Ibnu Sina dilantik Ketum DMDI Kalsel, 2024-2027

Ibnu Sina yang kini menjabat Wali Kota Banjarmasin, dilantik menjadi Ketua Umum Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Kalimantan Selatan Periode 2024 hingga tahun 2027 mendatang.

Ibnu Sina dilantik langsung oleh Presiden DMDI Tun Seri Setia Mohd Ali Bin Mohd Rustam, dari negeri Melaka, Malaysia.;

Rustam Yang di-Pertua Negeri Malaka,Malaysia ini menyebutkan DMDI adalah organisasi yang memiliki visi-misi untuk menyatukan orang Melayu yang tersebar di seluruh dunia. DMDI berdiri di Malaka sejak 2000, dengan beranggotakan hanya 10 negara, yang kemudian berkembang menjadi 23 negara.

ini berharap para Ketua DMDI Kalsel bersama pengurusnya bisa membawa kebaikan kepada masyarakat dan menguatkan tali silaturahmi orang Melayu yang tersebar di penjuru dunia.

“DMDI itu selalu mengupayakan kebaikan dan menjadi garda terdepannya, terutama jika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Sejak awal mulanya DMDI kerjanya memfokuskan pada bidang ekonomi, pendidikan, kemanusiaan, sosial, dakwah, tanggap bencana dan ketahanan pangan.

Dan di Banjarmasin tugas baik diemban Bapak Ibnu Sina dkk memajukan masyarakat dan bangsa Melayu di dunia,” kata Tun Sri Setia Mohd. Ali Bin Mohd Rustam, saat memberikan sambutan Pelantikan sekaligus pengukuhan Pengurus DMDI Kalsel serta menutup secara resmi Majelis Tilawah Antar Bangsa ke-14.

Sementara itu Ketua Umum DMDI Kalsel, Ibnu Sina kepada sejumlah awak media mengatakan usai menerima mandat ini dirinya bersama pengurus lainnya siap memajukan DMDI di Banua.Berbagai program kegiatan pun akan dijalankan dalam upaya memajukan perhimpunan non pemerintah yang berdampak pula bagi kemajuan daerah.

Dia pun berharap kehadiran organisasi ini bisa membawa kebaikan di Kalimantan Selatan. Dia juga menegaskan para pengurus DMDI Kalsel tidak hanya berhenti di prosesi seremonial pelantikan saja, namun banyak program kegiatan yang akan ditindaklanjuti segera.

“Insya Allah ada beberapa yang menjadi prioritas seperti Tilawatil Quran, dakwah, pendidikan hingga ekonomi,” tegasnya.

Hal lain yang menjadi perhatian DMDI Kalsel, menurut Ibnu Sina adalah Program Penghafal Al Quran yang terdapat pada aplikasi Ngaji. Aplikasi ini sudah diunduh 10 ribu pengguna lebih dan bisa pula untuk pembelajaran Al-Quran.

“Di Aplikasi sudah terdapat 500 jenis suara yang sudah direkam. Semua suku dan bangsa ada, sehingga siapa saja saja belajar dengan logat apapun bisa dievaluasi saat belajar,” ucapnya.

TYT Tun Seri Setia Dr H Moch Ali Rustam Yang Di Pertua Negeri Melaka Malaysia, ke Banjarmasin

Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Tun Seri Setia Dr H Moch Ali Rustam Yang Di Pertua Negeri Melaka Malaysia, ke Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Kedatangan tokoh Melayu tersebut ada beberapa kegiatan diantaranya membuka Musabaqah Tilawah Al Quran (MTQ) Antarbangsa ke-14 yang diselenggarakan DMDI Kalimantan Selatan bekerja sama dengan BKPRMI di Kota Banjarmasin.

Pembukaan kegiatan MTQ antarbangsa tersebut berlangsung di Balai Kota Banjarmasin, Jumat menjelang berbuka puasa yang dihadiri Ketua Umum DMDI Indonesia Said Aldi Al Idrus dan Ketua DMDI Kalsel Ibnu Sina.

Presiden DMDI menyatakan MTQ tersebut bertujuan untuk menanamkan kecintaan masyarakat membaca Al Quran, serta merekatkan dan rasa kebersamaan antarabangsa dunia Melayu.

