerah, pejabat pemerintah pusat, perwakilan negara asing yang undangannya sudah disampai ke Departemen Luar Negeri , dan kalangan pejabat dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
    Pemerintah Propinsi yang diundang khususnya dinas yang menangani kebudayaan dan pariwisata yang  sudah menyatakan datang, dari pemerintah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta propinsi lainnya.
    Kemudian juga diundang asosiasi, dewan kerajinan nasional, Asita, PHRI, HPI, serta media cetak dan elektronika baik di daerah dan Jakarta.
                    Kalender
    Pemvrop Kalsel akan  menjadikan FPT sebagai kalender kepariwisataan Kalsel, digelar tiap tahun, dan selalu dipromosikan  melalui berbagai media massa dan pembagian brosur dan buku wisata  ke seluruh biro perjalanan dan agen wisata.
     Menurut Kadisbudpar Kalsel Bihman  Muliansyah karena ini kalender kepariwisataan maka penyelanggraan yang pertama ini akan menjadi contoh kesukseskan guna menggelar berikutnya.
      “Kita mengujicoba kemampuan kepastiaan, FPT khususnya dalam koordinasi. Kalau koordinasi antar instansi dan pihak yang terlibat cukup baik, maka pola ini yang akan dilakukan ketika menggelar event budaya yang lainnya, “katanya.
      FPT di Kalsel merupakan program nasional yang diselanggarakan di daerah selama VIY, sedangkan kegiatan lain adalah Mappanretasie (memberi makan laut) di Pantai Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).
     Acara Baayun Anak saat Mauludan Rasul di masjid Al Mukaramah, Desa Banua Halat Kabupaten Tapin, juga merupakan event budaya dan kalender keparwisataan Kalsel yang selalu dipromosikan selama VIY 2008 dan visit Kalsel tahun 2009. Kegiatan lain adalah budaya aruh ganal (selamatan besar) di pemukiman suku  Dayak Pedalamam Kalsel atau di Pegunungan Meratus.
    FPT di Banjarmasin ini sudah pula dipublikasikan secara luas agar masyarakat Kalsel dan masyarakat indonesia dan mancanegara mengetahuinya sehingga memancing wisatawan datang menyaksikan festival tersebut.
     Menurut Bihman Muliansyah yang juga dikenal sebagai ketua I, kepanitian FPT tersebut,   beberapa biro perjalanan di tanah air sudah menyatakan membawa wisatawan datang ke daerah ini.
    Umpamanya saja biro perjalanan di Jawa Timur, Jogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta menyatakan kesediaan datang ke Kalsel, Sementara warga asal Kalsel yang sudah lama tinggal di daerahlain juga sudah menyatakan bakal datang menyaksikan kegiatan budaya tersebut, seperti dari Pulau Jawa, dari Indragiri Hilir (Inhil) Riau, serta dari Malaysia.
     “Kita berharap FPT kali ini sukses, sebagai ajang menyambut Visit Indonesia Year (VIY) tahun 2008, sekaligus menyabut visit Kalsel tahun 2009, disamping berhasil memelastarikan budaya sungai pasar terapung, yang sudah begitu dikenal luas di tanah air, setelah selalu ditayangkan melalui televisi swasta di Jakarta,” kata Bihman Muliansyah.