DMDI sudah ada sejak 24 tahun silam untuk saling bekerja sama antaranggota DMDI, tukar informasi, memajukan dunia Melayu dari segi ekonomi maupun teknologi hingga dan sederajat dengan negara lain.

Kedatangan tokoh dari Negeri Semenanjung Malaysia ini disambut Tarian Hadrah sejenis tarian nuansa Islam dan Melayu, dan sebelumnya sempat mengunjungi Pasar Wadai Ramadhan (Ramadhan Cake Fair) Banjarmasin.

Selain membuka MTQ Antarbangsa, Sultan Melaka tersebut melantik pengurus DMDI Kalsel yang dijabat Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.

Sementara itu, Ketua Panitia MTQ Antarbangsa Muhamad Riskon menuturkan perhelatan antarbangsa ini diikuti Singapura dan beberapa perwakilan negeri negeri di Malaysia, seperti Negeri Perak, Tranggano, Perlis, Melaka, Serawak dan Negeri Sembilan.

Selain itu, terdapat 17 daerah di tanah air yang ikut MTQ tersebut dari Aceh, Kepri, Lampung, Sumut, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Banten, Kalsel, Kaltim, Kalbar, Kalteng, Sulteng, NTB, dan Sultra.

Negara Kamboja, Thailand dan Brunei Darussalam sempat menyatakan ikut, namun mengundurkan diri saat penyelenggaraan acara.

Presiden DMDI pukul gendang menandai pembukaan MTQ

Foto foto kedatangan Presiden DMDI

Viralkan di Kalimantan ada Melayu yang lebih Melayu

Ketua Umum Dunia Melayu Dunia Islam, (DMDI) Indonesia, Said Aldi Al Idrus meminta kepada seluruh media massa yang ada di Banjarmasin supaya mempublikasikan atau viralkan bahwa di Kalimantan ada orang melayu yang lebih melayu, yakni orang Banjar.

Memviralkan ke Melayuan Orang Banjar di Kalimantan itu penting, karena banyak pandangan dunia luar yang menganggap di Kalimantan itu, adalah hanya orang Dayak, kata Ketua Said Aldi Al Idrus, saat berada di Banjarmasin, Minggu sore.

Menurut Said Aldi Al Idrus yang dikenal sebagai orang Melayu Medan yang juga seorang pengusaha ini, pernah ada pertemuan anggota DMDI yang dihadiri banyak negara yang mengira Kalimantan itu hanya identik orang Dayak.

Padahal orang Banjar yang cukup menonjol kehidupan di pulau terbesar Indonesia ini dalam kehidupan kesehariannya adalah orang Melayu yang lebih Malayu, tuturnya sambil tersenyum.

Organisasi DMDI yang beranggotakan 23 negara di dunia ini, sering melakukan pertemuan, dan sekarang baru saja dibentuk juga DMDI Kalsel yang sudah menyusun pengurus DMDI nya dengan Ketua Ibnu Sina yang juga adalah Walikota Banjarmasin.

Oleh karena itu, pada pelantikan kepengurusan DMDI Kalsel ini maka yang akan melantik kada tanggung tanggung adalah Presiden DMDI Tan Sri HM Ali Rustam, yang dikenal pula sebagai seorang Sultan di negeri Melaka, Malaysia.

Pelantikan kepengurusan DMDI Kalsel diperkirakan akhir bulan Maret 2024 ini, kata Said Aldi Al Idrus didampingi Ketua DMDI Kalsel, Ibnu Sina saat rapat kerja kedua DMDI Kalsel, di aula Kayuh Baimbai balai kota Banjarmasin, yang acaranya dirangkaikan dengan buka puasa bersama.

Selain, membahas soal kepengurusan juga kegiatan lain adalah meninjau stand pasar murah sembako untuk masyarakat Banjarmasin yang digelar oleh organisasi DMDI Kalsel.

Dalam pertemuan itu juga dibahas pemantapan pelaksanaan MTQ Majelis Tilawah Al Quran Antar Bangsa pada akhir Maret 2024 di Kalsel, yang diikuti 40 peserta, dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Ketua DMDI Kalsel, Ibnu Sina dan Ketua DMDI Indonesia, Said Aldi Al Idrus saat meninjau pasar murah sembako (Antara/Hasan Z)

Close

Foto foto DMDI Kalsel yang dihadiri Ketum DMDI Indonesia, Said Aldi Al Idrus

Kenangan dengan ulama

bersama Guru Zuhdi

Dengan almarhum Guru Zuhdi

Dengan Guru Bakhit

Bersama Guru Zuhdi

Bersama Guru Bakhit

Bersama Guru Ijai

Bersama Guru Ijai

Habib Musthofa bin Sholeh Al Haddar

Kue dinilai keramat bermunculan saat Ramadhan

Sejumlah wadai (kue) yang dibuat dari bahan baku beras ketan atau tepung beras biasa dan memiliki nilai tersendiri atau keramat bagi sebagian warga kini muncul saat memasuki bulan puasa atau Bulan Ramadhan di beberapa lokasi pasar wadai Ramadhan, di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Seperti pemantauan Antara Kalsel, Sabtu terlihat beberapa penjual wadai memajang wadai jenis demikian, karena selama bulan Ramadhan banyak dicari masyarakat setempat sebagai menu berbuka puasa.

salah satu kue tsb adalah kue wajik

Jenis wadai tersebut seperti wajik, cincin, lamang, cingkaruk, apam habang apam putih, serabi, bubur habang bubur putih, dan ketan bahinti.

Menurut pedagang kue Acil Masnah, di bilangan Sungai Andai, wadai ini dulu di nilai tersendiri bagi sebagian warga, karena bebera jenis wadai ini harus disajikan dikala ada acara kenduri, pernikahan,selamatan, bahkan saat haul.
Inilah wadai Apam, yang dinilai keramat (Antara/Hasan Z)

Selain itu wadai wadai ini pun ada yang digunakan disaat acara sakral saat nenek moyang lalu, seperti pengobatan, turun panen, atau saat menugal (menanam padi di gunung).

Dulu saat menyajikan wadai ini tak boleh sembarangan karena kalau sembarangan bisa dianggap kualat, tetapi jika dimanfaatkan sesuai fungsinya maka dinilai akan mendatangkan berkah.

“Itu hanya anggapan dulu, sekarang sudah tak seperti itu lagi, karena wadai wadai ini ya tetap sebagai wadai biasa yang dibuat dan dihidangkan untuk minum kopi atau teh,” kata Acil Masnah.

serabi

Hanya saja jenis wadai wadai ini jarang muncul di warungan umum pada hari hari biasa, tetapi saat bulan puasa banyak bermunculkan di para pedagang karena banyak dicari orang untuk berbuka puasa, atau santapan seusai tarawih dan itu sebagai kue saja bukan dinilai keramat.
Inilah wadai Wajik yang dinilai keramat (Antara/Hasan Z)

Memang di wilayah tanah Banjar atau Kalsel ini memiliki kebudayaan tentang pengolahan penganan atau wadai, makanya ada istilah wadai Banjar 41 macam.

Selain itu wadai atau kue Banjar ini didominasi manis manis lantaran dulu orang Banjar pekerja berat, hingga memerlukan kalori tinggi untuk mengimbanginya agar terus memiliki tenaga saat bekerja di sawah dikebun atau di ladang.

Pengelola hotel kelola paket wisata buka puasa dengan susur sungai

Pengusaha Hotel Zuri Ekspres Banjarmasin mengelola paket wisata buka puasa dengan susur sungai dan menikmati pemandangan matahari terbenam (sunset) di Sungai Barito pada Ramadhan 1444 Hijriah.

Manajer Hotel Zuri Ekspres, Kresna Wibowo di Banjarmasin, Sabtu, menuturkan paket wisata unik tersebut cukup menarik minat masyarakat pada Ramadhan sebelumnya.

Susur sungai

Kresna juga menyebutkan paket wisata menggunakan perahu “klotok” tersebut kerap menerima wisatawan mancanegara, seperti Malaysia dengan tarif Rp150 ribu per orang.

Tujuan utama wisata susur sungai buka puasa tersebut adalah kawasan Pulau Bromo, kemudian ke tengah sungai Barito untuk melihat sunset, baru shalat magrib berjemaah di mesjid bilangan kubah Basirih.

Kresna juga menuturkan pihaknya menyediakan paket buka puasa di hotel dengan tarif Rp120 ribu per orang, lengkap dengan aneka masakan seperti nasi beriani, nasi mandi, nasi kaboli sate, aneka bubur, kue khas Banjar, buah-buahan serta aneka minuman.

“Ada sekitar 70 menu yang ditawarkan dalam buka puasa tersebut.

Selain itu, ada paket buka puasa bersama di lantai paling atas (rooftop) yang menghadirkan pemandangan Kota Banjarmasin dengan tarif Rp120 ribu per orang.

Untuk melengkapi pelayanan hotel juga menyajikan makanan sederhana seperti ayam bakar, ikan bakar dengan harga cuma Rp50 ribu per orang, ucap Kresna.

Tiga pemuda Malaysia nikmasi susur sungai malam hari di Banjarmasin

Tiga pemuda Malaysia keturunan Banjar, Hafizul, Sahrin, dan Zaki menikmati sensasi susur Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, di malam hari.

Menurut mereka, Senin malam susur sungai Martapura di malam hari sungguh memiliki sensasi,karena bisa menikmati suasana malam di tengah sungai dengan hembusan angin malam, bunyi gemericik gelombang air, serta bunyi burung burung malam.

Selain itu dengan susur sungai malam hari, bisa menikmati suasana perkampungan Kota Banjarmasin dengan kelab kelib lampu rumah, serta pemandangan menakjubkan sepanjang tepian sungai khususnya di kawasan Siring Tendean, Siring Sudirman, serta siring jalan Pos yang selama ini memang menjadi wisata sungai kota yang berjuluk daerah seribu sungai tersebut.

Susur sungai dimulai sekitar pukul 22:00 Wita tujuan Kampung Hijau dan Kampung Biru, Sungai Biru dengan pelayaran sekitar satu jam pulang pergi.

Dimulai dengan kawasan taman mascot Bekantan, di sini ketiga pemuda asal Bagan Serai, Perak, Malaysia ini sempat berselfie di berbagai sudut taman termasuk latar belakang patung bekantan (Nasalis larvatus) itu sendiri.

Kemudian mereka naik klotok ditemani oleh penulis dengan ongkos hanya Rp10 ribu per orang, atau sekitar tiga ringgit Malaysia.

Lantaran penumpangnya kosong maka rombongan hanya duduk di bagian atas yang oleh juragan kapal dikatakan aman aman saja, jika penumpang tidak penuh, selain itu dengan duduk di atas maka leluasa menyaksikan keindahan pemandangan kiri dan kanan Sungai Martapura.

Perjalan itu benar benar dinikmati mulai dengan gemerlapan lampu di sekitar taman maskot lalu arah ke menara pandang dan kemudian di jembatan Pasar Lama, sepanjang jalan ini menyaksikan banyaknya klotok atau spead boat parkir di tepian sungai, kemudian melihat gedung gedung termasuk menara pandang dan rumah bahari Amno.

Dalam perjalanan, menyaksikan pula aneka rumah penduduk menghadap sungai dengan berbagai bentuk yang khas setempat, kemudian pula melihat mesjid terapung sungai Jingah, kedai kedai makan yang karena malam banyak tutup hingga ke kampung hijau dan biru.

Dua lokasi yang dituju tersebut walau tak singgah tetapi pengunjung bisa menyaksikan keindahan dua kampung yang dijadikan destinasi wisata lokal Banjarmasin tersebut.

Deretan rumah menghadap sungai semuanya berwarna biru dan satunya lagi berwarna hijau dan di halaman rumah yang merupakan sungai yang dibangunkan jembatan kecil yang disebut titian dilengkapi dengan berbagai tanaman hias, serta pagar titian dengan ornamen Banjar hingga kala tersorot lampu jalanan cukup indah dilihat dari kapal wisatawan.

“Kami sangat senang menikmati alam di kala malam, ini menjadi cerita bagi kami setibanya kami di Malaysia, dan kami mungkin akan kembali ke Banjarmasin lagi waktu yang akan datang dengan mengajak teman lebih banyak lagi,” kata Sahrin saat di tanya.

Mesjid terapung

Sistem pertanian orang Banjar di Malaysia sudah modern

Tokoh masyarakat Bagan Serai Distrik Kerian, Negeri Perak Malaysia, Jamaluddin Asaari menyebutkan sistem pertanian warga Malaysia keturunan Banjar telah menggunakan mesin berbasis teknologi modern.

Jamaluddin di Bagan Serai, Malaysia, Sabtu, mengatakan penggunaan alat yang modern itu berdampak terhadap hasil produksi pertanian dan penghasilan yang meningkat bagi warga Malaysia keturunan Banjar.

Jamaluddin mengakui masyarakat Banjar Malaysia sudah meninggalkan sistem tradisional saat bertani atau “bandang”.

“Kita tak mengenal lagi cara tradisional Banjar dalam mengerjakan bandang, seperti dulu merincah, mamuntal, melacak, manaradak, mananjang, merumput dan mengatam, karena semuanya sudah pakai mesin,”kata Jamaludian Asaari yang keturunan Banjar asal Kelua, Kabupaten Tabalong, Kalsel tersebut.

Saat ini, para petani Banjar Malaysia, sudah memanfaatkan mesin, selain traktor dalam penyiapan lahan, juga mesin lain, seperti mesin penyebar bibit, mesin perontok, serta alat mesin lainnya.

“Kita kalau panen, cukup sewa mesin sebentar saja sudah selesai satu hamparan sawah, mesin tersebut sekaligus sebagai alat penyeleksi antara padi yang berisi dengan padi yang kosong atau hampa,” tutur Jamaluddin.

Petani memasukkan padi yang sudah dibersihkan melalui mesin menyerupai sebuah mobil alat berat tersebut, kemudian diangkut truk besar menuju ke kilang (pabrik) untuk dijadikan beras.

Jamaluddin mengungkapkan beras yang dihasilkan di kilang tersebut sudah bentuk kemasan yang siap dijualbelikan.

Ia mengakui petani dapat bersawah dengan sistem tanam dua kali setahun, setelah kerajaan (pemerintah) setempat membangun sistem pengairan modern yang memanfaatkan sumber air di Danau Bukit Merah.

Haji Jamaludin Asaari

Danau Bukti Merah itu memiliki sumber air karena dikeliling oleh hutan lindung (hutan simpan) yang lebat dan pihak kerajaan melarang keras merusak hutan simpan yang di dalamnya terdapat aneka spesies tanaman hutan dan satwa serta sebagai habitat burung.

Bahkan danau yang terpelihara tersebut sekaligus sebagai sumber bahan baku air minum bagi sebagian besar masyarakat Negeri Perak.

Selain Perak, terdapat juga dana terpelihara di Selangor, Negeri Sembilan, Batu Pahat, Johor, Ipoh, Pahang, dan Kedah, dan mayoritas warga berprofesi mengelola bandang atau sawah.

Bahasa Banjar di Malaysia di nilai bakal pupus

Peserta “Tour Kulaan” Banjarmasin, memperoleh penjelasan dari tetauha orang Banjar, di Malaysia, Abdul Halim yang menyebutkan Bahasa Banjar terancam “pupus” atau menghilang di Negeri Malaysia

Halim menuturkan warga Malaysia keturunan Banjar dulunya terbiasa menggunakan Bahasa Banjar untuk keseharian.

Halim di Began Serai, Negeri Perak Malaysia, Selasa, mengatakan saat ini Bahasa Banjar hanya digunakan warga Malaysia keturunan Banjar yang berusia 50 tahun ke atas.

Warga Taiping, Malaysia tersebut mengungkapkan warga Malaysia keturunan Banjar yang masih muda sudah banyak yang tak bisa berbahasa (Basurah Banjar).

Seperti Negeri Perak, Johor, Batu Pahat, Sikencan, Sungai besar, Tanjung Karang dan beberapa daerah pemukim keturunan Banjar sudah tak menggunakan Bahasa Banjar.

“Anak-anak muda paling masih ingat Bahasa Banjar, makan, guring, bakamih, karena ingat disuruh neneknya dulu seperti itu,” ujar pria pensiunan Diraja Malaysia itu.

Halim menyatakan penurunan penggunaan Bahasa Banjar di kalangan penduduk Malaysia keturunan Banjar karena sudah banyak yang kawin campur dengan suku lain.

Faktor lain karena anak muda keturunan Banjar yang bersekolah di komunitas Melayu atau ke perguruan tinggi menggunakan Bahasa Inggris.

Saat ini, jumlah warga Malaysia keturunan Banjar ini hingga dua juta orang.

Pria keturunan Kelua, Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan itu memiliki keluarga yang turun menurun tinggal di Malaysia.

Peserta Tour Kulaan yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Kulaan Banjar (FSKB), terdiri dari Mohammad Ary. Hasan Zainuddin, Ridha Chairullah, dan Murjani.

Mesjid tinggi atau mesjid Lawas, Malaysia, bukti kejayaan orang Banjar

Keberadaan masjid yang diberi nama Masjid Tinggi, Bagan Serai Distrik Kerian, Negeri Perak, Malaysia, sebagai bukti sejarah kehebatan warga Malaysia keturunan Banjar di wilayah setempat.

Berdasarkan keterangan dari warga Bagan Serai seperti yang dituturkan kepada rombongan “Tour” Forum Silaturahmi Kulaan Banjar (FSKB) yang berada di Negeri Perak, akhir pekan ini, masjid itu dibangun oleh pendatang dari Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Mesjid tinggi yang dibangun oleh orang Banjar 1901

Bahkan hampir semua bahan bangunan terutama kayu ulin (kayu besi) didatangkan dari Kalimantan (Borneo) Indonesia.

Jumlah tiang masjid yang besar disebut sebagai tiang guru yang terbuat dari kayu ulin sudah sebanyak 16 batang, kemudian papan, dan atap juga terbuat dari ulin.

Bahkan untuk tudung atau atap masjid dulunya terbuat dari sirap belakangan ini karena banyak yang rusak pada bagian, sehingga diganti dengan seng tebal, kata tokoh penduduk Bagan Serai, Haji Jamaludian Asaari

Mesjid Al Athar, mesjid pengganti atau mesjid disamping mesjid tinggi

Menurut Haji Jamaludin yang juga pengasuh Pondok Pesantren di samping Masjid Tinggi tersebut, pembangunan masjid ini pada 1901, berarti kedatangan orang Banjar terutama yang berasal dari Kelua Kabupaten Tabalong, Kalsel, adalah waktu sebelum masa itu.

Sebab pembangunan masjid itu setelah adanya komunitas atau pemukiman orang Banjar yang berada di lokasi tersebut. Orang Banjar juga dikenal sebagai warga pendatang yang membuka hutan lalu membuat persawahan atau yang disebut warga setempat Bandang.

Penulispaling depan saat berada di mesjid tinggi

Bentuk masjid itu dengan bubungan tinggi hingga disebut Masjid Tinggi karena kala itu, tak ada masjid di wilayah itu yang setinggi masjid tersebut. Bentuk dan ornamen masjid sama persis dengan Masjid Tinggi yang ada di Kampung Banua Lawas, Kelua, Kalsel.

Tetapi seiring perkembangan jaman penduduk kian banyak, maka masjid itu tak mampu menampung jamaah Bagan Serai, maka dibangun masjid yang lebih besar di samping Masjid Tinggi itu. Masjid besar ini berdiri pada 1966 dengan nama Masjid Al-Athar.

ementara Masjid Tinggi yang disebut juga sebagai Masjid Lawas (lama) sekarang hanya digunakan untuk shalat jenazah, atau untuk pengajian, kata Jamaludin Asaari.

Keterangan lain menyebutkan, masjid ini setelah dibangun pada 1901 baru diresmikan pemakaiannya untuk umum sekitar 1928 sewaktu pemerintahan Sultan Iskandar Shah (Sultan Perak ke-30).